Bisnis Besar Dibalik Perang Anti Rokok

Minggu, 27 Juni 2010 – 17:00 WIB
Aktivitas merokok menjadi komoditi bisnis industri  farmasi, yang kini sedang gencar membunuh industri tembakauFenomena ini terungkap dalam  Buku Nicotine War: Perang Nikotin dan Pedagang Obat

BACA JUGA: Sop tanpa Lemak, Bondan pun Kebelet Nyicip

Sebuah buku terjemahan dari hasil riset dan kajian Wanda Hamilton, aktivis Fight  Ordinances and Restrictions to Control and Eliminate Smoking (FORCES) International.  Berbagai agenda pakar medis mengenai dampak merokok  bagi kesehatan pun dipertanyakan kebenarannya,

Merokok selalu dikritik  merusak kesehatan
Namun, melalui bukunya Nicotine War: Perang Nikotin dan Pedagang Obat- Wanda Hamilton membantah soal itu

BACA JUGA: Hepatitis Mulai Jadi Pusat Perhatian Dunia

Dalam risetnya, Wanda  menyebut perdebatan soal rokok maupun produk tembakau bukan sekadar argumentasi teknis medis yang bebas nilai, tentang sehat dan tidak sehat
Tetapi, sudah memasuki ranah persaingan bisnis korporasi yang dilakukan oleh para pemain industri farmasi

BACA JUGA: Tekanan Ekonomi, Ribuan Warga Pati Sakit Jiwa

Terutama, para produsen obat penghenti
rokok, seperti permen karet Nicorette, Koyok Nicoderm dan Nicotrol, obat hisap dan semprot Nicotrol maupun Zyban
     
Menurut Wanda, produsen farmasi ini berada di belakang penggiat antitembakau yang belakangan ini sibuk mengkampanyekan bahaya-bahaya tembakauMereka ngotot menekan pemerintah, dan bahkan merasuk melalui organisasi masa (Ormas) untuk membuat regulasi pengetatan atas tembakauTidak cukup dengan regulasi, penggiat  antitembakau juga masuk ke wilayah ormas untuk mengeluarkan fatwa, bahwa merokok itu dosa (haram red)Ketika penggiat anti tembakau sibuk berkampanye, korporasi -korporasi internasional yang diuntungan dari kegiatan ini sibuk menghitung peluang, meraup keuntungan dari bisnis nikotin.

Gencarnya perang global melawan tembakau diawali dengan lahirnya Prakarsa Bebas Tembakau (Free Tobacco Inisiative)Gerakan ini merupakan salah satu program  WHO Cabinet ProjectDimana program ini merupakan implementasi dari Kebijakan WHO "Health for All in the 21ist Century" atau Kesehatan untuk Semua di Abad ke 21, dibawah kepemimpinan Direktur Jenderal WHO DrGro Harlem BrundtlandHarlem adalah mantan Perdana Menteri NorwegiaDokter dan politisi gaek yang terpilih menjadi pimpinan WHO pada Mei 1998.

Proyek Prakarsa Bebas Tembakau ini disponsori tiga korporasi farmasi, Pharmacia & Upjohn, Novartis dan GlaxowelcomeKemudian ketiganya memproklamirkan kemitraan dunia di Forum Ekonomi  Duni di Davos, Swiss tahun 1999.  Dalam kesempatan itu, Brundtland juga menegaskan, bahwa ketiga koorporasi itu  menjadi mitranya dalam memproduksi  Nicotine Replacement Treatment (NRT).

Awal tahun 2000, dalam Konferensi Dunia tentang Tembakau dan Kesehatan ke 11 di Chicago kembali dikobarkan semangat memerangi tembakauRibuan pendukung, yang terdiri para praktisi kesehatan itu menyatakan sepenuhnya bebas dari asap tembakauAlhasil, konferensi ini hanya membahas agenda tunggal mencari tahu, bagaimana melenyapkan iblis bernama tembakau dari muka bumi.

Tiga lembaga penggiat antitembakau menjadi tuan rumah kegiatan ini, American Medical Association, American Cancer Society dan Robert Johnson Foundation
Mereka menyebut Konferensi ini sebagai konferensi terbesar di dunia untuk para ahli pengendali tembakauUntuk itu, tiga komunitas itu menggandeng beberapa
sponsor, seperti American Heart Association,  American Lung Association, US Conters for Disease Control and Prevention, dan masih banyak lagi, termasuk
dengan WHO yang bertindak sebagai tuan rumah kehormatan.

Sedangkan sebagai penyandang dananya, tercatat empat perusahaan koorporasi besar Glaxo Wellcome, Novartis, Parmacia dan SmithKline BechamDimana ke empat koorporasi itu memproduksi obat-obatan pengganti NikotinBegitu menonjolnya perusahaan farmasi dalam pertemuan ini, sehingga konferensi tersebut mirip dengan pekan raya obat-obatan dibandingkan sebuah konferensi kesehatan terbesar di dunia.

Salah satu sesi paling populer dalam pertemuan ini, adalah Pleno NikotinPertunjukan terbesar yang disponsori oleh SmithKline Beecham (SKB), produsen Koyok
Nicoderm dan permen karet NicorreteDalam salah satu sesinya yang didukung SKB, dipimpin oleh Judith Wilkenfeld dari kelompok bebas tembakau untuk Anak, dan Karen  Gerlach dari Robert Wood Johnson Foundation adalah kampanye Rokok Ringan: Masalah dan kemungkinan SolusinyaMelalui siaran persnya, SKB menegaskan bahwa pembahasan topik-topik tersebut di atas melalui pendekatan ilmiah dan kesehatan publik untuk melawan siasat industri tembakau.

Secara keseluruhan, konferensi Dunia tentang Tembakau dan Kesehatan ke 11 menjadi ajang promosi bagi industri farmasiNamun, acara ini juga berhasil
memperkokoh jaringan industri farmasi dengan organisasi-organisasi anti tembakau global, para pemuka kedokteran, WHO maupun badan-badan resmi pemerintahan federal ASKoneferensi ini juga menghasilkan semangat - sebuah kesepakatan tak tertulis- bagi para aktivis anti tembakau untuk terus menggelorakan semangat demi mengambil kendali nikotin dari perusahaan tembakau.

Gerakan anti merokok sebenarnya sudah dipelopori oleh para ilmuwan dari Pharmacia sejak tahun 1962Sebelum laporan pertama Surgeon General tentang dampak merokok bagi kesehatanSebuah riset pertama yang mengaitkan bahaya merokok dengan kesehatan paru-paruMelalui gerakanya, Pharmacia nampaknya menyadari betul bahwa Nikotin adalah zat dalam tembakau yang mendorong kebiasaan  - atau membuat ketagihan - bagi pemakainya

Dan Pharmacia merupakan perusahaan pertama yang mengembangkan produk terapi pengganti nikotin pada tahun 1971, yang dengan memproduksi permen karet dengan merk  NicoretteMeski begtu, produk ini baru merambah pasar  tujuh tahun kemudian yakni pada tahun 1978.  Pada tahun itu pula SmithKlein Beecham kali pertama memasarkan Nicorette.

Pada awal tahu  1980-an Jed Rose seorang peneliti dari Duke University mematenkan penemuannya Koyok Nikotin TransdermalKemudian, koyok ini menjadi basis produk Nicoderm dari SmithKline dan produk Nicotrol dari Mcneil Consumer Products - anak perusahaan Johnson & JohnsonKedua koyok itu, sebenarnya diproduksi oleh Pharmacia.

Pada tahun 1990-an perusahaan-perusahaan Pharmasi itu mulai membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga kesehatan publikDan pada tahun 1991- Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) - pemegang saham tunggal terbesar Johnson & Johnson memulai program hibah anti tembakau, mendanai program-program anti tembakau dan riset kecanduan nikotinKemudian, pada tahun 1995 RWJF berhasil menempatkan wakilnya di Komite Antarlembaga AS untuk Rokok dan Kesehatan, membantu mengordinasi pengendalian tembakau nasionalSetahun berikutnya, 1996 Centers for Disease Control memasukkan RWJF sebagai mitra pengendalian tembakau.

Gebrakan RWJF kemudian diikuti korporasi industri pharmasin lainnya, seperti  Glaxo Welcomme, Novartis dan Pharmicia yang pada tahun 1999 mengumumkan diri telah bermitra dengan WHO dan mencanangkan perang terhadap nikotinPada akhirnya, badan kesehatan publik global ini pun hanya bisa menari mengikuti iringan gendang yang ditabuh oleh perusahaan-perusahaan farmasi ituSebab, kampanye anti tembakau dimulai melalui menaikkan pajak tembakau, mencap jahat bagi nikotin, mengeluarkan larangan merokok dan berhenti merokok melalui produk-produk farmasi tertentu, kampanye berhenti merokok, serta menawarkan rangkaian penanganan bagi pecandu rokok.

Berbagai kampanye itu, kata Wanda Hamilton jelas hanya menguntungkan para produsen farmasi ituKarena itu pula, perusahaan farmasi itu berani membiayai
kampanye global untuk badan-badan pengendali tembakau global di Chicago pada tahun 2000, yakni Konferensi  Dunia tentang Tembaau dan Kesehatan ke 11Melalui langkahnya itu, perusahaan-perusahaan farmasi mengklaim sudah berada di jalur yang benar dalam memenangkan perang nikotin(aj/jpnn -bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cara Jitu Atasi Anak Tak Doyan Sayur


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler