jpnn.com - PUAN dan tuan yang baik, ini serial penghabisan dari 10 tulisan bersambung mengenang 30 tahun Ekspedisi Phinisi Nusantara. Pelayaran paling legendaris di Abad 20.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Pelaut Kudu Baca Nih...Rahasia Sukses Pelayaran Paling Legendaris di Abad 20
Setelah berehat semalaman di Pelabuhan Victoria, Kanada, pagi harinya Phinisi Nusantara kembali berlayar.
Cuaca pagi 14 September 1986 cerah. Kapal kayu ala Bugis melaju melintasi English Bay.
BACA JUGA: Begini Cara Pelaut Ulung Menyisir Ombak Membelai Badai
Haluan menuju Vancouver, di mana sebuah perhelatan akbar berkaliber internasional sedang berlangsung; Vancouver Expo 86 (2 Mei-12 Oktober 1986).
Phinisi Nusantara berpapasan dengan Kapal Induk Armada VII USS Constellation.
BACA JUGA: Luar Biasa, Perjuangan Para Pelaut ini Mengharumkan Nama Indonesia
Sesuai etika kelautan, kapal yang lebih kecil segera menurunkan bendera dan membunyikan peluit, sebagai tanda penghormatan.
Sedangkan kapal yang lebih besar, tak perlu membalas penghormatan tersebut.
Tapi kali ini lain. Kapal induk Amerika itu menurunkan layar. Dibunyikan pula peluit dengan nyaringnya.
Dan, macam ada yang mengomandoi, seluruh awaknya serempak turun ke geladak.
Mereka memberi sikap hormat pada Phinisi Nusantara yang panjangnya hanya 37 meter dan diawaki belasan orang.
Saluuuut!
Kabar kedatangan Phinisi Nusantara di Pantai Barat Amerika memang sudah jadi buah bibir.
Bagi orang-orang, ini fenomenal. Disebut-sebut sebagai pelayaran legendaris dalam sejarah kemaritiman dunia.
Bayangkan saja, kapal kayu tradisional berhasil mengampuh pelayaran sejauh lebih kurang 11 ribu mil. Melintasi ganasnya Samudera Pasifik pula.
Sebuah pelayaran panjang dengan kapal layar yang sudah lama tak dibuat-buat orang semenjak teknologi mesin uap ditemukan pada penghujung Abad 18.
Akhirnya, sampai juga di Pelabuhan Marine Plaza, Vancouver.
Kedatangannya memang ditunggu-tunggu.
Laksana menyambut kedatangan kekasih lama tak jumpa, masyarakat Vancouver tampak antusias.
Kota di Pantai Barat Amerika memang memiliki sejarah kemaritiman yang panjang.
Lebih kurang 100 surat kabar di Kanada mengulas pelayaran legendaris di Abad 20 itu.
Big Applaus
Saat itu, Vancouver musim dingin. Malam harinya Angkatan Laut Amerika menggelar resepsi.
Capt. Gita Ardjakusuma, nakhoda Phinisi Nusantara duduk semeja dengan Laksamana Sudomo, Panglima Armada AL USA di Pasifik dan Komandan Kapal Induk USS Constellation, yang tadi pagi berpapasan di laut.
Begitu Sudomo memperkenalkan Capt. Gita sebagai nakhoda Phinisi Nusantara, sontak hadirin berdiri. Sebuah applaus panjang membahana.
"Big surprise! Unbelievable…" mereka bertampik sorak.
Saluuuut! "Pelaut-pelaut gila" Indonesia ini tak sekadar mengaharumkan nama bangsa. Ini pembuktian bahwa, nenek moyangku seorang pelaut.
Stand Indonesia
Sudah diceritakan di tulisan sebelumnya, dalam rangkaian serial ini. Bahwa di ajang Vancouver Expo 86, hampir seluruh negara-negara menunjukkan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasinya.
Stand Uni Soviet membanggakan Vostok-1 yang berhasil diterbangkan Yuri Gagarin, pilot legendaris pertama yang mengorbit bumi.
Amerika membanggakan Apollo 11 dan astronotnya; Niel Armstrong dan Buzz Aldrin yang katanya pertama kali menginjak bulan.
Stand Indonesia yang semula sepi, semenjak kedatangan Phinisi Nusantara saban hari dikunjungi tak kurang 3000 orang.
Bahkan, pada 21 September 86, Phinisi Nusantara didatangi 25 ribu pengunjung. Sebuah angka yang fantastis.
Maka tak ayal, stand Indonesia masuk dalam kelompok Top Twelve berbintang empat di topik A Must See.
Saking terhormatnya, "Indonesia menjadi satu dari tiga negara yang dianugerahi paku rel kereta api Trans Canada," ujar Capt. Gita kepada JPNN.com, tanpa terasa aroma menyombongkan diri.
Dia tipikal pelaut rendah hati dan senang guyon.
Paku rel itu, simbol peringatan 100 tahun simbol kemajuan transportasi tempo doeloe.
Pak Jokowi…
Itulah senarai kisah keberhasilan pelayaran Phinisi Nusantara tiga puluh tahun lalu.
Saya jadi ingat saat Jokowi-JK memenangkan pilpres tempo hari. Bukankah Pak Presiden mula-mula berpidato di kapal phinisi?
Sungguh semiotik. Semangat Indonesia menjadi poros maritim pun mengemuka.
Nah, Pak Presiden…usia Capt. Gita kini 71 tahun. Masih segar bugar beliau. Terserah sih...
Bila saya Jokowi, gout ajak Pak Kapten ngupi di istana. (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bukan Cerita Capt. Jack Sparrow, ini Kisah Nyata...
Redaktur : Tim Redaksi