MAKASSAR - Tangis histeris pecah di ruang Instalasi Rawat Darurat (IRD) hingga kamar Jenazah RS Wahidin, Rabu (14/9)Di RS ini, ada dua bocah dan satu pensiunan terbujur kaku, sementara di ruang sebelahnya dua warga merintih kesakitan akibat luka yang diderita.
Keluarga utamanya orang tua dan istri korban yang meninggal tidak henti-hentinya histeris melihat tubuh anggota keluarganya sudah terbujur kaku
BACA JUGA: Gubernur Jambi Laporkan Kabut Asap ke Menhut
Mereka seakan tidak percaya, anggota keluarganya yang cukup ceria itu secara mendadak pergi untuk selama-lamanya.Rabain, nenek salah seorang korban Saldi bahkan terus meraung sambil memeluk mayak cucunya yang selama ini menghidupi dirinya serta suaminya
BACA JUGA: Gubernur Maluku Janjikan Santunan Korban Konflik
Tidak heran, dia menganggap bocah tersebut sebagai anaknya sendiri.Bocah yang satu ini memang ditinggal ibunya sejak umur delapan bulan karena meninggal dunia
BACA JUGA: Dianggap Lamban, Dewan Panggil Kapolda Maluku
Di Blok E BTN Hamzi, bocah yang satu ini tinggal di sebuah bangunan setengah gubuk bersama neneknyaSejak satu tahun terakhir, Saldi menjadi tulang punggung keluarga apalagi setelah kakeknya Rabanti sakit-sakitan"Sudah satu tahun lebih saya berak-berak darah, jadi dia tulang punggung kami," kata Rabanti.
Cucu yang dianggapnya anak sendiri itu, pada pagi harinya mengurungkan niatnya ke sekolah dengan alasan tidak ada uangSaat itu, Rabanti baru saja datang menangkap ikan dan bertemu di jalan"Dia bilang bagaimana ini tidak ada uangSementara saya mau lunasi utang televisi," ujar Rabanti mengutip perkataan cucunya.
Sadar tidak bisa mencari uang, Rabanti pun menuruti keinginan cucunya tersebut untuk tidak sekolah saat ituDia membiarkannya mencari uang untuk melunasi kredit televisi yang harus dibayar Rp20 ribu sehari"Dia memang yang selama ini cari uang untuk bayar uang televisiTinggal sepuluh hari sebenarnya sudah lunas," tambah Rabanti.
Sebelum berangkat mencari uang di depan M"Tos, bocah malang itu sempat diingatkan untuk makan terlebih dahulu"Tapi dia bilang janganma makan Ma, karena pulangja jam 5," kata nenek Saldi, Rabain.
Kedua bocah yang tewas di tangan Fransius Petrus alis Gulo ini akan dimakamkan di kampung halaman orang tuanyaEdi akan dimakamkan di Jeneponto, sementar Saldi akan dimakamkan di BantaengOrang tua Edi berencana langsung membawa anaknya malam ini ke Jeneponto, sementara keluarga Saldi baru akan memberangkatkan mayat cucunya ke Bantaeng pagi ini.
Duka mendalam juga dirasakan orang tua Edi, Amir dan NiaDi kamar mayat, kedua orang tua itu juga histeris"Apa salahnya anakku kodong," kata Amir.
Hal sama dirasakan istri, Syamsu Alam, NursiaWarga yang berdomisili di kompleks BTP ini seakan tidak percaya suaminya meninggal dalam kondisi mengenaskanBahkan, dia beberapa kali meminta dokter untuk memeriksanya kendati pihak dokter sudah menyakinkannya kalau korban tersebut sudah meninggal"Belumpi mati dokter, dia masih panasBantuki kodong dokter periksa kiDia masih hidup," kata Nursia saat berada di IRD RS Wahidin.
Bahkan, saat suaminya yang saat ini bekerja sebagai petugas keamanan di Pabrik Gula Arasoe berada di kamar mayat, Nursia lagi-lagi merasa tidak percaya suaminya telah tiadaDia bahkan sesekali membuka mata mayat suaminya kemudian menggoyang-goyang kepala dan tangannya"Bangun ki papi, bertahanki," katanya penuh duka
Menurut Nursia, suaminya yang harus berobat jalan tersebut bermaksud membeli obat, untuk mengobati penyakit yang dideritanya selama iniSayang, niat untuk sembuh dari penyakit itu berubah menjadi duka(sah)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaum Muda Ambon Sepakat Akhiri Konflik
Redaktur : Tim Redaksi