Ke Tokyo, Kali Pertama Hadiri Resepsi Pernikahan Gaya Jepang

Mempelai Pria Menangis sebelum Tinggalkan Ruangan

Senin, 07 Juni 2010 – 07:33 WIB
RESEPSI JEPANG MODERN: Pasangan Kazuyuki-Yukari bersama teman-teman kuliah di Amerika Serikat saat resepsi di Hotel Okura Tokyo. Foto: Jawa Pos Photo
Datang kawinan di Indonesia sudah biasaDatang kawinan di Jepang, buat saya, baru kali pertama

BACA JUGA: Awalnya Tak Kerasan, Kini Kuli Panggul Ingin Kuliah

Sangat berkesan, substansi lebih penting daripada style-nya.

----------------------------------------
Catatan AZRUL ANANDA
----------------------------------------

Ke Jepang? Terus terang saya tidak terlalu antusias kalau ditawari pergi ke sana
Alasannya sederhana: Mahal! Semua di sana memang serba mahal

BACA JUGA: Hari-Hari Terakhir Hasan Tiro, Mantan Petinggi GAM, sebelum Meninggal

Kalau sedang punya uang, daripada tiga hari di Jepang, lebih baik sepuluh hari di Amerika
Karena biayanya kurang lebih sama.

Asal tahu saja, naik taksi sekali duduk langsung Rp 70 ribu

BACA JUGA: Mengunjungi Daqing, Daerah Penghasil Minyak Terbesar di Tiongkok

Naik subway lebih ekonomis, tapi makan dan lain-lainnya masih sangat mahalOleh-oleh" Lupakan kalau saya ke JepangGantungan kunci saja paling murah Rp 40 ribu!

Pengin makan seperti di Indonesia" Lebih lupakan lagiDurian satu buah Rp 500 ribuTebu satu batang pendek Rp 30 ribuKelapa muda" Satu buah Rp 70 ribuUntung saya gak suka durian!

Dulu waktu masih lebih muda (dan masih pacaran dengan orang Jepang), mungkin tidak apa-apa dipaksakanSekarang, benar-benar nyaris tak ada alasan untuk ke sanaSaya kali terakhir jalan-jalan di sana pada 2005, jalan-jalan pertama bersama istriBukan bulan madu, karena waktu itu kami berdua sama-sama sakit selama di sana!

Tapi pekan lalu, saya memang wajib ke JepangPada Minggu pekan lalu (30/5), sahabat saya menikahNamanya Kazuyuki Miyake alias Kazu, teman kuliah waktu di Sacramento City College dan California State University Sacramento (1995-1999).

Kazu ini kami sebut sebagai "Japanese Indonesian." Banyak gaul sama anak Indonesia, dikenal semua anak IndonesiaDia baik buangetRajin dan tertib khas Jepang, tapi tetap fleksibel dan mau contek-contekan (maksudnya memberi contekan) pada anak-anak Indonesia.

Saya sendiri sering sekelas dengan diaMaklum, saya jurusan international marketing, dia jurusan international businessKelas kami berdua banyak yang overlap.

Ketika dapat kabar Kazu menikah, saya (dan teman-teman lain) terkejut jugaDi Jepang, orang tidak menikah sudah sangat biasa

Makanya di sana sekarang ada krisis populasiTingkat kelahiran sangat rendah, sementara orang umurnya panjang-panjangItulah penyebab utama kenapa teknologi robot begitu ngotot dikembangkan di JepangKebanyakan untuk membantu orang-orang di sana andai tidak mampu lagi mengurusi diri sendiriJepang kan tergolong ogah menerima pekerja asingTidak seperti Amerika Serikat atau negara maju lainKarena tenaga kerja di sana terlalu mahal, ya ramai-ramai-lah bikin robot!

Teman-teman saya yang lain di Jepang juga tidak ada yang menikahKazu sendiri sedikit lebih tua dari saya, sekarang sudah 36 tahunDan dulu, setiap kali datang ke Indonesia, selalu membawa pacar yang berbeda.

Orang memang punya jalan sendiri-sendiriKazu menikah dengan Yukari, yang empat tahun lebih tuaSebagai sahabat dekat, hukumnya wajib bagi saya (dan istri) untuk memenuhi undangannyaSekaligus mewakili teman-teman kuliah Indonesia lain yang tidak bisa datang ke Jepang.

Kazu termasuk "menengah atas," manajer di Oracle (cabang Jepang), salah satu perusahaan teknologi terbesar duniaIstrinya termasuk "atas," anak kelima dari tujuh bersaudara, keluarga pemilik Tokushukai, kelompok rumah sakit terbesar ketiga di duniaJadi, pernikahannya memang termasuk mewah

Hanya saja, mewah di Jepang sangat jauh beda dengan mewah di Indonesia.

Acara yang kami hadiri Minggu lalu itu bukanlah pernikahan "adat"-nyaItu sudah diselenggarakan pada Maret laluAcara yang kami hadiri Minggu lalu itu adalah resepsinyaGaya modern, western style.

Acara diselenggarakan di salah satu ballroom di Hotel Okura, salah satu hotel paling top di Tokyo (seperti Kempinsky Hotel Indonesia-nya)Tapi, undangannya tidak sampai ribuanBahkan "hanya" 106 orang.

Sebagai perbandingan, seminggu sebelumnya kami juga menghadiri pernikahan supermewah teman kami, seorang artis papan atas Indonesia, di JakartaUndangannya ribuan, antre untuk salaman saja sampai hampir 30 menit.

Mungkin ada pembaca yang sudah pernah datang ke kawinan orang JepangBahkan mungkin sudah ada yang beberapa kali menghadiri acara kawinan orang JepangTapi bagi saya ini adalah yang pertamaDan bagi saya, acaranya jauh lebih bermaknaSangat substance over style.

***

Terus terang, saya tidak tahu perkawinan Jepang lain seperti apaKatanya sih mirip-mirip, tapi agak variatifPernikahan Kazu dan Yukari termasuk yang simple.

Para undangan duduk dalam meja-meja, masing-masing dikelilingi delapan sampai sepuluh undanganUndangan mempelai perempuan ada di sebelah kanan, mempelai laki-laki di sebelah kiriSaya duduk di meja paling depan sebelah kiri, bersama teman-teman terdekat Kazu

Lucu juga, meja saya seperti meja reuniKarena isinya "anak-anak" Jepang yang dulunya juga kuliah di Amerika, kebanyakan di Sacramento.

Semua berlangsung on time (Jepang banget!)Undangan satu per satu datang dan menunggu bersama dulu di ruangan khususLalu bersama berjalan ke ballroom ketika jam menunjukkan pukul 16.00Dekorasinya tidak aneh-anehHanya hiasan-hiasan bunga putih dan kristal di meja.

Tidak berselang lama, Kazu dan Yukari masuk ke dalam ruangan, berjalan melintasi tengah-tengah undangan disambut tepuk tangan yang meriahMereka lantas duduk di meja di depan, menghadap ke para undangan.

Keduanya berdandan modernMemakai baju dan gaun ala western berwarna putihKemudian, teman terbaik mempelai perempuan berdiri di podium, bersama seorang penerjemahTeman perempuan itu lalu menceritakan bagaimana Yukari bertemu Kazu dalam bahasa Jepang, lalu diterjemahkan ke bahasa Inggris.

Cerita itu relatif singkat dan penuh maknaMisalnya dijelaskan bagaimana ketika Kazu melamar"Yukari, percayalahSetiap hari, aku akan mencintaimuMakin hari, makin mencintai," begitu ucapan lamaran Kazu.

Kemudian, pidato "kubu" Kazu dilakukan oleh bosnya di OracleDari "kubu" Yukari, profesor musiknya ketika masih belajar di universitas duluKedua pidato tadi disusul dengan lantunan lagu Ave MariaBukan, Kazu dan Yukari sama-sama bukan penganut NasraniTapi di Jepang, orang suka memadu-madukan kebudayaan untuk acara pernikahan.

Setelah itu, acara yang ditunggu-tunggu para undanganApalagi kalau bukan makan-makan!!!

Satu demi satu menu disajikan di mejaKombinasi western dan JapaneseNama-namanya saya lupa, karena memang bukan pengamat makananYang jelas diawali dengan roti, disusul salad, sup, potongan ikan kecil, es krim, baru terakhir potongan daging sapi yang empuk dan enak.

Kazu sangat hati-hati dengan menu yang saya makanSama sekali tidak diberi alkohol maupun yang berbau babiJadi menu saya dan istri agak beda dengan yang lain.

Kasihan Kazu dan YukariDi saat yang lain makan, dia harus melayani foto-foto para undanganSatu per satu undangan berjalan ke meja pengantin untuk berfoto bersamaJadi, undangan sudah sampai tahap es krim, Kazu dan Yukari masih di tahap salad.

Selesai makan, acara belum selesaiKazu dan Yukari keluar dulu untuk ganti pakaianMereka kembali lagi mengenakan pakaian tradisional JepangKata teman-teman saya semeja, kawinan Kazu ini termasuk sederhanaAda yang ganti bajunya sampai tujuh kali!

Saat mengenakan baju tradisional itu, Kazu dan Yukari berjalan ke setiap mejaDi setiap meja, mereka berfoto dengan undangan yang duduk di sanaBayangkan, mereka harus berfoto di semua meja yang ada.

Setelah itu duduk sebentar di meja depan, mendengarkan beberapa anggota keluarga menyanyiLantas kembali lagi keluar untuk mengakhiri acaraSebelum keluar untuk kali terakhir, sebuah mic disediakan di dekat pintu ballroomDi sana, Kazu, Yukari, serta ibu keduanya berdiri memberi penghormatan kepada semua undangan.

Dengan mata berkaca-kaca (kali pertama saya melihat Kazu menangis!), Kazu mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan dukungan semua undanganMereka saling berpelukan, lalu berjalan meninggalkan ballroom.

Di luar, mereka menunggu para undangan bergantian keluarPada dasarnya, para undangan memang keluar bersamaanSebelum pulang, menyapa dan bersalaman dulu dengan pasangan pengantin di luar ballroom.

Sebelum pulang, beberapa undangan tampak berebut ke meja depanMereka berebut membungkusi bunga-bunga mawar putih yang menghiasi meja pengantin tersebut! Untung ini bukan IndonesiaKalau di Indonesia, mungkin meja dan kristalnya ikut diangkut pulang! Ha ha ha!

Kurang lebih empat jam lamanya resepsi itu berlangsungSelama empat jam, tidak satu pun undangan menyelinap pulangKalau datang untuk menghadiri undangan, benar-benar memberi penghormatan sampai acara berakhirToh acaranya juga sangat bermakna, tidak sekadar gembar-gembor adu mewahTidak ada event organizer yang bergaya berlebihan, tidak ada tuan rumah yang bergaya berlebihan.

***

Undangan resepsi Kazu-Yukari hanya 106 orangTapi bukan berarti pernikahannya murahSehari setelah resepsi, kami pergi makan sushi bersama di kawasan gaul Roppongi.

Kazu berkali-kali bilang terima kasih atas kehadiran kamiSaya bilang, meski kita jarang ketemu karena jauh, persahabatan yang dijalin saat kuliah tak pernah boleh putusBagaimanapun, tanpa (contekan) Kazu, kuliah saya dulu mungkin tidak selancar yang telah berjalanTanpa (contekan) saya, Kazu mungkin juga tidak selancar itu kuliah.

Bukannya bermaksud buruk, tapi saya benar-benar penasaran dengan biaya pernikahan di JepangUntungnya, Kazu mau berbagi cerita soal biaya.

"Asal tahu saja, untuk makan saja satu orang biayanya 25 ribu yen (sekitar Rp2,5 juta, Red)Untuk resepsi itu, biaya yang dikeluarkan sampai 7 juta yen (sekitar Rp 700 juta)Belum untuk pernikahan Maret lalu, belum untuk biaya-biaya lain," tutur Kazu.

Kalau di Indonesia (adat Jawa), biasanya keluarga perempuan yang membiayaiKalau di Jepang? "Keluarga kami menanggung separo-separoTapi itu tidak adil," jawabnya dengan pancingan canda.

Maksudnya? "Resepsi itu acara untuk mempelai perempuanDi situ saya kan hanya menjadi ornamenJadi seharusnya yang bayar keluarga perempuan semuaHa ha ha," katanya.

Diajak bulan madu ke Indonesia, Kazu bilang akan mencobaTapi sulit sekaliSetelah resepsi, dia hanya libur sehari itu sajaSetelah itu kembali kerja normal"Saya harus kembali bekerja keras untuk mendapatkan uangSekarang saya harus kerja keras tiga kali lipat dari sebelumnya!" ucapnya.

Kata Kazu, dia akan berusaha untuk datang ke IndonesiaSelain bertemu lagi dengan saya, juga untuk bertemu dengan "keponakan-keponakannya" alias dua anak saya (cowok 2 tahun 5 bulan, cewek 8 bulan).

Tapi dia menegaskan akan sulit menemukan waktuBukan hanya itu, Yukari sekarang juga sudah mengandung beberapa minggu"Dia ingin punya tiga anakJadi mulai sekarang setiap tahun harus punya anak!" kata Kazu.

Saya bilang saja, saya berharap Kazu dan keluarga yang ke IndonesiaKarena akan jauh lebih mahal kalau saya yang ingin ketemu "keponakan-keponakan" saya di Jepang!(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Soal Rokok, Ingatkan Opium pun Dulu Tak Haram


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler