Baru Melangkah, Setnov Sudah Salah

Selasa, 31 Mei 2016 – 09:26 WIB
Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (30/5). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Sejumlah nama bermasalah masuk dalam susunan kepengurusan DPP Partai Golkar masa bakti 2016-2019.

Peneliti Utama Indikator, Kuskridho Ambardi mengatakan, sebutan kepengurusan akselerasi kerja yang disematkan Novanto, berpotensi gembos karena profil nama-nama pengurus yang memiliki rekam jejak yang bermasalah.

BACA JUGA: Inilah Nama-nama Bermasalah di Kepengurusan DPP Partai Golkar

Menurut Dodi, sapaan akrabnya, keputusan Partai Golkar dalam menetapkan kepengurusan memiliki dua dampak, yakni prospek beringin ke depan dan politik kepartaian secara nasional. 

Dalam hal prospek Golkar, Dodi menilai langkah ini merupakan kekeliruan pertama yang dilakukan di era Novanto.

BACA JUGA: TNI Siap Hadapi Kejahatan Lintas Negara

”Kalau bicara prospek, ini langkah yang blunder. Bagaimanapun pengurus Golkar mewakili wajah dari partai,” kata Dodi saat dihubungi kemarin (30/5). 
.
Menurut Dodi, jika wajah-wajah bermasalah menjadi bagian dari pengurus Golkar, keraguan pemilih akan semakin tinggi. Padahal, berbagai survei selama ini menunjukkan bahwa kepercayaan publik memiliki reputasi paling buruk. 

Publik akan semakin sinis kepada partai, mengingat posisi Golkar saat ini adalah partai peraih posisi kedua di pemilu 2014 lalu.

BACA JUGA: Inilah Skenario Pemangkasan Jumlah PNS

”Ini buruk bagi partai, buruk bagi demokrasi. Karena kepercayaan selama ini terus menurun,” ujar peraih gelar Ph.D dari Ohio State University itu.

Dodi mengingatkan, tren perolehan suara Partai Golkar selama tiga pemilu terus menurun. Dari pemenang di pemilu 2004 dengan 21,58 persen, Golkar turun ke posisi kedua di pemilu 2009 dengan 14,45 persen. 

Pada pemilu 2014, Golkar masih tetap terpaku di posisi kedua dengan 14,75 persen. Menurut Dodi, Golkar memiliki potensi untuk bangkit jika dalam penentuan kepengurusan, lebih mengedepankan kualitas dari kader.

”Saya kira Golkar memiliki tokoh level menengah banyak, tapi ternyata tidak diambil. Jadi sebenarnya bukan alasan tidak memilih tokoh yang namanya tidak bermasalah,” tandasnya. (bay)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Siap-siap, Pemangkasan Jumlah PNS Mulai Maret 2017


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler