jpnn.com - JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dan pemerintah bisa sedikit bernafas lega. Upaya pengendalian inflasi mulai menunjukkan hasil. Sepanjang November lalu, inflasi hanya tercatat tipis 0,12 persen dibanding bulan sebelumnya (month-to-month).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Difi Johansyah mengatakan, landainya inflasi November dipengaruhi oleh deflasi atau penurunan harga pada bahan makanan. "Dengan realisasi ini, kami memperkirakan inflasi 2013 akan di bawah 9 persen," ujarnya, Senin (2/12).
BACA JUGA: Kemasan Rokok Berisi 20, Eh....Cukainya Ternyata 10 Batang
Proyeksi ini tentu menjadi kabar baik. Sebab, sebelumnya BI memproyeksi inflasi 2013 bakal ada di kisaran 9,2-9,8 persen, lebih tinggi dibanding proyeksei sebelumnya yang 8,6-9,2 persen. Lonjakan harga pangan dalam beberapa bulan terakhir memang menggerus optimisme BI dan pemerintah bahwa inflasi bisa dikendalikan pada akhir tahun. Sama dengan BI, pemerintah melalui Kementerian Keuangan pun memproyeksi inflasi 2013 di level 9,2 persen.
Dengan realisasi inflasi November 0,12 persen, maka laju inflasi tahun kalender (Januari - November 2013) tercatat 7,79 persen dan tingkat inflasi year-on-year (November 2013 terhadap November 2012) tercatat 8,37 persen.
BACA JUGA: Neraca Perdagangan Oktober Surplus USD 42,4 Juta
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan, hal penting yang harus dilakukan pemerintah sepanjang akhir tahun ini adalah, menjaga lancarnya pasokan bahan pangan agar tidak terjadi kelangkaan yang menyebabkan lonjakan harga. "Asal bahan pangan tidak bergejolak, inflasi 2013 tidak sampai level 9 persen," katanya.
Menurut Suryamin, harga cabai rawit dan daging ayam ras yang biasa menjadi penyumbang inflasi, pada November lalu justru mengalami deflasi. Bahkan, daging ayam ras memberi andil deflasi 0,1 persen, dan cabai rawit yang harganya turun 23 persen, memberi andil deflasi 0,05 persen. "Pangan ini kan kuncinya pasokan, kalau pasokan cukup, harga pasti terkendali," ucapnya.
BACA JUGA: RNI Ingin Buka Gerai di Kementerian BUMN
Suryamin mengatakan, tren inflasi Desember biasanya memang lebih tinggi karena adanya momen Hari Raya Natal dan libur akhir tahun. Namun, kenaikannya tidak akan setinggi momen Puasa dan Lebaran. "Pengalaman sebelumnya, rata-rata inflasi Desember sekitar 0,5 persen," sebutnya.
Jika tahun ini inflasi Desember bisa kembali ditekan hingga 0,5 persen, maka laju inflasi kalender (Januari - Desember 2013) bakal ada di kisaran 8,3 persen. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo menambahkan, pengendalian inflasi November dan Desember bisa dibantu dengan intervensi moneter BI yang beberapa bulan terakhir cukup agresif menaikkan suku bunga acuan BI Rate. "Dengan begitu, permintaan domestik turun dan inflasi lebih terkendali," ujarnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rupiah Jeblok, Presiden Gelar Rapat Terbatas di Cipanas
Redaktur : Tim Redaksi