jpnn.com, SAMARINDA - Ketua Asosiasi Pengusaha Batu Bara Indonesia (APBI) Samarinda Eko Priyatno mengatakan, tingginya nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah juga memengaruhi para eksportir untuk menggenjot produksi batu bara. Apalagi saat ini harganya sedang tinggi.
“Permintaannya juga sedang banyak. Saya yakin, ke depan kinerja batu bara masih meningkat,” ujar Eko, Senin (17/9).
BACA JUGA: Pencurian Batubara di Sungai Mahakam Kerap Dibiarkan
Eko mengungkapkan, biasanya pada triwulan ketiga menjadi periode puncak musim panas.
Karena itu, akan ada peningkatan permintaan, terutama dari negara-negara mitra dagang Kaltim yang membutuhkan batu bara untuk bahan bakar mesin pembangkit listrik.
BACA JUGA: Batu Bara Masih Urutan Pertama
“Harga batu bara acuan pada triwulan tiga kami prediksi membaik. Ini akan sangat menguntungkan,” terang Eko.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPw-BI) Kaltim Muhamad Nur mengatakan, ekspor luar negeri Kaltim pada triwulan pertama 2018 seperti biasanya masih didominasi oleh mineral dan batu bara (minerba).
BACA JUGA: Kebutuhan Batu Bara Meningkat, Permintaan Alat Berat Melesat
Pangsa ekspor minerba Kaltim sebesar 93,6 persen terhadap total ekspor, disusul oleh ekspor crude palm oil (CPO) sebesar 3,2 persen.
“Ekspor luar negeri Kaltim memang didominasi oleh komoditas sumber daya alam,” kata Nur. (ctr/ndu/k15)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batu Bara dan Minyak Menipis, EBT Harus Dimaksimalkan
Redaktur & Reporter : Ragil