JAKARTA – Peta ekonomi global sedang tidak menentu akibat krisis utang Eropa dan resesi Amerika Serikat yang berkepanjanganSejumlah industri keuangan di Eropa dan AS kini sudah mengumumkan sejumlah rencana efisiensi untuk mengatasi kondisi darurat itu
BACA JUGA: Investor Malaysia Incar Bank Mutiara
Setelah UBS, yang terbaru adalah bank raksasa AS yakni Bank of America yang siap mem-PHK 30.000 karyawannya dalam rangka restrukturisasi internal
Bankir senior Arwin Rasyid, misalnya, mengatakan, ia tetap optimistis
BACA JUGA: Potongan Fee Levy Danai IPF
Ia yakin kondisi perbankan Indonesia saat ini sangat kuatBACA JUGA: Kuota BBM Subsidi Terancam Jebol
Jauh dari situasi sewaktu krisis pada 1998 dan 2008," kata Arwin Rasyid Jakarta, Senin (5/9).Arwin mengemukakan, ketika melihat ketahanan perbankan adalah dari posisi likuiditasnyaArwin melihat tingkat rasio kredit dibanding pinjaman alias Loan to Deposit Ratio (LDR) masih dalam posisi aman"Dulu kondisi LDR itu diatas 100 persenArtinya kemampuan pembiayaan sebanding dengan pendanaanSaat ini rasio LDR di 75 persenJadi, likuiditas di perbankan RI sangat cukup," katanya
Dari perspektif kondisi makro ekonomi, Arwin melihat posisi cadangan devisa RI cukup signifikan untuk menahan aliran modal keluarDulu, cadangan devisa hanya sebesar USD 25 miliarCadangn devisi di tataran seperti itu sangat rentan menghadapi krisis.
"Saat ini sudah diatas USD 120 miliarJadi keadaannya sangat terkendaliKondisi perbankan amat sangat kuat," paparnya
Kini, kondisi perbankan di pentas global sangat tengah tidak menentu karena krisisAS, misalnya, hingga Agustus lalu sudah menutup 64 bank. Berdasarkan data Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) bank di AS ditutup sebanyak 64 bank pada 2011, 157 bank pada 2010, dan 140 bank pada 2009Tetapi FDIC memperkirakan sampai akhir 2011 ini jumlah bank yang bakal ditutup jauh lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.
Indonesia sendiri juga sudah menyiapkan dana mitigasi sebesar Rp 103,1 triliun untuk mengatasi kemungkinan dampak krisis ekonomiDana ini dialokasikan dari APBN-P 2011 untuk cadangan risiko perubahan asumsi makro, dan buyback surat berharga nasional.
Di tempat yang sama, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Mulya Siregar mengemukakan, BI akan melakukan pencegahan agar bank syariah tidak terfokus pada bidang bisnis gadai emasSebab, ranah bisnis tersebut hanyalah ranah komplementer atau pelengkap sekalipun permintaan dari pasar sangat tinggi
"Gadai emas itu kan masuk ke akad qardhIa merupakan pelengkap dari pembiayaanJangan sampai di masa yang akan datang, qardh membesar dan menjadi yang utama daripada kegiatan perbankan syariahKarena di fatwanya hanya sebagai pelengkap maka kami akan mengaturnya," kata Mulya Siregar.
Qardh merupakan akad pinjaman kepada nasabah demi tujuan komersial atau socialKetentuannya, dana tersebut wajib dikembalikan kepada lembaga keuangan syariah dengan jangka waktu yang sudah ditentukan.
Ini karena Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI nomor 79/DSN-MUI/III/2011 menyebutkan, pembiayaan qardh sebagai pelengkap untuk tujuan komersial bisa menggunakan dana nasabahSedangkan akad qardh yang berdiri sendiri untuk tujuan sosial tidak boleh menggunakan dana nasabah atau harus menggunakan modal.
Mulya mengemukakan, aturan tersebut paling cepat keluar pada akhir 2011"Tahun inilah paling cepatKita lagi mengodok nanti pada waktunya kita undang bank juga untuk mendiskusikannya," kata Mulya lagi
Ia menjelaskan, bank syariah juga harus lebih siap mengantisipasi lonjakan harga emas yang sewaktu-waktu bisa turunRisiko yang ditimbulkan, papar Mulya akan jauh lebih tinggi"Gadai emas atau Qardh tadi itu digunakan dalam kerangka pengadaianNah, itu harus kita lihat yang penting bagaimana bank bisa mengantisipasi risikonya sajaJangan sampai terjadi penurunan harga emas mereka jadi panik karena emas yang digadaikan masyarakat bisa turun nilainya," ujar Mulya lagi.
Hingga akhir Juni 2011 portofolio pinjaman qardh mencapai Rp 7,36 triliun atau naik hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,44 triliunPorsi pembiayaan qardh sekitar 8,9 persen dari seluruh portofolio pinjaman bank syariah yang mencapai Rp 82,61 triliun.
Ia juga meminta kepada perbankan syariah untuk tidak agresif dalam pembiayaan gadai emas"Pokoknya jangan banyak-banyakJangan bermain-main seperti ituKarena kembali lagi kepada khitah bahwa gadai itu hanya digunakan oleh orang yang mengalami kesulitan keuangan," kata Mulya Siregar lagi. (far/lum)
BACA ARTIKEL LAINNYA... HPM Ganti Komponen Honda
Redaktur : Tim Redaksi