Tracy King punya gigi yang rusak, sangat menyakitkan karena sejak usia 20 tahun ia tidak pernah ke dokter gigi akibat mahalnya biaya perawatan gigi di Australia.
Ditambah ia harus minum obat stereoid untuk kondisi autoimunnya yang juga membuat giginya rusak.
BACA JUGA: ASEAN & Australia Bahas Laut China Selatan, Tiongkok Sampaikan Peringatan
"Gigi saya menjadi sangat rapuh, jadi ketika saya makan bisa jadi retak," katanya.
Perempuan asal Queensland berusia 49 tahun ini juga pernah minder, kadang harus menutup mulutnya dengan tangannya saat berbicara.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Qantas Dijatuhi Denda karena Perlakuan Ilegal Terhadap Pekerjanya
"Ini mempengaruhi rasa percaya diri saya ketika tampil di depan umum karena tuntutan pekerjaan, ketika berbicara dan melatih orang atau presentasi, kita harus terus-menerus tersenyum dengan mulut tertutup," kata Tracy.
Untuk perawatan dari dokter gigi Australia, termasuk veneer pada gigi atasnya, yang paling murah saja mencapai AU$12,500, atau lebih dari Rp125 juta.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Australia Akan Menggelontorkan Dana $2 Miliar untuk Asia Tenggara
"Tentu saja ini membuat tabungan habis," katanya.
Tracy sudah sering bolak-balik ke Bali selama bertahun-tahun, karena ia memutuskan untuk melakukan perawatan giginya di sana saat sedang liburan.
Untuk perawatan gigi di sebuah klinik di Kuta, Tracy membayar tidak lebih dari Rp33 juta pada tahun 2022 dan merasa hasilnya "luar biasa".
"Saya sudah menjalani dua kali konsultasi sebelum menjalani tindakan, dan tindakan itu dilakukan dalam dua sesi yang berbeda," katanya.
"Sejak saat itu, saya memiliki gigi yang terbaik yang pernah saya miliki, jadi saya senang telah melalui ini semua."Sistem kesehatan yang 'rusak'
Lesley Hyde, warga Australia lainnya, berangkat ke Bali untuk liburan sekaligus perawatan gigi.
Ia pernah melakukan veneer pada gigi atasnya pada tahun 2022, serta perawatan lanjutan di tahun 2023 dan awal tahun 2024.
Meski perawatan gigi Lesley sebagian besar hanya bersifat kosmetik, dia mengatakan banyak warga Australia pergi ke Bali untuk mendapatkan perawatan krusial.
"Semua perawatan, termasuk mahkota gigi, saluran akar gigi," ujarnya.
"Saya punya teman yang melakukan pencangkokan tulang dan implan, dan biayanya hanya seperenam atau sepertujuh dari biaya pencangkokan tulang di Australia," jelas Lesley.
Lesley adalah perawat unit gawat darurat di sebuah rumah sakit di Melbourne dan berpendapat kalau sebagian besar sistem kesehatan dan perawatan gigi swasta di Australia "rusak".
"Warga tidak mampu pergi ke dokter gigi, jadi mereka datang ke klinik dokter umum, unit gawat darurat dan pada dasarnya mereka memerlukan pereda nyeri karena hanya itu yang bisa kami berikan. Kami bukan dokter gigi, kami tidak bisa melakukan apa-apa untuk gigi mereka," katanya.
Menurutnya masalah gigi yang tidak diobati dapat memperbesar masalah kesehatan, seperti kecanduan obat pereda nyeri dan gizi buruk karena pasien tidak dapat mengunyah dengan benar.
"Saya yakin perawatan gigi harus ditanggung oleh Medicare [semacam BPJS Kesehatan di Indonesia], dan saya tidak paham mengapa hal ini tidak dilakukan karena gigi sama pentingnya dengan tindakan medis lainnya," katanya.
Tracy mengatakan dia beruntung bisa terbang ke Bali untuk mendapatkan perawatan gigi, tidak seperti banyak warga Australia yang terjebak dalam sistem yang ia sebut "sangat rusak".
"Jika mampu, mereka bisa mengakses layanan kesehatan. Jika tidak mampu, bersiaplah giginya akan membusuk di mulut dan rontok," ujarnya.Perawatan gigi di Australia
Lebih dari 85 persen perawatan gigi di Australia dilakukan oleh klinik swasta.
Meski beberapa warga lanjut usia memenuhi syarat untuk mendapatkan perawatan gigi gratis di sistem kesehatan negara bagian dan teritori, tak jarang mereka harus menunggu hingga bertahun-tahun.
Pada bulan November, komite Senat yang menangani penyediaan dan akses terhadap layanan gigi di Australia merilis laporan akhir temuannya.
Terdapat 35 rekomendasi yang dibuat, termasuk pendanaan untuk promosi kesehatan mulut, skema tunjangan gigi bagi lansia, perluasan tunjangan gigi bagi anak, serta penunjukan kepala otoritas kesehatan gigi dan mulut.
Yang terpenting, laporan ini merekomendasikan pemerintah Australia untuk bekerja sama dengan tiap-tiap negara bagian untuk menciptakan akses universal terhadap layanan kesehatan gigi dan mulut, di bawah layanan Medicare atau skema serupa, secara bertahap.
Juru bicara Departemen Kesehatan Australia mengatakan tanggapan pemerintah terhadap laporan tersebut saat ini sedang dipersiapkan dengan masukan dari sejumlah lembaga pemerintah.
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari laporan ABC News dalam Bahasa Inggris.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Hari Ini: Presiden Joko Widodo Bertolak ke Melbourne untuk Pertemuan ASEAN