BI Pangkas Suku Bunga Acuan Jadi 4,5 Persen

Rabu, 23 Agustus 2017 – 13:57 WIB
Bank Indonesia. Foto: Ilana Adi Perdana/Jawa Pos.Com/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate menjadi 4,50 persen.

Suku bunga itu dipangkas 25 bps setelah sebelas bulan bertengger di posisi yang sama, yakni 4,75 persen.

BACA JUGA: BI Rate Turun ke Level 4,5 Persen

Deputi Gubernur BI Perry Wajiyo menuturkan, suku bunga tersebut diturunkan karena inflasi yang lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya.

Tahun ini, BI memperkirakan inflasi mencapai empat persen setelah mempertimbangkan dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

BACA JUGA: Ingat, Dilarang Mengganti Uang Kembalian dengan Permen

’’Kalau itu (TDL) dikeluarkan, inflasi inti kami itu akhir tahun ini sekitar tiga persen. Tahun depan inflasi tetap terjaga kurang dari 3,5 persen,’’ ujarnya di gedung BI, Jakarta, kemarin (22/8).

Inflasi yang lebih rendah akhirnya membuka ruang pelonggaran moneter.

BACA JUGA: BI Prediksi Pertumbuhan Kredit Sulit Double Digit

Bank sentral juga memandang defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) tetap terkendali.

Tahun ini, BI memprediksi CAD mencapai 1,5–2 persen dari PDB dan tahun depan 2–2,5 persen.

Perkiraan itu tercatat lebih rendah daripada level CAD yang aman untuk Indonesia, yaitu tiga persen dari PDB.

Perry menjelaskan, penurunan suku bunga The Fed (Fed fund rate/FFR) juga lebih kecil dan tertunda.

’’Dulu kami perkirakan masih ada dua kali lagi, September dan Desember. Ternyata sekarang hanya sekali, yaitu Desember sebanyak 25 bps dengan probabilitas yang lebih rendah,’’ jelasnya.

Tekanan eksternal yang berkurang tersebut membuat bank sentral percaya diri melonggarkan kebijakan bunga.

Perry menyatakan, BI juga akan mengeluarkan kebijakan LTV (uang muka) spasial yang saat ini masih dikaji.

Dengan menerapkan kebijakan LTV spasial, BI berharap dapat mengakselerasi permintaan kredit otomotif dan properti berdasar setiap wilayah di tanah air.

Di samping itu, BI terus mendorong perbankan membiayai perekonomian melalui kredit dan sekuritas-sekuritas.

Jadi, BI bakal memperluas sisi loan melalui financing dalam bentuk pembelian obligasi korporasi.

’’BI juga akan berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mempercepat konsolidasi perbankan agar bank lebih siap menyalurkan kredit,’’ terangnya.

Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo menyebutkan, pada Juni ke Juli, bunga kredit turun empat bps. Bunga deposito juga merosot dua bps.

Agus memerinci, rata-rata kredit saat ini berada di 11,73 persen, sedangkan rata-rata deposito berkisar 6,49 persen.

’’Deposito turun lebih cepat dan kredit turun lebih pelan. Sebab, NPL (rasio kredit bermasalah, Red) cenderung meningkat dan bank juga berusaha menjaga marginnya,’’ tuturnya.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai langkah BI menurunkan suku bunga acuan sudah tepat.

Sebab, inflasi saat ini cukup landai dan kondisi politik domestik juga belum menunjukkan gejolak.

Namun, kondisi tersebut belum diikuti pertumbuhan kredit dan permintaan yang pesat.

’’Inflasi sampai akhir tahun diprediksi terkendali di tiga persen. Tapi, ekonomi belum begitu kuat. Transmisi penurunan suku bunga ini bakal menurunkan suku bunga deposito dan membutuhkan waktu 1–2 bulan,’’ katanya.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee juga melihat potensi peningkatan pertumbuhan kredit. Sebab, bank bisa menurunkan suku bunga deposito. ’

’Menurunnya cost of fund (biaya dana) mendorong permintaan kredit,’’ ujarnya.

Pertumbuhan kredit yang lebih pesat, lanjutnya, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dengan lebih baik.

Sebab, inflasi yang rendah saat ini belum diikuti permintaan kredit yang tinggi.

’’Artinya, ada kebiasaan orang menahan demand kredit,’’ tandasnya. (dee/rin/c14/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suku Bunga Bank Masih Bisa Turun


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler