Bernostalgia dengan Staf Khusus Presiden, Brigjen TNI Ahmad Yani Basuki

Bertemu Teman Kuliah pada Seminar APDI di Surabaya

Senin, 01 November 2010 – 03:30 WIB
Rektor IAIN Sunan Ampel, Prof Dr Nur Syam, menyerahkan sebuah kenang-kenangan kepada Brigjen A Yani Basuki usai menjadi pembicara pada seminar internasional tentang Radikalisme di Indonesia yang digelar di Hotel Oval, Surabaya, Sabtu (30/10).

Asosiasi Profesi Dakwah Islam Indonesia (APDI), selama dua hari hingga Minggu (31/10) siang kemarin menggelar seminar internasional tentang Radikalisme di IndonesiaSalah satu pembicaranya adalah Brigjen TNI Dr Ahmad Yani Basuki, staf khusus presiden bidang publikasi dan dokumentasi.

===================
M NASARUDDIN ISMAIL
===================

SUASANA acara seminar internasional dan rakernas di Hotel Oval, Surabaya, Sabtu (30/10) malam, nampak marak

BACA JUGA: Anggap Pertanyaan Penyidik Terlalu Detil

Malam itu, dua tokoh nasional nampak hadir
Mereka adalah Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Muhammad Nuh dan Staf Khusus Presiden, Brigjen TNI Ahmad Yani Basuki.

Yang menarik, kehadiran Yani-sapaan akrab Brigjen TNI Ahmad Yani Basuki-membawa nuansa tersendiri pada acara tersebut

BACA JUGA: Rektor Wajib Masukkan Data ke BKN

Sebab, panitia maupun pesertanya merupakan teman-teman seangkatan Yani ketika masih kuliah di Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya di awal 1980-an
Yani merupakan satu di antara dua jenderal alumnus IAIN saat ini.

Di antara teman-temannya itu adalah Rektor IAIN Sunan Ampel Prof Dr Nur Syam, mantan Dekan Fakultas Dakawah IAIN Sunan Ampel Surabaya, Prof Dr Ali Azis, Dra Ajizah Rahayu, Dra Suhartini, Drs Sulhawi dan lain-lainnya

BACA JUGA: Mayoritas Daerah Belum Siap Hadapi Bencana

Adik kelasnya pun cukup banyak

Salah satu di antara teman akrab Yani yang juga hadir tapi sudah lama tak pernah bertemu adalah Sun FatayatiNama yang satu ini ketika masih kuliah cukup popularPasalnya, Sun Fatayati dikenal pintar berceramahSayangnya, karena tinggal di Kediri jadi jarang berkumpul dengan teman-teman lainnya.

Karena baru bertemu itu pula, akhirnya suasana bagaikan reuni antara teman-teman seangkatannya dengan jenderal kelahiran Blitar lulusan IAIN pada 1982 iniApalagi, sejak dipercayai menjadi staf khusus presiden, Yani yang masuk militer pada 1983 itu jarang bepergian di luar acara dinas"Ini teman-teman saya ketika masih kuliah dulu," tutur Yani memperkenalkan teman-temannya kepada peserta seminar yang datang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia itu.

Ketika Sun Fatayati mengajukan pertanyaan, Yani pun langsung mengomentari"Yang baru tanya tadi adalah teman sekelas dengan sayaDan namanya selalu saya ingat karena ada Sun-nya," komentar Yani yang membuat undangan tertawaSun pun nampak tersenyum simpul mendengarkan komentar sejawatnya itu.

Usai memberikan ceramah tentang radikalisme di Indonesia, ayah tiga anak kelahiran Blitar 5 Maret 1956 itu bernostalgia dengan teman-temannyaAda yang mengajak foto bersama, ada juga yang bertanya tentang asal muasal hingga menjadi staf khusus presiden.

Kata Yani, sulit untuk menjawab pertanyaan mengapa bisa jadi staf khusus presidenYani mengaku tidak memiliki orang yang dekat dengan kalangan istanaKarena sebagai prajurit, katanya, selama ini dirinya hanya bekerja sesuai dengan tugasnya saja

"Saya sering ditanya teman-teman, cerita menjadi staf khusus presidenSaya bilang, tidak ada orang yang membawa ke sanaSaya juga tidak tahu, mengapa pilihan itu pada saya," ujarnya"Ya mungkin berkat doa teman-teman lah," sambungnya.

Ketika memberikan ceramah tentang penyebab radikalisme agama dan teroris di Indonesia, perwira tinggi TNI dengan satu bintang di pundak itu antara lain menyinggung soal fanatisme taklid butaSebab lain, kata Yani, bisa juga karena ambisi politik dengan memanfaatkan nilai agama ataupun perlawanan akibat kebuntuan komunikasi.

Tak berhenti di situ, Yani juga menyebut sebab lainnya yaitu karena kekecewaan akibat kesenjangan atau ketidak adilan sosial, ekonomi dan politik"Bisa juga karena ambisi untuk melakukan perubahan mendasar secara drastis, bahkan bila perlu dengan menggunakan kekerasan," ulas peraih gelar doktor sosiologi militer dari Universitas Indonesia (UI) itu.(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Masih Optimis dengan Persepsi Publik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler