Berusaha Merebut Pistol, Serangan Jantung, Tewas

Rabu, 15 Juni 2011 – 07:29 WIB

SEJUMLAH versi berbeda mengemuka terkait kematian Untung alias KhidirDari penelusuran Jawa Pos, memang sempat terjadi pergulatan ketika Khidir berupaya merebut pistol petugas di dalam mobil sesaat setelah penangkapannya pada Senin (13/6) pagi

BACA JUGA: Ditangkap Densus, Pulang Di Peti Mati

Namun, hal yang menewaskannya adalah serangan jantung


"Karena orangnya kecil, pistolnya tidak terebut

BACA JUGA: Nunun Resmi Buronan Internasional

Kemudian terpukul setelah bergelut beberapa saat, dan Khidir langsung pingsan
Eh, ternyata pingsannya kebablasan," ucap seorang petugas yang tak mau disebut namanya

BACA JUGA: BPK Harus Audit Kementerian Fadel

Karena fisiknya tak begitu kuat, dan kabarnya mempunyai riwayat sakit jantung, diduga kuat kematiannya adalah terkena serangan jantung.

Waktu kematian diperkirakan sekitar pukul 10.00, hanya setengah jam setelah Khidir ditangkap di Bandung"Kejadiannya ya di dalam mobil yang membawanya dari Bandung ke Jakarta," tutur sumber tersebut seraya mewanti-wanti namanya tak disebutkan tersebut

Penangkapan Khidir ini merupakan "gigitan" dari Sibghah, salah seorang tersangka terorisme yang ditangkap di Kaltim tiga hari lalu"Dia menjadi instruktur sekaligus penyuplai bahan," ucapnyaKhidir memang dikenal bukan karena skill tempurnya (meskipun dia juga menguasai ilmu perang dan persenjataan), tapi karena kemampuan dia menyediakan bahan

Sewaktu Konflik Poso-Ambon meletus antara 1998 ? 2003, Khidir adalah dikenal sebagai penyuplai andalMulai dari pistol, M-16, hingga bahan peledak, bisa ia susupkanBukan hanya diselundupkan dari Filipina melalui kepulauan Nusa Utara di Sulut yang memang sangat gampang ditembus ituTetapi, juga dari Jawa

Penangkapan Khidir ini sebenarnya cukup mengejutkanTak terkecuali oleh mantan rekan-rekannya"Empat bulan lalu, kami masih sempat bertemuNamun, ketika saya tanya, apa masih hubungan (dengan ikhwan-ikhwan jihadi garis keras, Red), dia (Khidir, Red) mengaku tidak," kata Ali Fauzi, mantan koordinator Komite Penanggulan Krisis (Kompak), sebuah kelompok jihad terdepan dalam Konflik Poso kemarin"Dia (Khidir, Red) datang dengan istrinya," imbuhnya.

Di mata rekan-rekannya, ayah delapan anak tersebut dianggap sudah mempunyai pandangan berbeda yang lebih kooperatifAntara lain memandang Indonesia bukanlah darul harb (daerah perang), tapi darul dakwah (daerah dakwah)Meski bukan satu-satunya, cara pandang inilah yang membedakan ikhwan-ikhwan jihadi yang suka melakukan pemboman dan yang tidak

Bahkan, Khidir pun kabarnya sempat mengikuti program deradikalisasi yang secara informal dilakukan oleh Nasir Abbas, mantan tokoh Jamaah Islamiyyah yang kini justru banyak mengingatkan ikhwan-ikhwan jihadi yang masih berdarah panas

Khidir sebenarnya tokoh senior di Jamaah IslamiyyahBersama Yusuf Haris alias Abu Bilal, dia termasuk golongan yang awal-awal dikirim ke Afghanistan untuk pelatihan militerIa persis satu tahun di bawah Nasir AbbasSeperti teman-teman lainnya, ketika kamp pelatihan Afghanistan bubar seiring dengan perkembangan politik yang ada, ia kembali ke Indonesia

Namun, dia tak terlibat dalam Bom Bali I maupun IITapi, karena dia tergolong tokoh senior JI dan ingin menghindari penangkapan ia kabur ke Mindanao, FilipinaDi sana, dia bergabung di kamp pawas (rawa-rawa) di kawasan Liguasan MarshYang berkumpul di sana adalah Dulmatin (tokoh JI yang telah ditembak mati pada 2010 lalu), Umar Patek (tokoh JI yang kini ditahan oleh pemerintah Pakistan), dan Ali FauziSelama setahun Khidir tinggal di kamp tersebut

Kemudian ia kembali, dan sepanjang yang termonitor, Khidir tampaknya bakal menekuni jalan yang lebih damaiSeorang petugas menduga, bahwa kepulangan Dulmatin dan Umar Patek ke Indonesia pada 2010 lalu membuat segalanya berubah"Ditengarai, ia berhubungan dengan Dulmatin dan Umar Patek," ucap sebuah sumber di kepolisianIa kemudian kembali terlibat dalam kegiatan-kegiatan persiapan perang, yang membawanya tertangkap

Kematian tersebut didengar oleh Mulyana, mantan staf pengajar Ponpes Al-Islam, Tenggulun, yang juga adik iparnya, baru sekitar Senin (13/6) tengah malam laluNamun, sebelum itu, siangnya pukul 10.00, Mulyana mendapat kabar bahwa Khidir, kakak iparnya, ditangkapIa kemudian mengabarkan hal tersebut kepada kepada Ali Fauzi, adik Ali Ghufron dan Amrozi (dua tersangka Bom Bali I).

"Saya langsung mencari tahu, dan ada sejumlah kabar yang menyebutkan tertangkapTapi, saya tak begitu pasti, kapan ditangkap dan karena kasus apa," kata Ali FauziKemudian, siangnya, Mulyana mendapat kabar bahwa ibu dan kakaknya (yang menjadi istri Khidir, Red) diajak oleh polisi ke Jakarta"Namun, kami (saya dan Mulyana, Red) belum tahu ada apa," tuturnya

Dengan gelisah, Mulyana kemudian menanti kabarKepastian baru didapat Senin (13/6) malam laluKetika itu, istri Khidir diberitahu bahwa suaminya meninggal karena terkena serangan jantungDini hari kemarin, Mulyana langsung berangkat ke Jakarta untuk melakukan identifikasi(ano/iro)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketua KPK Berharap Syamsul Cepat Sembuh


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler