Jualan Sayur Keliling Bisa Beli Rumah, Mobil, dan 5 Sepeda Motor

Selasa, 17 Mei 2016 – 00:09 WIB
Rizal, uti-uti yang sedang mangkal di pertigaan jalan Kampus STIKIP, Sasa Ternate Selatan. Foto: Gunawan Tidore/Malut Post/JPG

jpnn.com - USAHA apapun jika ditekuni, pasti hasilnya memuaskan. Rizal, penjual sayur keliling membuktikannya. Dalam kurun waktu 9 tahun, ia mampu memiliki rumah, satu pick-up, dan lima sepeda motor. 

GUNAWAN TIDORE, Ternate

BACA JUGA: Bunuh Diri karena Cinta, Tinggalkan Surat untuk Kekasih, Bunyinya...

Uti-uti adalah sapaan yang disandang Rizal selaku penjual sayur keliling. Sapaan khas orang Gorontalo untuk pedagang keliling. 

Sehari-hari, Rizal keliling kota dengan sepeda motor yang diberi semacam rak kayu di bagian belakang untuk meletakkan berbagai jenis sayuran. Setiap kali berhenti di satu titik, kaum perempuan kerap merubunginya.

BACA JUGA: Kisah Dua Kowal Cantik yang Terpilih Jadi Pilot Perempuan TNI-AL

Sudah sembilan tahun pria asal Gorontalo itu berjualan di Ternate. Sebelum menapaki kakinya di Kota Ternate, Rizal pernah keliling Kalimantan dan Sulawesi. Di dua pulau itu, pria kelahiran 1984 ini jualan sayur juga.

Menjadi uti-uti bukanlah cita-cita Rizal. Niatnya untuk melanjutkan pendidikan setamat SMA harus kandas lantaran konflik Poso 1999 silam. Berbekal ijazah SMA, ia bertekad menafkahi keluarga, menggantikan orangtuanya yang tak lagi muda. 

BACA JUGA: Tolak Uang dari Pemohon SIM, Polisi Ini Nyambi jadi Pengepul Sampah

”Awalnya jualan di Palu. Tapi pendapatannya sedikit, jadi pindah ke Kalimantan,” tuturnya saat ditemui mangkal di pertigaan Jalan Kampus Stikip Kieraha, Jumat (13/5).

Di Kalimantan, Rizal ber-uti-uti cukup lama dibandingkan di Palu. Namun dengan alasan yang sama, minim pendapatan, ia memutuskan bermigrasi ke Maluku Utara. 

”Hanya 3 tahun berjualan keliling di Kalimantan. Suatu hari, saya dapat informasi dari teman sesama pedagang keliling, bahwa salah satu teman yang uti-uti di Ternate sukses dengan pekerjaan ini,” kenangnya.

Di Ternate, Rizal tak langsung lanjut menjadi uti-uti. Ia butuh modal awal. Kemampuannya mengendarai truk dimanfaatkan untuk itu. Truk yang dikendarainya adalah truk pengangkut sembako di Tidore. Pekerjaan ini dilakoninya selama empat bulan. 

”Upahnya Rp 1,3 juta per bulan. Uang itu saya gunakan untuk kredit sepeda motor dan mulai ngojek,” ungkapnya. Hanya butuh setahun baginya untuk melunasi kreditan motor. Setelah lunas, ia kembali menjadi uti-uti.

Sayuran dan rempah yang dijual Rizal beragam. Bayam, kangkung, sawi, terong kol, kentang, wortel, tahu, tempe, hingga bawang. Beberapa jenis ikan laut pun ada di rak sayuran Rizal. Harganya sedikit lebih mahal ketimbang harga pasar. 

Namun kehadiran uti-uti seperti Rizal membuat para ibu rumah tangga lebih bisa menghemat waktu karena tak perlu lagi ke pasar. ”Tiap Subuh saya ke pasar dulu untuk beli bahan-bahan yang akan dijual. Setelah itu baru dijual keliling,” ujarnya.

Masing-masing uti-uti memiliki rute jualan. Rute ini dibuat berdasar kesepakatan bersama. Tujuannya adalah agar tak ada penjual yang ‘bertabrakan’ di tengah jalan. 

”Saya dapat rute jualan di wilayah Tanah Tinggi, Jerbus, Jati Metro dan Kalumata,” kata pria yang telah mahir berbahasa daerah Ternate itu.

Dalam sehari, Rizal menghabiskan modal Rp 200 ribu untuk membeli bahan jualannya. Sedangkan penghasilan yang di dapatnya per hari Rp 300 ribu. ”Jadi tiap hari untung Rp 100 ribu,” akunya.

Dikatakan Rizal, bahwa dari hasil jualannya, ia mampu membangun rumah permanen di Gorontalo. Satu unit mobil pick-up dan lima unit sepeda motor pun telah berhasil dibelinya. ”Alhamdulillah, hasil jualan dapat saya gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan dapat menopang hidup keluarga saya,” ujarnya.

Ia mengakui, berjualan keliling di Ternate jauh lebih menguntungkan ketimbang di Kalimantan. Pasalnya, orang Kalimantan cenderung lebih suka mengonsumsi daging dibandingkan sayur dan ikan. Areal berjualan pun berpengaruh terhadap hasil jualan. ”Kami cenderung memilih rute jualan yang jauh dari pasar. Sebab orang yang rumahnya jauh dari pasar cenderung lebih memilih beli di uti-uti daripada harus ke pasar,” tuturnya.

Meski terbilang telah sukses, Rizal mengaku tak akan meninggalkan pekerjaan tersebut. Ia juga berencana melebarkan bisnis lain, untuk dikelola istrinya. 

”Tapi saya tetap jadi uti-uti. Pekerjaan ini yang membuat saya bisa seperti sekarang ini, jadi tidak mungkin saya tinggalkan,” tandasnya.(tr-01/kai/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Si ABG Biang Kerok Pencabulan Itu Sosok Bandel Banget...


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler