Kepada wartawan di Jakarta, Selasa (22/3), Bambang menjelaskan bahwa dalam asumsi makro APBN 2011, ditetapkan harga minyak Indonesia (ICP) adalah USD 80 per barel
BACA JUGA: Impor Dinilai Kronis, Pemerintah Anggap Biasa
Sedangkan saat ini menurutnya, harga minyak kian melonjak naik hingga menyentuh level USD 113 per barel."Kalau tidak dilakukan pembatasan sama sekali tahun ini, saya ambil patokan sampai USD 90 per barel (misalnya), maka bisa ada potensi kehilangan penghematan Rp 4 triliun sampai Rp 6 triliun," kata Bambang.
Lantaran pemerintah belum berniat untuk merubah asumsi makro APBN 2011, maka melonjaknya kebutuhan anggaran untuk BBM subsidi, diharapkan bisa tertutupi dari cadangan resiko fiskal yang sudah disiapkan
BACA JUGA: Bayar Pensiun PNS, PT Taspen Berutang Rp 7,9 Triliun
Saya lupa, berapa nilai cadangan resiko fiskalBukan hanya beban anggaran yang meningkat, Bambang juga memprediksi lonjakan harga minyak pun akan menambah kewajiban pemerintah untuk ketersediaan dana pendidikan
BACA JUGA: 200 Kontainer Ikan Dipulangkan
Di mana sesuai amanat UU, anggaran pendidikan wajib 20 persen dari seluruh APBNOleh karena itu, Bambang berharap agar kuota BBM subsidi sebesar 38,5 juta KL benar-benar dapat dijaga."Saat ini, harga Pertamax dan premium itu makin jauh, sehingga kemungkinan orang pakai premium semakin tinggiBisa saja volumenya jadi melebihi, dan pasti ada beban subsidiPenambahan ini yang harus diwaspadai," tandas Bambang(afz/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dahlan: PLTN Belum Menjadi Prioritas
Redaktur : Tim Redaksi