BI Turunkan Bunga Repo

Untuk Pertahankan Likuiditas Perbankan

Rabu, 17 September 2008 – 12:22 WIB
JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memenuhi janji mengoptimalkan repo surat berharga dan pasar uang antarbank untuk mengatasi kesulitan likuiditasMulai awal pekan ini, bank sentral mengubah koridor suku bunga overnight menjadi simetris BI Rate Rate plus minus 100 bps

BACA JUGA: PGN Bakal Amankan Pasokan Gas Untuk PLN



Dengan koridor tersebut, O/N Repo Rate diturunkan dari semula BI Rate plus 300 bps menjadi BI Rate plus 100 bps
Sedangan FASBI Rate disesuaikan dari semula BI rate minus 200 bps menjadi BI Rate minus 100 bps

BACA JUGA: 2009, Target BUMN Dipatok Rp 148 triliun

Dengan BI Rate 9,25 persen saat ini, O/N Repo Rate turun menjadi 10,25 persen
Sedangkan FASBI Rate naik dari 7,25 persen menjadi 8,25 persen

BACA JUGA: Antam Kurangi Porsi Nikel



Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan Masyarakat BI Dyah N.KMakhijani mengatakan kebijakan tersebut diambil untuk menjaga kecukupan likuiditas di industri perbankanIni juga dilakukan setelah mencermati perkembangan pasar keuangan global”Untuk menjaga kecukupan likuiditas di industri perbankan dengan tetap menjaga efektifitas kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi, BI memutuskan menurunkan O/N Repo Rate dari semula BI Rate dan menyesuaikan FASBI Rate,” kata Dyah di Jakarta Selasa (16/9)

Chief Economist PT BNI Tbk Tony Prasentiantiono mengatakan, pelonggaran likuiditas di pasar lewat jalan optimalisasi repo (penjualan surat berharga yang nanti harus dibeli kembali) patut diapresiasi"Bank bisa meminjam likuiditas dari BI dengan jaminan surat berharga," ujarnya di Jakarta kemarin (16/9)Surat berharga yang dimaksud adalah Sertifikat Bank Indonesia (SBI) maupun Surat Utang Negara (SUN)

Langkah optimalisasi repo ini dinilai lebih efektif bagi industri perbankan ketimbang melirik pinjaman lewat pasar uang antar-bank (PUAB) yang bunganya terus terkerek dan jangka waktunya cukup pendek

Dengan besaran bunga BI rate plus 100 basis poin alias 1 persen, dia menilai cukup murah"(Patokannya), jika bunganya 2 persen di atas BI rate (11,25 persen), berarti itu murah," jelasnyaArtinya, keputusan bank sentral cukup tepat karena bank-bank pasti tidak akan melirik repo untuk mendapatkan likuiditas jika bunganya menembus 12 persen

Secara terpisah, Dirut PT Bank NISP Tbk Pramukti Surjaudaja mengatakan, industri jasa keuangan kini tengah menghadapi likuiditas yang sangat ketatPertumbuhan penghimpunan DPK dan pengucuran kredit timpang sangat lebarUntuk mengatasinya, bank melakukan banyak caraBagaimana dengan repo SBI? "Repo SBI memang dilakukan, tapi jauh lebih jarang," terangnya kemarin.


Dia mengatakan, mayoritas bank masih mengandalkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) karena itu yang paling amanNamun, sambung dia, untuk kebutuhan jangka pendek bank memilih menggunakan dana pasar uang antarbank (PUAB)"Sebab, umumnya berbiaya bunga lebih rendah," ujarnya

Wakil Ketua Umum Perbanas Jahja Setiaatmadja mengatakan, PUAB memang dipilih bank hanya untuk kepentingan jangka pendek karena jangka waktunya yang memang pendekJanji BI untuk mengoptimalkan repo window SBI memang mulai diwujudkanHanya saja, jalan tersebut hanya bisa dilakukan oleh bank-bank yang masih punya surat berharga tersebut"Repo SBI bisa kalau bank punya SBI yang belum jatuh tempo," tutur Wapresdir PT BCA Tbk itu

Karena itu, dia berpandangan bahwa dana masyarakat merupakan sumber DPK yang paling aman untuk memperkuat likuiditasTerutama untuk dana-dana masyarakat bertenor jangka panjangSaat ini, dari data BI, komposisi deposito jangka pendek (tenor satu bulan) di industri perbankan masih sangat besar, mencapai Rp 486,25 triliun per bulanHal itu sangat berpotensi menimbulkan ketidaksinkronan antara penghimpunan DPK dan outstanding kredit.

Tony mengatakan, pasar uang antarbank (interbank call money) memang bisa menjadi jalan bagi bank-bank yang krisis likuiditasHanya saja, menurut dia, sekarang ini bunganya sebenarnya juga tinggiJika bank masih melirik pinjaman lewat PUAB ini, otomatis likuiditas di PUAB juga semakin keringAlhasil, bunga PUAB ikut mendaki

"Jadi, saya pikir itu bukan solusi yang baik," kata TonySejak Juni, suku bunga overnight dalam PUAB memang terus naikBank sentral juga berupaya memperketat pinjaman lewat PUAB ini dengan mengerek FASBI(sof/eri/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... De-Industrialisasi Makin Nyata


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler