jpnn.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melakukan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) bersama National Coordinator for Security and Counterterrorism (NCTV) atau Badan Antiteror Kerajaan Belanda.
Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Kepala BNPT, Komjen Pol Suhardi Alius bersama Kepala NCTV H.W.M Schoof dengan disaksikan Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Rob Swartbol di kantor perwakilan BNPT yang berada di salah satu Gedung kantor Kementerian di Jakarta, Rabu (18/07) petang.
BACA JUGA: Masyarakat Diminta Jaga Budaya Lokal untuk Berantas Terorisme
Suhardi mengatakan, penanggulangan terorisme yang selama ini dilakukan oleh BNPT dinilai menarik bagi Belanda.
Hal ini terkait dengan Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar serta pendekatan yang digunakan oleh BNPT selama ini dalam melawan terorisme.
BACA JUGA: Antisipasi Terorisme, Pengamanan Objek Vital Ditingkatkan
"Terlebih isu foreign terrorists fighters (FTF) returnees merupakan isu baru bagi Belanda. Selain demi pembelajaran, kedua belah pihak mengharapkan pertukaran informasi seiring dengan adanya penandatanganan MoU," ujar Suhardi.
Mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan, ketertarikan NCTV untuk melakukan kerja sama dengan BNPT karena Kerajaan Belanda telah melihat institusi yang dipimpinnya dapat memproses teroris itu menjadi mantan.
BACA JUGA: WNI Terlibat ISIS Pulang ke Tanah Air, BNPT Dilema
Dia pun mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat dilakukan dengan program Deradikalisasi BNPT yang unik dan efektif.
“Pendekatan yang dilakukan dalam program ini jarang ditemui di negara lain, yang melibatkan ulama, aparat, psikolog, dan sosiolog. Mereka ini dapat berinteraksi secara langsung dengan narapidana teroris dalam tahanan,” ucap alumnus Akpol 1985 ini.
Mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini juga mengingatkan NCTV untuk selalu waspada bahwa kini perempuan juga dapat menjadi teroris.
"Hal itu setelah dilakukan pengamatan dan deteksi oleh pihak aparat keamanan kita dan akhirnya kita berhasil menggagalkan rencana-rencana yang akan mereka lakukan," ujar mantan Kapolda Jawa Barat itu.
Sementara itu, Schoof mengatakan, MoU ini akan memperkuat kerja sama antara kedua belah pihak.
Dia juga menekankan pentingnya penandatangan MoU antara dua organisasi dari dua negara.
“Meskipun kami hari ini menandatangani MoU, namun Presiden Indonesia Joko Widodo dan Prime Minister Belanda Mark Rutte kerap menyebut adanya MoU ini selama G20 Summit lalu di Hamburg, Jerman. Maka ini penting untuk direalisasikan,” kata Schoof.
Bagi NCTV, isu-isu yang menjadi fokus saat ini ialah FTF returnees, aktifnya Al-Qaeda & ISIS, violent extremism serta cyber crime.
"Tidak hanya itu, bahkan anak dari teroris cukup menjadi perhatian bagi kami, di mana anak-anak minimal berusia sembilan tahun yang biasa tinggal di lingkungan teroris umumnya memiliki pemahaman radikal serta mahir menggunakan senjata api," katanya.
Selain itu menurutnya, media sosial juga ikut menjadi perhatian bagi NCTV.
Teroris dan ektremis menggunakan media sosial sebagai bentuk marketing dan perekrutan anggota.
"Dalam menangani isu media sosial, kami juga mengadakan kerja sama dengan media sosial ternama yang kerap digunakan teroris, seperti Facebook dan Twitter," kata Schoof. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak-Anak dan Perempuan Dominasi WNI yang Gabung ISIS
Redaktur & Reporter : Ragil