Belum Banyak yang Tahu, Bung Karno Terlibat Pemberontakan PETA di Blitar

Minggu, 14 Februari 2016 – 11:57 WIB
Sampul koran Djawa Baroe, edisi khusus PETA.

jpnn.com - SEBELUM membongkar rahasia ini kepada Cindy Adams, tak banyak yang tahu bahwa Bung Karno terlibat dalam pemberontakan PETA di Blitar, 14 Februari 1945. 

Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network

BACA JUGA: Ali Sadikin pun Tak Sudi Pulau Bersejarah itu Karam

Suatu hari, Bung Karno menyambangi orang tuanya di Blitar, Jawa Timur. 

Sejumlah pimpinan asrama PETA di kota itu menemuinya, termasuk Supriyadi.

BACA JUGA: Sebelum Tanjung Priok Jadi Pelabuhan

"Mereka hendak mengadakan pemberontakan," cerita Soekarno, sebagaimana dituliskan Cindy Adams dalam Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia

"Kami baru mulai merencanakannya," kata mereka seraya meminta pendapat.

BACA JUGA: Kunci Rahasia VOC di Pulau Onrust

Bung Karno menyelami wajah para pemuda yang penuh percaya diri itu satu-satu. Dan Si Bung menyadari tak satu pun yang dapat menghalangi maksud mereka.

"Pertimbangkanlah masak-masak untung ruginya…saya minta saudara-saudara memikirkan tindakan yang demikian itu tidak hanya dari satu segi saja," sahut Bung Karno.

"Kita akan berhasil," sambar Supriyadi.

Bung Karno lagi-lagi menyarankan mereka mempertimbangkan rencana itu. Dan Supriyadi lagi-lagi meyakinkan, "kita akan berhasil."

"Kalau sekiranya saudara-saudara gagal dalam usaha ini, hendaknya sudah siap memikul akibatnya. Jepang akan menembak saudara-saudara semua," Bung Karno mengingatkan.

"Apakah Bung Karno tidak bisa membela kami?"

"Tidak. Saudara anggota tentara, bukan orang preman. Dalam hukum militer, hukumanmu otomatis."

Jeda sejenak, sejurus kemudian, Bung Karno berpanjang lebar: 

Kalau engkau terus bertahan hendak mengobarkannya, saya sokong. Saya akan membantu dengan pembuatan rencana.

Akan tetapi saya harus hati-hati sekali untuk menutupi jejakku. Jangan sampai timbul persangkaan Jepang…

Dalam keadaan apa pun saya tidak akan membukakan rahasia ini.

Pemberontakan Gagal

Benar saja. Beberapa jurus kemudian, Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) Blitar membuktikan rencananya. 

Almanak bertanggal 14 Februari 1945. Ayam belum lagi berkokok ketika pasukan Jepang ditumpas. Aksi dimulai pukul 03.00 dinihari.  

Pemberontakan dipimpin oleh tiga orang syudanco PETA. Supriyadi, Muradi dan  Suparjono.  

Hanya saja, selepas matahari terbit, mereka tak kuasa meladeni serangan balasan "saudara tua".

Mereka ditangkap dan dibawa ke Jakarta untuk diadili. Enam orang dihukum pancung, empat lainnya mati disiksa dalam penjara. Supriyadi semenjak itu raib. 

"Pada waktu Jepang menghukum pemberontakan itu dan menjatuhkan hukuman mati pada anak-anakku, aku tidak membela mereka," tentu berat nada bicara Bung Karno pada bagian ini. 

Dan memang saat bermuka-muka dengan para perwira PETA Blitar, tempo hari, Bung Karno sudah mengingatkan…

Kalau sekiranya saudara semua tertangkap, maka menjadi kewajiban sayalah untuk berusaha dengan segala daya menyelamatkan pasukan PETA yang selebihnya. (wow/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pulau Onrust...Galangan Kapal Terbaik di Zamannya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler