Bonek Aljazair Gelar Doa, Pendukung Portugal Lepas Bendera

Selasa, 22 Juni 2010 – 07:07 WIB
Suporter Aljazair menyempatkan diri mengunjungi Cape Point (Tanjung Harapan) setelah menonton tim mereka bertanding melawan Inggris. Foto Yuyung Abdi/JAWA POS

Di antara tempat menarik di Cape Town, Afrika Selatan, yang dikunjungi banyak suporter selama berlangsungnya Piala Dunia adalah The Cape of Good Hope (Tanjung Harapan)Konon, harapan segera terwujud setelah datang ke tempat itu

BACA JUGA: Tim Trisakti Touring Jakarta-Bali dengan Mobil Minyak Jelantah

Para suporter berharap tim yang didukung menang



KURNIAWAN MUHAMMAD, Cape Town


DATANG ke Cape Town belum lengkap jika belum menyentuh Cape Point atau The Cape of Good Hope

BACA JUGA: Belajar Tata Kota dari Pompeii, Situs Terpendam di Italia (1)

Itu adalah tempat dengan pemandangan yang sangat indah dan terletak di ujung Afrika
Bahkan, ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah ujung dunia

BACA JUGA: Dr AB Susanto, Pengusaha dengan Seabrek Keahlian



Bisa jadi karena alasan itu, para suporter dari berbagai negara yang mendukung tim kebanggaan masing-masing tak menyia-nyiakan kesempatan untuk datang ke Cape Point

"Sejak Piala Dunia dimulai, banyak suporter yang datang untuk berekreasi dan mencari berkah agar tim mereka menang," kata Henry Soni, petugas bagian pengawasan dari Table Mountain National Park, lembaga yang mengelola kawasan wisata Cape Point

Hingga Sabtu (19/6), di Stadion Cape Town sudah digelar tiga pertandinganYakni, Uruguay lawan Prancis (11/6), Italia versus Paraguay (14/6), dan Inggris lawan Aljazair (18/6)Nah, para suporter yang berlaga itulah yang menyempatkan diri datang ke Tanjung HarapanSelain sebelum pertandingan, banyak pula suporter yang mengunjungi objek wisata itu setelah tim mereka berlaga

Seperti Sabtu lalu, saya bersama Yuyung Abdi, fotografer Jawa Pos, bertemu dengan beberapa bonek dari Aljazair yang baru saja mendukung timnasnya berlaga melawan InggrisMereka meluapkan kegembiraan setelah Aljazair sukses menahan imbang The Three Lions "julukan InggrisDengan membawa aneka atribut negara, mereka menaiki puncak Cape Point.

"Ada saja suporter yang datang ke sini (Tanjung Harapan, Red)Hari ini, yang banyak adalah pendukung AljazairSeminggu lalu, rombongan suporter Prancis menggunakan dua busJuga ada rombongan dari Italia," tutur dia.

Dari lokasi parkir kendaraan menuju ke puncak Cape Point, pengunjung bisa berjalan kaki, naik kereta monorel, atau menumpang minibusJika berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar satu jamKalau naik kereta monorel, pengunjung dikenai tarif 60 rand (sekitar Rp 75.000 dengan asumsi 1 rand = Rp 1.250) per orang

Jika menggunakan minibus yang berkapasitas 20 orang, tarif sekali berangkat 200 rand, yang ditanggung rata seluruh penumpangJalan menuju puncak tersebut mirip dengan kawasan pegunungan, tapi tidak berkelok-kelokJalannya tak begitu terjalBaru pada tanjakan terakhir sebelum menuju puncak, jalan lebih menanjak

Di pos terakhir itulah kendaraan berhentiUntuk sampai di puncak, pengunjung harus menggunakan alat transportasi yang disediakan oleh pengelolaYakni, kereta khusus atau minibusKereta khusus bisa memuat 12 orang, sedangkan minibus sampai 20 orangJalannya cukup menanjak dengan kemiringan 30-45 derajat

Untuk mencapai menara, pengunjung naik lagi sejauh 1 kmKemiringan jalur tersebut lebih dari 60 derajatJadi, pengunjung harus sangat hati-hati agar tidak terpelesetNah, dari permukaan laut ke puncak Cape Point, ketinggian sekitar 300 m
   
Begitu sampai di puncak Cape Point, udara dingin langsung membuat tubuh menggigilTangan rasanya mati semuaSore itu, kondisi puncak juga berkabut tebalKarena itu, pemandangan di bawah dan kejauhan kurang begitu jelas karena tertutup kabutPadahal, bila kabut tidak turun, pengunjung bisa menyaksikan pertemuan arus antara Samudera Atlantik dan Samudera Hindia
 
Di puncak tersebut terdapat bangunan menara suar setinggi 240 meterMenurut informasi yang tertera di bangunan itu, menara tersebut dibikin pada abad XVISelain mercusuar, di puncak Cape Point ada rambu penunjuk arah menuju ke kota-kota besar di beberapa negara tetangga Afrika Selatan, lengkap dengan jaraknyaMisalnya, Cape Point ke Paris berjarak 9.294 kmLalu, ke Berlin berjarak 9.575 kmKe Jerussalem, jarak tempuhnya mencapai 7.468 km.
 
Pemandangan yang dilalui menuju Cape Point sangat indahJalannya beraspal hot mixMenuju puncak Cape Point memang seperti terus menuju puncak gunungTapi, melewati jalur itu, pengunjung dibikin tidak terasaSebab, pertama, jalannya terasa tidak seperti menanjak
 
Kedua, pemandangan di kanan kiri menuju Cape Point sangat indahSaat berangkat, di sebelah kiri jalan ada pemandangan pantai Samudera Hindia yang indah dan menawanDi sebelah kanan ada pegunungan bebatuan yang tak kalah indah, diterpa awan yang menggumpal
 
Menurut beberapa pengunjung, mereka datang ke Cape Point untuk mencari berkah"Teman-teman kami yang datang ke Cape Town juga pergi ke sini (Cape Point)," kata El Hadi Zerari, suporter Aljazair yang sore itu mengoordinasi satu bus (berisi sekitar 50 orang) teman-temannya
 
Dia percaya doanya saat di puncak Cape Point akan terkabul"Apa salah jika saya berdoa di sini agar tim kami bisa lolos ke babak selanjutnya?" kata pria 37 tahun yang berprofesi sebagai presenter sebuah televisi di Aljazair tersebut.
 
Selain bertemu suporter Aljazair, sore itu kami bertemu 20-an suporter PortugalMereka menuju puncak Cape Point dengan membawa serta bendera negaranyaMereka lalu berfoto ria dengan bendera itu sebelum akhirnya bendera tersebut dilemparkan dari puncak Cape Point"Kami percaya, keinginan kami akan terkabul jika disampaikan di sini," ujar Tony Labelo, koordinator suporter Portugal
 
Apa keinginan Tony? Dia menyebut ada beberapaSalah satunya, dia berharap Portugal bisa menjuarai Piala Dunia tahun iniLantas, apa maksud ritual melepas bendera Portugal itu? Tony hanya tersenyum, tak bisa menjawab detail"Tidak ada maksud apa-apaKalau (bendera) ini dilepas, kami masih punya (bendera) yang lain," ungkap pria 68 tahun tersebut(*/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tjong A Fie Mansion, Rumah Keluarga yang Disulap Jadi Museum


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler