Bisa Eksis karena Mengelola dengan Hati

Selasa, 05 Januari 2010 – 05:51 WIB
Foto : Adri/Indo Pos

Kerusuhan Mei 1998 mendorong Ibrahim Irawan untuk menerbitkan majalah berbahasa Indonesia di Amerika SerikatMajalah komunitas itu eksis hingga kini dan terus menjadi penyambung aspirasi warga Indonesia yang tinggal di AS, terutama keturunan Tionghoa.

-------------------------------
NURHAYAT, Jakarta
-------------------------------

Sudah 23 tahun Ibrahim Irawan dan keluarganya menetap di Los Angeles, Amerika Serikat

BACA JUGA: Tak Peduli Hak Cipta, Ikhlas Bukunya Dibajak

Namun, kecintaan mereka terhadap Indonesia tak pernah luntur
Pergantian 2009-2010 lalu juga mereka lewatkan di Jakarta.

Salah satu bentuk perhatian dan kecintaan terhadap tanah air diwujudkan dengan menerbitkan majalah berbahasa Indonesia di Los Angeles

BACA JUGA: Ny Sinta Merasa Suaminya Hanya Pergi ke Luar Kota

Majalah itu sebagai sarana menjembatani aspirasi warga negara Indonesia yang tinggal di negeri Paman Sam tersebut
"Ini saya bawakan contoh majalah saya," ujarnya sembari menyerahkan lima eksemplar majalah dengan edisi berbeda kepada koran ini yang menemuinya di Jakarta seusai dia melewatkan malam pergantian tahun

BACA JUGA: Panglima Laot, Organisasi Penegak Hukum Adat Laut Aceh (1)



Dalam susunan redaksi, nama Ibrahim Irawan tercatat sebagai executive editor majalah bernama Indonesia Media tersebut"Saya memang menjabat executive editor, tetapi saya pemiliknya," katanyaIrawan menyebutkan, banyak media berbahasa Indonesia yang terbit di AS, tetapi tak ada yang mampu bertahan hingga lebih dari empat tahun"Indonesia Media sudah berusia 12 tahun (tepatnya 11 tahun, Red)," ujarnya bangga"Banyak yang bertanya, kok bisa bertahan selama ituKuncinya hanya satu, karena saya menerbitkan media ini dengan hati," sambungnya.

Sejarah terbitnya Indonesia Media berawal dari keprihatinan Irawan terhadap peristiwa kerusuhan Mei 1998 yang terjadi di beberapa kota di IndonesiaDalam peristiwa tersebut, dia merasa ada ketidakadilan yang diterima sebagian warga, khususnya keturunan TionghoaBanyak warga dari etnis ini yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, dan penjarahan.

Irawan merasa sedih karena warga negara Indonesia yang tinggal di AS baru mengetahui peristiwa tersebut pada JuniMeski agak terlambat, mereka langsung bergerakMereka membentuk sebuah organisasi yang diberi nama Committe for Human Right of Indonesia (CHI)Mereka menggelar unjuk rasa di ASMereka juga menyerukan adanya aksi yang sama di hampir seluruh dunia, seperti Hongkong, Jerman, Australia, dan BrazilSurat protes juga mereka layangkan kepada Presiden B.JHabibie.

"Saat itu kami mengundang sebuah media berbahasa Indonesia yang ada di ASTapi, pemilik media itu mengatakan tidak bisa ikut dalam unjuk rasa karena ada keperluan lainLalu kami mengirimkan naskah berita tentang unjuk rasa tersebut untuk diterbitkan di media itu, dan disangggupi untuk menerbitkannya," kenang IrawanNamun, kekecewaan yang harus diterimaSaat berita itu terbit, Irawan mendapatkan judul yang menyakitkanYakni, "Tidak Kurang dari 500 China Unjuk Rasa di Depan Perwakilan?"Ini akhirnya seperti membangunkan macan yang sedang tidur," katanya.

Dari kejadian itulah, pria berjambang tersebut lantas berinisiatif menerbitkan media sendiriDia mengurus perizinan, yang langsung turun tahun itu jugaNamun, penerbitan perdana baru bisa dilakukan pada Januari 1999"Kami terbit dwimingguan, sampai sekarang," jelasnyaIrawan mengaku, seluruh penulis di majalahnya tidak ada yang memperoleh bayaran"Semuanya menulis secara sukarelaSaya hanya memiliki 15 karyawan yang diberi honor," kata pria berkacamata ini

Mengapa Irawan memilih tinggal di AS" Dia bercerita, pada 1987, dia dan istri mulai hidup mapan di JakartaIrawan berprofesi sebagai dokter gigi, demikian pula istrinya, drg Elly Swadipura.  Tiba-tiba sang istri mengajaknya tinggal di Los AngelesSebuah permintaan yang menurut Irawan sangat sulit dipenuhiSebab, selain hidupnya mulai mapan, saat itu Irawan baru dua tahun berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di Departemen Kesehatan (Depkes) RIBukan hanya ituIrawan juga sudah mendapat jalan rezeki yang lumayan lapangKetika itu dia menjadi pemasok obat-obatan dan sajadah di Hero, jaringan supermarket terbesar kala itu.

"Tapi, istri saya memberikan ultimatumMau tinggal di Jakarta atau di AS," kata pria kelahiran Kanton, Kwang Tung, Tiongkok, 27 Januari 1955 tersebut
Irawan tak langsung mengiyakan keinginan sang istriDia mempersilakan Elly berangkat dulu ke AmerikaBaru, tiga bulan kemudian, Irawan menyusulMaka, ditinggallah seluruh pekerjaan yang ada di Jakarta

Enam tahun tinggal di Los Angeles, lahirlah anak pertama mereka Bryant Irawan, 16Tiga tahun kemudian lahir Stacey Irawan, 12.
Keinginan Elly menetap di AS tercetus setelah Irawan dan istri berlibur ke LA"Saat itu kami menginap di rumah teman di Beverly HillsDalam pikiran istri saya, Amerika itu, ya Beverly Hills," ujarnya.

Tapi, setelah benar-benar pindah, kondisinya tak seperti yang dibayangkan"Dua tahun kami mengalami masa sulit tinggal di sana (AS, Red), tanpa incomeIstri pun terpaksa bekerja sebagai waitress di salah satu resto," kenangnya.

Namun, masa sulit itu berangsur-angsur sirna ketika Irawan dan istri berhasil mengantongi lisensi untuk buka praktik dokter dari UCSF (University of California San Francisco)Mereka lulus ujian di UCLA (University of California Los Angeles)"Pada 1990, saya punya klinik sendiri, dan pada 1994 saya mendirikan klinik lagi," imbuhnya

Kedua klinik tersebut diberi nama sama, yakni 369 Dental CenterIrawan dan istri berpraktik di kedua klinik itu"Pasien saya kebanyakan buleKalau istri saya, pasiennya kebanyakan orang Meksiko," jelasnyaDari semula mengikuti kemauan istri yang dinikahinya pada 1977 saat masih berstatus mahasiswa Universitas Trisakti ini, Irawan kini mendapatkan berkah tinggal di ASSekarang dia berhasil mendirikan gedung perkantoran dan tercatat memiliki izin untuk membuat kontruksi bangunan di negeri itu(jpnn/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sulaiman, Asisten Pribadi Gus Dur Bertutur soal Gus Dur


Redaktur : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler