Berkedok Relawan, Predator Cabul Memangsa Pengungsi Syria

Rabu, 28 Februari 2018 – 17:18 WIB
Pengungsi Syria. Foto: Mohamed Azakir/WB

jpnn.com, DAMASKUS - Para pekerja sosial yang bertugas mengirimkan bantuan kemanusiaan di Syria bukan orang suci. Demikian juga para sukarelawan dan petugas penjaga keamanan kamp pengungsi.
Mereka manusia biasa yang bisa menjadi ancaman bagi manusia lain atau tepatnya manusia lain yang lebih lemah.

Danielle Spencer menyatakan bahwa para pria yang seharusnya menjadi pelindung para pengungsi, terutama pengungsi-pengungsi perempuan, justru menjadi predator. 

BACA JUGA: Gencatan Senjata Omong Kosong ala Rusia di Eastern Ghouta

”Di salah satu kamp penampungan pengungsi Syria di Jordania, orang-orang yang bertugas melindungi dan mengayomi itu malah memerkosa,” katanya sebagaimana dilansir BBC kemarin, Selasa (27/2).

Spencer lantas melaporkan peristiwa yang dia rekam pada Maret 2015 dalam sebuah jurnal. Dia mengatakan bahwa sebagian besar penjahat seksual itu adalah sukarelawan dan pekerja sosial PBB.

BACA JUGA: Kejam! Assad Bombardir Ghouta Timur dengan Gas Beracun

”Tapi, ada juga pejabat lokal yang melakukan perbuatan biadab itu. Mereka menahan bantuan dan hanya bersedia memberikan kepada yang membutuhkan asal ditukar dengan layanan seks,” ungkapnya.

Kini, setelah hampir tiga tahun berlalu, barter bantuan dan layanan seks masih tetap terjadi. Dan, bukan hanya di luar Syria. Melainkan juga di dalam negeri.

BACA JUGA: DK PBB Sepakat, Ghouta Setop Jadi Neraka selama 30 Hari

Akhir tahun lalu, United Nations Population Fund (UNFPA) melakukan penelitian di beberapa kamp penampungan dalam negeri di Syria dan mendapati hal yang sama.

”Saya ingat ada seorang perempuan yang mengurung diri di dalam kamarnya dan menangis karena menjadi korban pelecehan. Itu membuat perempuan-perempuan yang tinggal di kamp pengungsian tidak berani mengambil makanan atau paket bantuan alat mandi dan obat-obatan tanpa didampingi ayah atau saudara laki-laki mereka,” kata Spencer. Karena itu, para janda dan gadis yatim piatu menjadi sasaran paling empuk.

Temuan itu membuat publik geram. PBB lantas didesak mengevaluasi kinerja seluruh badan kemanusiaannya. Termasuk pihak ketiga yang diajak bekerja sama.

”Hanya agar bantuan sampai sasaran, PBB tutup mata. Sekarang sudah saatnya untuk membuka mata. Eksploitasi seksual dan pelecehan terhadap perempuan tidak boleh lagi diabaikan.” Demikian bunyi tuntutan tertulis International Rescue Committee (IRC). (hep/c6/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Neraka di Eastern Ghouta, Ratusan Ribu Nyawa Terancam


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler