Sebuah petisi online meminta dukungan agar pelajaran bahasa Indonesia tetap dipertahankan di sekolah Narrabundah College di Kawasan Ibukota Australia (ACT). Sekolah ini setara dengan sekolah menegah atas (SMA) di Indonesia.

Petisi digagas pada hari Sabtu (10/11) oleh seorang warga Australia bernama Aidan Brooke lewat situs Change.org.

BACA JUGA: Pembunuh Bourke Steet James Gargasoulas Dinyatakan Bersalah

Dalam petisi tersebut disebutkan keputusan untuk menghilangkan bahasa Indonesia di Narrabundah College 2019 adalah sangat mengkhawatirkan dan bertentangan dengan keyakinan pentingnya warga Australia untuk menguasai bahasa-bahasa Asia.

Seorang murid Australia yang belajar bahasa Indonesia di sekolah tersebut berharap pihak sekolah bisa berjuang untuk mempertahankan pelajar yang tersisa melanjutkan belajar bahasa Indonesia di tahun depan.

BACA JUGA: Sunat Perempuan di Malaysia Diwajibkan Tapi Tak Diatur Prosedurnya

"Meski hanya tinggal beberapa dari kami yang tersisa, ini tidak menjadi pembenaran untuk membiarkan studi kita hanya selesai setengahnya," ujar Joseph Armstrong yang tertulis di petisi tersebut.

"Kita memohon dukungan dari rekan sesama murid untuk mendorong agar mata pelajaran penting ini dikembalikan."

BACA JUGA: Amnesty Internasional Tarik Penghargaan HAM Untuk Aung San Suu Kyi

Hingga Senin sore (13/11), mereka yang telah memberikan dukungan petisi lebih dari 4.600 orang dari 5.000 yang ditargetkan. Photo: Suasana di salah satu kelas di Narrabundah College (Foto: Facebook)

Termasuk yang mendukung petisi ini adalah Dr George Quinn, profesor dari kajian Indonesia di Australian National University (ANU) di Canberra.

Ia berharap petisi ini dapat membuat pihak sekolah untuk memikirkan kembali sebelum membuat keputusan di tahun depan.

"Sangat disesalkan karena tinggal dua sekolah lanjutan atas di ACT yang kelas 11 dan 12-nya masih mengajarkan bahasa Indonesia," ujarnya Dr Quinn kepada Erwin Renaldi dari ABC.

Diketahui Narrabundah College sudah mengajarkan bahasa Indonesia selama lebih dari 30 tahun. Minat belajar bahasa Indonesia terus menurun Photo: Dr George Quinn, pakar kajian Indonesia di Canberra yang banyak menulis budaya kontemporer di Jawa. (Koleksi pribadi)

Menurut pengamatan Dr Quinn ada "gejala mengenaskan" melihat minat belajar bahasa Indonesia di kelas 11 dan 12 terus menurun dibandingkan di tingkatan sebelumnya.

"Katakanlah hingga kelas 7 masih ada 500 murid belajar bahasa Indonesia, kemudian jadi dibawah 20 murid di kelas 11 atau 12," jawab Dr Quinn dalam bahasa Indonesia.

Dr Quinn mengatakan pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa Asia lainnya kurang diperhatikan oleh pemerintah federal Australia dan pemerintah lokal ACT.

Menurutnya juga salah satu penyebab minat belajar bahasa Indonesia yang terus menurun adalah dampak bahasa Inggris yang semakin mendunia.

"Mereka yang ada di tingkat atas tidak mau lagi belajar bahasa lain, karena saat mereka pergi ke negara-negara di Asia, bertemu dengan warga lokal yang justru ingin belajar atau bahkan hanya mau pakai bahasa Inggris," jelasnya.

"Bahasa Inggris yang digunakan dimana-mana jelas membuat anak didik kami menjadi semakin malas belajar bahasa asing, seperti Bahasa Indonesia." Photo: Suasana KBRI Canberra saat peringatan 17 Agustus yang juga dihadiri warga Australia yang memiliki ketertarikan dengan Indonesia. (Foto: Facebook)

Sementara itu pihak Kedutaan Besar RI di Canberra mengaku baru mengetahui petisi ini setelah beredar di jejaring sosial Twitter.

"Saya mendapat informasi jika petisi ini dibuat salah murid di sekolah itu dan gurunya sendiri tidak tahu jika akan ada kebijakan menghentikan pelajaran bahasa Indonesia," ujar Imran Hanafi, Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Canberra

Kepada ABC Imran mengaku kaget saat mengetahuinya, karena baru-baru ini perwakilan negara bagian ACT berkunjung ke Jakarta bahkan bertemu dengan sejumlah kementerian, termasuk Kementerian Pendidikan, dengan rencana meningkatkan hubungan budaya dan bahasa.

"Langkah selanjutnya kami akan mencoba berdikusi dengan sejumlah pihak terkait untuk membahas apa yang menjadi masalahnya."

Dosen kajian Indonesia di Monash Univeristy, Melbourne Yacinta Kurniasih mengatakan pemerintah Australia tidak serius dengan pernyataannya sendiri yang mengatakan pentingnya Indonesia bagi Australia.

"Terutama bagi para politisi dan pengambil kebijakan di Australia, kita mendengar dukungan mereka kepada sekolah-sekolah masih sangat kurang, bahkan malah membiarkan program bahasa Indonesia ditutup," kata Yacinta Kurniasih.

Ia berpendapat minat belajar bahasa Indonesia menjadi masalah yang perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak untuk berkolaborasi dan berkonsolidasi, termasuk perwakilan Indonesia di Australia.

ABC telah mencoba mengirimkan surat elektronik kepada Narrabundah College untuk memberikan tanggapan atau klarifikasi. Namun hingga artikel ini dimuat belum mendapat jawaban.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aniaya Kanguru, Pria di Perth Terancam 5 Tahun Penjara

Berita Terkait