BI Rate Naik Lagi

Bank Sentral Lebih Pilih Stabilisasi Inflasi

Rabu, 08 Oktober 2008 – 11:19 WIB
JAKARTA - Pupus sudah harapan pelaku pasar modal untuk mendapatkan insentif dari bank sentralIni setelah Bank Indonesia mengumumkan kenaikan BI rate sebesar 25 bps (basis poin) menjadi 9,5 persen

BACA JUGA: Tarik Investor di Dubai

Keputusan yang diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG), Selasa (7/10) itu merupakan kenaikan 25 bps selama enam kali berturut-turut sejak Mei.

Kebijakan bank sentral ini mencerminkan BI lebih memilih stabilisasi angka inflasi daripada memberikan insentif penurunan bunga untuk menggairahkan pasar modal yang sedang terpuruk.

Gubernur BI Boediono mengatakan kenaikan BI rate diputuskan setelah mencermati perkembangan keuangan global dan ekonomi dunia
Juga, meneliti perkembangan di dalam negeri seperti permintaan domestik, prospek neraca pembayaran, dan daya tahan sektor keuangan.

"Ini merupakan langkah untuk menyampaikan kepada para pelaku pasar bahwa BI konsisten kepada strategi pengendalian moneternya yang telah dilakukan saat ini," kata Boediono dalam jumpa pers usai RDG di kantornya kemarin (9/10)

BACA JUGA: Perusahaan Kecil Terancam Kolaps

Didampingi Deputi Gubernur Senior BI Miranda Swaray Goeltom, jumpa pers kemarin hanya berlangsung singkat, kurang dari tiga menit.

Kenaikan BI dikawatirkan justru akan memperparah pengeringan likuiditas
Padahal efektivitasnya untuk meredam inflasi masih diragukan

BACA JUGA: BEI Teliti Transaksi Grup Bakrie

"Kenaikan ini menunjukkan BI belum memandang serius kesulitan likuiditas di sistem perbankan," kata Chief Economist Danareksa Researh Institute Purbaya Yudi Sadewa kemarin (7/10).

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) AErani Yustika mengatakan BI terlalu textbook dalam menerapkan kebijakan moneterKenaikan BI rate tidak akan membawa manfaat, karena inflasi sudah tidak bisa diselamatkan.

"Ini membuat investasi jadi seret dan krisis menjadi kian dalamMestinya BI rate direlaksasi, seperti yang dilakukan bank sentral Australia," kata Erani.

Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo berpendapat kenaikan BI Rate mencerminkan langkah menaikkan skala pengetatan moneter kita"Tentu tidak kondusif bagi dunia usaha, karena dengan begitu harga dana atau kredit menjadi lebih mahal," kata Bambang

Pendapat berbeda disampaikan ekonom senior Bank BNI Ryan KiryantoMenurut dia, kenaikan BI rate tidak akan memperburuk keadaan, karena perbankan dan sektor riil sudah maklum bahwa cepat atau lambat BI akan menaikkan bunga acuan


(sof/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Depkeu Stop Terbitkan SUN


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler