BACA JUGA: DPR Bidik Aora TV
Lembaga yang berkantor pusat di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan itu sudah menghasilkan 15 varietas padi unggul”Kami akui hasil-hasil penelitian Batan masih kurang diserap petani karena kurang sosialisasi
BACA JUGA: Temasek Harus Taati Hukum Indonesia
Padahal, sudah terbukti hasilnya baik dan produktif,” ujar pakar pemulia tanaman padi, ProfBACA JUGA: Jual Belikan Super Toy, Pidana
Mugiono Batan saat dihubungi di Jakarta kemarin (14/09)Menurut Mugiono, Batan terbatas pada fungsi sebagai lembaga penelitianItu berbeda dengan Departemen Pertanian yang memiliki anggaran cukup untuk riset sekaligus pemanfaatan hasil-hasil riset tersebut secara luas”Ini jadi hambatan tersendiri, padahal masyarakat luas perlu tahu,” katanya
Dia menjelaskan, aplikasi teknologi nuklir bidang pertanian dilakukan Batan sejak 1982Teknik nuklir yang digunakan dalam pemuliaan padi adalah radiasiCaranya, tanaman varietas nasional disilangkan dengan tanaman yang memberi aspek bagus.
Radiasi mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromosom”Struktur dan jumlah pasangan kromosom pada biji tanaman dapat dipengaruhi dengan sinar radiasi ini,”katanya
Perubahan struktur akibat radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannyaFenomena ini digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman untuk memperoleh biji tanaman dengan keunggulan tertentu, misalnya tahan hama, tahan kering dan cepat panen.
”Kami radiasi dengan dosis tertentuPadi yang diradiasi bersifat aman sepenuhnya, tidak ada unsur radioaktifSetelah itu masuk ke tahap seleksi yang lanjut ke tahap galur mutan dan galur harapanDari situ melalui uji daya hasil pendahuluan,” jelasnya. Langkah selanjutnya adalah uji multilokasi yang menurut standar Departemen Pertanian paling sedikit harus dilakukan di 20 lokasi.
Saat ini, sekitar 14 varietas padi unggul telah dilepas melalui SK Menteri Pertanian. Padi pertama yang berhasil dilepas yaitu Atomita-1 yang mampu menghasilkan 4,5 sampai 5 ton per hektare gabah kering gilingSelanjutnya, varietas Atomita-2 dilepas satu tahun kemudian, hingga Atomita-3 dan Atomita-4 dengan tingkat produksi yang semakin meningkat hingga 7 ton per hektare gabah kering giling
Varietas baru hasil rakitan Batan rata-rata menghasilkan tingkat produksi padi di atas 5 ton per hektareMisalnya jenis Cilosari, Merauke, Woyla, Kahayan, Mayang, serta Mira-1Varietas Diah Suci yang dilepas sekitar 2003 bahkan mampu mencapai hasil rata-rata 9,4 ton per hektar gabah giling kering
Tahun ini, Batan kembali merilis Bestari, kependekan dari Benih Super Batan RI, memiliki produktivitas lebih baik dibanding Mira-1Hasil panenannya dapat mencapai 11 ton per hektar” Cirinya warna padi lebih bening dengan rasa lebih pulen,” katanya.
Bestari juga mampu tahan hama wereng cokelat biotipe 1 dan 2, termasuk biotipe 3, serta tahan penyakit hawar daun strain III, dan strain IVBestari cocok ditanam untuk lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 700 meter diatas permukaan laut.
Varietas ini juga sudah mengantongi SK dari Menteri Pertanian Nomor 1012/KPTS/SR.120/7/2008 tertanggal 28 Juli 2008”Karena itu masyarakat tak perlu takut mencoba,” katanya.(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jaksa Sebut Kuasa Hukum Al-Amin Mengada-ada
Redaktur : Tim Redaksi