BNPT Janji Fasilitasi Keluarga Mantan Kombatan

Rabu, 16 Agustus 2017 – 02:42 WIB
Suhardi Alius (kiri) di Lapas Porong. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, SIDOARJO - Badan Nasional Penanggulangab Terorisme (BNPT) membuktikan komitmennya untuk selalu hadir dalam upaya mengurai masalah terorisme dari hulu sampai hilir.

Salah satu program yang dilakukan yakni mendatangi lembaga pemasyarakatan (Lapas) yang di dalamnya dihuni narapidana kasus terorisme (napiter).

BACA JUGA: BNPT Tolong Cuci Lagi Otak WNI Bekas ISIS

Hal tersebut terlihat saat Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius melakukan kunjungan ke Lapas Kelas 1 Porong, Sidoarjo, Selasa (15/8).

Dia menemui mantan bomber, Umar Patek yang selama ini juga dikenal sebagai salah satu perakit bom terbaik di dunia.

BACA JUGA: BNPT Tangkap Belasan Warga Sumbar Terlibat Jaringan Teroris

Dia juga menemui tiga napiter kasus Ambon, yaitu Ismail Yamsehu, Asep Jaya dan Samsudin alias Fathur.

“Kami dari BNPT mempunyai program untuk mendatangi lapas-lapas, khususnya untuk mendatangi para narapidana kasus terorisme. Kami berharap dengan kedatangan kami ke lapas-lapas, mereka (napiter) bisa berubah selama dalam masa penahanannya,” ujar Suhardi.

BACA JUGA: Generasi Muda Punya Peran Penting Perangi Radikalisme

Mantan Kabareskrim Polri ini menjelaskan, keinginan untuk berkunjung ke Lapas Porong ini sudah diinginkannya sejak lama.

Apalagi, beberapa bulan lalu dirinya juga mendengar langsung dari  mantan kombatan lainnya, Ali Fauzi yang mengatakan Umar Patek ingin bertemu dengan Suhardi.

“Mendengar itu saat peresmian masjid dan Pesantren Baitul Muttaqien di Desa Tenggulun, Lamongan, saya minta kepada Irjen Pol Hamidin (Deputi III BNPT) untuk menemui dulu Umar Patek di Lapas Porong karena saya saat itu masih belum ada waktu untuk ketemu. Sekarang saya punya waktu untuk bertemu sama para napi terorisme lainnya yang ada di Porong ini,” katanya

Alumnus Akpol tahun 1985 ini mengatakan, di dalam pertemuan tersebut, pihaknya saling berdiskusi dan saling sharing mengenai apa yang dirasakan para napiter.

“Saya ingatkan mereka bahwa kita boleh punya masa lalu, tapi kita juga punya masa depan. Selain itu kita sama-sama belomba-lomba dalam kebaikan. Kita melupakan masa lalu. Mari kita merajut hal-hal yang baik. Imbauan ini bukan kepada mereka saja, tapi juga dengan keluarganya,” ujar pria kelahiran Jakarta, 10 Mei 1962 ini.

Mantan Kapolda Jawa Barat itu berharap imbauan semacam ini akan lebih menyadarkan para napiter.

“Kami melihat teman-teman napi sudah banyak kesadaran. Mudah-mudahan betul dari hati yang ikhlas. Jangan cuma semata-mata karena tidak ikhlas atau sementara. Saya minta kesadaran ini harus terus dilakukan dengan tulus ikhlas. Kalau bangsa ini bersatu kan akan luar biasa,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Kadiv Humas Polri ini.

Pihaknya akan terus melakukan pendekatan-pendekatan dengan memmberikan nasihat terhadap para mantan kombatan yang dulunya ‘salah jalan’ untuk dapat kembali ke masyarakat dengan baik.

“Kami melakukan pendekatan dengan menggunakan hati. Bukan hanya kepada yang bersangkutan, kepada keluarganya pun sepanjang untuk hal baik akan kami fasilitasi dengan baik,” ujarnya

Terkait permintaan Umar Patek terhadap status kewarganegaraan istrinya yang belum menjadi WNI, mantan Wakapolda Metro Jaya ini berjanji melakukan koordinasi dengan otoritas pemerintahan  yang berwenang.

“Saya dengar sudah ada usulan dari lapas kepada Dirjen Pemasyarakatan. Tentunya nanti akan kami komunikasikan tingkat atas, bagaimana aturannya  sehingga juga ada solusi-solusinya. Karena kami punya aturan SOP dan sebagainya yang akan kami komunikasikan,” katanya.

Usai dari Lapas Porong, Suhardi dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Tulungagung dengan menggunakan helikopter.

Mereka menghadiri acara silaturahmi yang diselenggarakan lembaga pembelajaran Al-Qur’an, Institute of Qur’an Reading and Application (IQRA) di Hotel Crown, Tulungagung.

Acara tersebut dihadiri para elemen masyarakat seperti kiai, ulama, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan pejabat daerah.

“Penyebaran paham radikal sekarang ini sudah sangat gawat sekali. Sudah tidak ada sekat. Tidak ada daerah yang steril dari radikalisme. Tulungagung pun tidak (steril). Ingat, doktrin ideologi bisa menyerang siapa saja. Kalau kita tidak gerak cepat untuk mengawasinya tentunya ini akan membahayakan terhadap anak-anak kita nantinya dan tentunya bangsa ini sendiri,” ujar Suhardi. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumsel Harus Waspadai Terorisme saat Asian Games


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler