jpnn.com - AWAN menggelayut di puncak kepala, seolah menahan turunnya hujan ketika kami tiba di Pulau Onrust yang hanya "seperkedipan mata" dari Jakarta.
Kami…ya, beta berlayar ke pulau eksotis penuh sejarah itu bersama seorang perempuan bule (kami sudah atur janji tak usah sebut merk; nama, asal dan profesi).
BACA JUGA: Pulau Onrust...Galangan Kapal Terbaik di Zamannya
Dan bukan itu pula yang penting. Yang lebih menarik yakni tajuk obrolan seputar tapak-tapak kolonial di pulau itu. Ini kisahnya…
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Hari Pers Nasional Tanpa Harmoko? Entah...
Awal 1800-an, armada Inggris yang dipimpin Thomas Stamford Raffles meluluh-lantakkan Pulau Onrust seiring gerak laju pasukannya menduduki Batavia (Jakarta).
Inggris menyadari, hampir selama 200 tahun, sejak awal abad 17 hingga akhir abad 19, Onrust adalah "kunci rahasia" VOC. Di sinilah rumah bagi kapal-kapal mereka. Di sini pula, kapal-kapal mereka direparasi setelah mengarungi berbagai samudera.
BACA JUGA: Liem Sioe Liong Sang Penyelundup
Berhasil mengalahkan VOC, Raffles pun didaulat jadi Letnan Gubernur Jenderal Jawa sepanjang 1811-1816.
Berapa jumlah penduduk Onrust sebelum diserbu Inggris?
Dalam Bengkel Kapal dan Pemukiman di Pulau Onrust, termuat dalam Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra, sejarawan Geofano Dharmaputra mengisahkan:
Berdasarkan catatan demografis yang ditemukannya, dan merujuk pada tulisan De Haan dalam Oud Batavia, jumlah pegawai Belanda beserta budak-budaknya di Onrust ada sekitar 200 orang pada 1685.
Jumlah itu bertambah jadi 650 orang pada 1755, dan bertambah lagi jadi 2 ribu orang.
"Mereka terdiri dari pegawai Belanda, buruh Melayu dan Cina, para pedagang Arab dan India, dan ras Eropa lainnya," tulis Geofano.
Arti Penting Onrust
Inggris yang tak terlalu hirau dengan Onrust, membiarkannya begitu saja.
Lain hal dengan Belanda. Memahami sejarah--dari sinilah titik awal Batavia dibangun--Belanda kembali membangun Onrust pada 1803.
Tapi, bukan lagi sebagai benteng pertahanan, "melainkan 59 bangunan mengelilingi sebuah lapangan bendera yang luas," tulis Geofano.
Seperti sedia dulu kala, Belanda lalu merintis ulang pembangunan bengkel kapal dan sarananya di sisi Barat dan barak-barak pekerja di sisi Timur yang dilengkapi WC, dapur dan rumah sakit.
Para meneer itu juga membangun pelabuhan baru yang dilengkapi dengan inner harbor (pelabuhan dalam) yang memungkinkan kapal-kapal kecil merapat ke sana.
Disusul pembangunan dermaga kayu yang luas bagi kapal besar, dilengkapi gudang penyimpanan dan lahan kosong untuk menimbun barang yang bongkar muat.
Namun, apa mau dikata, mencium gelagat tak benar, Inggris yang masih menguasai Jawa, kembali menghancurkan Onrust pada 1806.
Kali ini, "bangunan-bangunan di pulau itu diratakannya dengan tanah," tulis Clive Day dalam The Policy and Administration of the Dutch in Java.
Sesuai Konvensi London, Inggris mengembalikan Jawa kepada Belanda. Raffles angkat kaki pada 1816.
Pun demikian, hingga 1824 Pulau Onrust dibiarkan kosong karena Belanda baru selesai membangun galangan kapal di Surabaya, galangan kapal terbesar di Asia pada zamannya.
(Baca: Ketika Gubernur Jenderal Van der Capellen Memilih Surabaya)
Gubernur Jenderal Van der Capellen baru memustuskan kembali membangun Onrust pada 1827.
Tapi, setelah itu… --bersambung (wow/jpnn)
Sambungannnya, klik Sebelum Tanjung Priok.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Liem Sioe Liong dan Orang Dekat Bung Karno
Redaktur : Tim Redaksi