jpnn.com - TIGA puluh tahun lalu. Para pelaut Indonesia tampil memukau. Peristiwa penting dalam sejarah kemaritiman dunia.
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Begini Cara Pelaut Ulung Menyisir Ombak Membelai Badai
13 September 1986...
Phinisi Nusantara merapat di Pelabuhan Victoria, Kanada, setelah berlayar selama dua bulan lebih seminggu dari Pelabuhan Muara Baru, Jakarta,
BACA JUGA: Luar Biasa, Perjuangan Para Pelaut ini Mengharumkan Nama Indonesia
Pesawat Otter Amphibi mendarat persis di samping sandaran Phinisi Nusantara.
Laksamana Sudomo keluar dari pesawat. Menghampiri dan langsung memeluk para awak Phinisi Nusantara satu persatu.
BACA JUGA: Bukan Cerita Capt. Jack Sparrow, ini Kisah Nyata...
Bergetar dan terbata-bata Sudomo mengatakan, masyarakat Indonesia sangat mencemaskan ekspedisi ini.
"Dalam sejarah Indonesia, baru kali ini sebuah perahu tradisional Bugis yang dibuat oleh tangan-tangan perajin Tanah Beru berhasil selamat sampai di Pantai Barat Amerika," ujar Sudomo, sebagaimana ditulis Nina Pane dan Semy Hafid dalam Menyisir Badai.
Sejurus kemudian, melalui pesawat Inmarsat--International Maritime Satellite--yang terpasang di Phinisi Nusantara, Presiden Soeharto menelpon dari Jakarta.
Keuletan para awak Phinisi Nusantara telah membuktikan semangat bahari bangsa Indonesia kepada dunia.
Keuletan itu akan dihargai bukan saja oleh bangsa Indonesia sendiri, tetapi juga oleh bangsa-bangsa di dunia.
Begitu kata Soeharto di ujung telepon.
"Sampaikan salam selamat dan penghargaan saya kepada seluruh ABK," Soeharto menitip pesan melalui Capt. Gita Ardjakusuma, nakhoda Phinisi Nusantara.
Ini Rahasianya…
Mengarungi Samudera Pasifik dengan kapal layar tradisional bukan perkara sembarang.
Sekadar pelajaran, Capt. Gita pun berbagi rahasia.
Menurut dia, seorang nakhoda perlu mengenal kondisi kapal, serta memahami track yang sesuai dengan kapal yang diawakinya itu, dengan baik.
Saat melayarkan Phinisi Nusantara, Capt. Gita terlebih dahulu mempelajari karakter cuaca, arus angin dan arus laut dengan segala perubahannya.
Phinisi Nusantara jenis kapal tradisional yang kekuatannya bertumpu pada tenaga layar. Maka dituntut kemampuan bermanuver untuk menyisir Samudera Pasifik yang terkenal ganas.
"Kami sampai ke sana justru karena kami memanfaatkan arus-arus yang telah kami ketahui," kenang Capt. Gita.
Mereka mulai manfaatkan arus balik Khatulistiwa sejak posisi kapal berada di pantai Sonsorol, Filipina hingga melaju ke Tenggara Honolulu, Hawaii.
Lalu, kembali memanfaatkan arus Aleuten yang mendorong kapal ke Utara sampai 40 derajat, dan bertemu arus Khurosiwo dengan arus California.
"Pertemuan kedua arus itulah yang selanjutnya mendorong kami ke mulut sungai hingga kami mencapai pelabuhan pertama, yaitu Victoria di Kanada," Capt. Gita yang kini berusia 71 tahun, beromantisme masa-masa kejayaannya.
Nah, pembaca JPNN.com yang budiman, cerita belum selesai.
Dari Victoria, masih butuh sehari pelayaran lagi menuju Vancouver, tujuan yang sebenarnya; menghadiri perhelatan akbar Vancouver Expo 86. --bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pelaut-pelaut Gila dan Proyek Pelayaran Maut
Redaktur : Tim Redaksi