Barra Mahesa, Balita yang Sukses Jalani Implan Koklea di RSUD dr Soetomo

Divonis Tuli Permanen, sang Ibu Anggap Kiamat

Rabu, 09 Juni 2010 – 10:04 WIB
SUDAH LINCAH- Barra Mahesa (tengah) dipangku sang ibu, Lelly Dharna (kiri), dan kakaknya, Faiz Bramana, di kamar 406 GRIU Graha Amerta, Surabaya, Selasa (8/6). Foto: Arum Primasty/Jawa Pos
OPERASI bersejarah Senin lalu (7/6) kembali ditorehkan RSUD dr Soetomo SurabayaRS itu mampu memasang implan koklea secara simultan bilateral (kiri-kanan hampir bersamaan) pada telinga pasien termuda di Indonesia

BACA JUGA: Ke Tokyo, Kali Pertama Hadiri Resepsi Pernikahan Gaya Jepang

Barra Mahesa, nama pasien itu, baru berusia setahun lebih sehari ketika dioperasi.

-----------------------------------------------
ARUM PRIMASTY, Surabaya
-----------------------------------------------
   
Suasana auditorium lantai dasar Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSUD dr Soetomo Senin pagi lalu masih terpatri dengan kuat di benak Lelly Dharna
Ketika itu dia dan suami, Wastar, menjadi bagian dari "penonton" di ruang berkapasitas sekitar 100 orang itu

BACA JUGA: Awalnya Tak Kerasan, Kini Kuli Panggul Ingin Kuliah

Tatapan mata keduanya mengarah pada layar "bioskop" berukuran sekitar 1,5 x 2 meter.

Namun, tidak seperti layaknya penonton bioskop, Lelly dan Wastar tak sepenuhnya menikmati tayangan di layar
Pasutri yang tinggal di Loa Bakung, Samarinda, Kalimantan Timur, itu justru berkali-kali mengalihkan pandangan

BACA JUGA: Hari-Hari Terakhir Hasan Tiro, Mantan Petinggi GAM, sebelum Meninggal

Bahkan, Lelly sampai menangis menyaksikan anaknya yang masih dua tahun, Barra Mahesa, menjalani proses operasi implan koklea

"Rasanya tidak karuanAntara khawatir dan tidak tega," kata Lelly ketika ditemui Jawa Pos di kamar 604 Graha Rawat Inap Utama (GRIU) Graha Amerta RSUD dr Soetomo Selasa (8/6)

Sebelum proses operasi selesai sekitar pukul 12.30, Lelly dan Wastar akhirnya meninggalkan auditorium dan kembali ke ruang perawatan Barra di kamar 604 Graha AmertaWajar bila Lelly dan Wastar tak sanggup bertahan menyaksikan operasi itu ditayangkan secara liveSebab, proses operasi itu memang tak gampangDokter harus membuat lubang di belakang kedua daun telinga Barra untuk memasukkan alat implan koklea
Operasi dibagi menjadi dua tahapTahap pertama, operasi terhadap telinga kanan Barra, berlangsung sekitar pukul 07.00 hingga pukul 09.00Tahap kedua, operasi berlangsung pukul 10.00 hingga 12.30 untuk menggarap telinga kiri

Implan koklea merupakan alat yang menggantikan fungsi rumah siput (koklea), yang merupakan bagian dari organ pendengaran manusiaDalam koklea manusia normal terdapat cairan untuk meneruskan stimulus berupa suara yang ditangkap telinga, serta serabut-serabut saraf berbentuk rambut untuk menangkap stimulus tersebut

Nah, serabut-serabut saraf pada kedua telinga Barra, tepatnya pada outer hair cell atau sel rambut luar, sejak lahir tidak berfungsiKelainan itu disebut tuli sensorineuralAkibatnya, Barra tidak bisa mendengar.

Pemasangan perangkat implan koklea itu untuk mengembalikan fungsi rumah siput BarraSatu set implan terdiri atas komponen internal dan eksternalKomponen internal adalah sebuah alat berbentuk keping transparan yang di tengahnya terdapat magnet dan receiver dari titanium

Alat itu memiliki dua "belalai" dari bahan silica yang disebut electrode array dan electrode yang berfungsi sebagai groundAdapun komponen eksternal mencakup keping magnet yang dihubungkan dengan kabel ke transmitter coil, mikrofon, dan alat yang disebut speech processor.

Komponen internal itulah yang ditanamkan di dalam telinga pasienElectrode array dimasukkan ke dalam rumah siput untuk menstimuli sel rambutUntuk memasukkan electrode array, dokter harus melakukan kokleostomi atau membuat lubang di area belakang telinga Barra hingga menembus rumah siputnyaPenyisipan electrode array ke dalam koklea Barra merupakan bagian yang paling sulitSebab, ukuran rumah siput sangat kecilDiameternya tak sampai 1 cmSedangkan panjang electrode array tidak sampai 5 cm

Ujungnya yang berbentuk melingkar, mengikuti lengkungan rumah siput, juga sangat kecil"Karena itu, kokleostominya harus betulPemasangan elektrodanya juga harus pasSalah sedikit saja, alatnya tidak bisa dipakaiHarus ganti baru," kata dr Haris MEkowati dari poli Audiologi RSUD dr Soetomo

Jika alat itu diganti, tentu Lelly dan Wastar harus merogoh kocek lebih dalam lagiPadahal, biaya operasinya saja mencapai Rp 431 jutaBiaya untuk dua set alat implan koklea yang diimpor dari Australia itu mencapai USD 40 ribu atau sekitar Rp 400 jutaSedangkan yang Rp 31 juta adalah biaya paket untuk operasi.

Bila harus mengganti alat itu, belum tentu Lelly dan Wastar sanggup membiayaiSebab, pasutri itu hanya PNS (pegawai negeri sipil)Lelly bertugas di bagian humas Pemprov Kaltim, sedangkan Wastar bekerja di Dinas Kehutanan Kutai TimurSelama ini mereka harus mengumpulkan dana agar bisa mengoperasikan Barra

"Kami harus menjual ini dan ituBahkan, rumah kami nyaris ikut terjualUntung, kami dapat pinjaman dari teman ayahnya Barra," kata Lelly

Tuli sensorineural (tuli akibat gangguan pada serabut saraf pendengaran) yang dialami Barra diketahui Lelly sejak anak keduanya itu berusia tujuh bulanSetiap kali dipanggil, Barra tidak memberikan respons pada orang yang memanggil

"Awalnya, saya kira anak saya cuma cuekTapi, lama-lama perasaan saya tidak enakSaya curiga ada ketidakberesan pada diri Barra," kata Lelly.

Dan, naluri seorang ibu tak bisa dibohongiBegitu Barra dibawa ke dokter spesialis THT (telinga hidung tenggorok) di Samarinda, sang dokter menyatakan bahwa Barra mengalami gangguan pendengaranPersoalannya, di ibu kota Kaltim itu, belum ada peralatan untuk memeriksa lebih lanjut gangguan yang dialami BarraAkhirnya, Lelly membawa Barra ke RSUD dr Soetomo.

Bocah kelahiran 6 Juni 2009 itu menjalani berbagai tes untuk memastikan gangguan yang dideritanyaAlangkah kagetnya Lelly dan suami begitu mendengar vonis bahwa Barra mengalami tuli sensorineural"Rasanya waktu itu seperti kiamatKenapa ini harus terjadi pada anak Barra?" ujar wanita kelahiran Madiun itu.

Kendati demikian, mereka tak lantas tenggelam dalam kesedihan"Ini memang ujianTapi, saya lebih menganggap bahwa Barra adalah titipan yang istimewa dari Allah," kata Lelly.    

Lelly dan Wastar pun segera mencari kemungkinan yang bisa dilakukan untuk membuat Barra bisa hidup layaknya anak normalDari hasil diskusi dengan tim dokter RSUD dr Soetomo diperoleh solusi berupa pemasangan implan kokleaNamun, dokter menyatakan baru sanggup mengoperasi jika Barra sudah berusia satu tahunSambil menunggu waktu operasi, Barra memakai alat bantu dengar (ABD)

Pemakaian alat itu sebenarnya sudah cukup untuk membuat Barra bisa mendengar suara, meski harus dengan tingkat kekencangan tertentuKendati demikian, Lelly dan Wastar tetap ingin anaknya dipasangi implan agar Barra bisa hidup tanpa mengalami diskriminasi sebagai seorang difabel (anak cacat)

"Bila nanti harus masuk SLB, sebenarnya tidak jelekTapi, kami ingin Barra tidak dibedakan dan tidak kalah dari anak-anak lain," ungkap Lelly.

Pengorbanan Wastar dan Lelly bukan hanya soal biayaMereka juga harus berpisah sementara dengan kedua anaknya, Barra dan kakaknya, Faiz BramanaKeduanya dikirim ke rumah orang tua Lelly di MadiunItu dilakukan agar Barra lebih mudah berobat ke Surabaya, sedangkan Faiz, yang usianya baru 3,5 tahun, dipindahkan ke Madiun untuk menemani Barra

"Selain itu, untuk menghemat biaya jugaKalau harus bolak-balik ke Madiun, kami tidak perlu harus terus membawa Faiz," kata Wastar.

Seluruh pengorbanan itu kini mulai terbayarKondisi Barra pascaoperasi bisa dikatakan sangat primaSekitar pukul 14.00 kemarin, bocah itu sudah dipindahkan dari ruang Intensive Care Unit (ICU) ke ruang perawatan biasa di kamar 604 Graha AmertaTangannya juga sudah lepas dari infusHanya kedua telinganya yang masih dibalut perban.

Di pangkuan ibunya, Barra tampak ceriaDia terlihat antusias bermain dengan benda-benda yang ditemui di sekitarnyaBahkan, dia minta dititah (dituntun) keliling ruang untuk mengejar Faiz yang mengajaknya bercanda

Meskipun begitu, Barra tak langsung bisa mendengar tanpa alat bantuImplan kokleanya baru bisa on saat luka bekas operasinya sudah kering, atau setidaknya tiga minggu lagiSelama menunggu pemulihan itu, Barra akan pulang ke rumah neneknya di Madiun

"Mungkin Minggu (13/6) nanti bisa pulangBiar nanti waktu switch on alat baru dibawa ke sini (Surabaya, Red) lagi," kata Lelly.

Barra dan Faiz masih akan dititipkan di Madiun hingga setidaknya setahun ke depanSebab, bocah itu seumur hidup masih harus menjalani mapping dan terapi intensif di RSUD dr SoetomoSetahun setelah operasi, jadwal terapi itu baru agak renggang

"Terapi terbaik katanya dari keluargaKami juga harus belajar sedikit-sedikitKarena itu, setelah setahun nanti, kami terapi sendiri di rumahKe Surabaya tiga bulan sekali," kata Wastar(*/c2/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Daqing, Daerah Penghasil Minyak Terbesar di Tiongkok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler