Bikin Nangis, Mengenal Sosok Eno di Mata Keluarga, Dia Sangat Cinta....

Selasa, 17 Mei 2016 – 09:57 WIB
Eno Parihah semasa hidup. FOTO: ist

jpnn.com - Eno Parihah, 19, seorang perempuan asal Kampung Bangkir RT 12 RW 03 Desa Pamadikan, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Serang, menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan yang sangat keji. Eno ditemukan tidak bernyawa di mes buruh PT Polyta Global Mandiri, Jalan Raya Perancis Pergudangan 8 Dadap, Desa Kosambil, Kecamatan Jatimulya, Kabupaten Tangerang, Jumat (13/5). Di alat vitalnya tertancap gagang pacul. Dimata Keluarga, Enoh adalah sosok yang bail dan penyayang.


IRFAN MUNTAHA – Serang

BACA JUGA: Jualan Sayur Keliling Bisa Beli Rumah, Mobil, dan 5 Sepeda Motor

----------------------------------------


SABTU (14/5) waktu menunjukan pukul 16.00 WIB, bendera kuning berukuran kecil terbentang dengan tiang kecil yang terbuat dari bambu. Bendera itu menunjukan susana duka di kampung halaman korban pemerkosaan dan pembunuhan yakni Eno Parihah.

BACA JUGA: Bunuh Diri karena Cinta, Tinggalkan Surat untuk Kekasih, Bunyinya...

Bendera berwarna kuning itu terpasang kurang lebih 200 meter dari rumah korban yang diselimuti duka. Rumah korbanpun diramaikan dengan kehadiran sejumlah warga yang turut berduka cita, ada juga yang memasang tenda sebagai persiapan doa untuk korban.

Tenda dipasang tepat didepan rumah korban dengan menggunakan tiang besi dengan atap terepal, rasa sedih terlihat dari raut muka keluarga yang berkumpul di halaman rumah korban. Rumah korban berwarna cat putih dan tembok tua itu tampak penuh oleh tamu yang terus berdatangan.  

BACA JUGA: Kisah Dua Kowal Cantik yang Terpilih Jadi Pilot Perempuan TNI-AL

Sedangkan ayah korban, Arif dengan tegarnya terus menyambut kedatangan tamu yang turut berduka, termasuk awak media yang datang. Bahkan Arif juga menyediakan waktu khusus untuk memberikan keterangan kepada wartawan. 

Didalam kamar yang berukuran 4 meter persegi Arif ditemani sejumalah warga setempat menuturkan sosok anak yang menjadi korban pemerkosaan dan pembunuhan tersebut. “Anak saya baru kerja enam bulan, biasanya setiap minggu pulang nengok keluarga,” ujar Arif dengan raut muka tegar. 

Arif memakai peci hitam, pakaian batik lengan panjang, serta celana bahan warna hitam terus mengatakan sosok korban yang baik. Tidak jarang korban menanyakan kebutuhan seorang ayah dan ibu. “Saat pulang, suka bertanya kebutuhan keluarga, tapi selalu disarankan uang hasik kerja di tabung,” katanya.

Korbanpun menjadwalkan kepulangannya ke halaman rumah seminggu sekali, saat datang selalu membawakan makanan untuk adik-adiknya dan roko untuk orang tua. Ya, kata sang ayah, Eno adalah kakak yang sangat sayang dan cinta adik-adiknya.

“Saya tidak tahu gaji anak saya selama bekerja, tapi saat pulang belikan saya rokok, termasuk kasih uang untuk adiknya yang masih sekolah,” katanya.  

Dengan penuh perasaan dan kasih sayang, Arif sebagai seorang ayah terlihat raut muka sedih mengingat kembali kebaikan anaknya itu. 

Baginya, korban meninggalkan kenangan manis, tetapi kesan itu tidak mungkin akan kembali. “Keluarga tidak menyangka anak saya meninggal begitu cepat.” katanya. 

Sebagai orang tua, katanya, tentu kejadian itu membuat perasaan terpukul, kesadisan yang dilakukan pelaku terhadap anaknya harus dibayar tuntas. Dengan hilangnya nyawa korban, tidak hanya melukai perasaan orang tua tetapi anggota keluarga lain. “Semua keluarga pasti merasa kehilangan,” katanya.   

Korban adalah anak yang ke empat bagian dari kelurga yang senang memberi, khusunya terhadap adiknya yang masih sekolah. Ia berharap, pihak kepolisian segera menangkap pelaku dan menjatuhkan hukuman yang setimpal. 

“Mudah-mudahan pelaku dihukum berat,” ungkapnya. (irfan muntaha)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolak Uang dari Pemohon SIM, Polisi Ini Nyambi jadi Pengepul Sampah


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler