Bos Mba Jeck, Ditanya Penghasilan Jawab sambil Terkekeh

Senin, 23 April 2018 – 00:05 WIB
Para driver Mba Jeck yang siap melayani kebutuhan transportasi pelanggan khusus perempuan. Foto: istimewa for RADAR BANJARMASIN

jpnn.com - Nafisah, 21, pemilik sekaligus master admin aplikasi Mba Jeck, jasa ojek online khusus perempuan yang beroperasi di Kota Banjarmasin, Kalsel. Menggunakan aplikasi WhatsApp, dia menimba rupiah.

Fauzan Ridhani, Banjarmasin

BACA JUGA: Driver Ojek Online Coba Perkosa Cewek Turki, Ini Ganjarannya

Cara kerjanya sederhana. Nafisah mengkoordinir orderan bagi 15 perempuan driver ojek yang menjadi mitra kerjanya. Pelanggan cukup memesan jasa Mba Jeck via Whatsapp.

Tukang ojek yang paling cepat menanggapi orderan, berhak mendapat upah dari pelanggan. “Pokoknya hampir mirip dengan jasa ojek online (ojol) lainnya. Bedanya, kami hanya melayani pelanggan perempuan," sebutnya.

BACA JUGA: WhatsApp Uji Coba Fitur Baru Notifikasi Change Number

Tarifnya juga tak jauh beda dengan ojek konvensional, tapi sedikit lebih mahal ketimbang ojol.

Berstatus sebagai pemilik sekaligus admin, Nafisah dituntut harus terus memantau ponselnya. Bahkan, sambil makan saja dia mesti pegang handphone demi meladeni orderan dari pelanggan.

BACA JUGA: Baru Kenal Sudah Kirim Konten Porno via WA, ya Rasain

“Bukan hanya sekadar ojek. Mba Jeck juga melayani jasa pemesanan makanan, titip beli, hingga antar jemput anak sekolah. Layanan kami adalah yang biasa dilakoni oleh para ibu,” paparnya.

Nafisah tinggal di kawasan Jalan Pengambangan, RT 5, nomor 21 A. Dia adalah lulusan Pesantren Nurul Jannah, Kelayan B.

Ditanyakan soal ide mendirikan Mba Jeck, Nafisah semangat menceritakannya. Bermula empat bulan lalu. Dia mencoba untuk membantu menambah pendapatan rumah tangganya.

“Walaupun sebagai ibu rumah tangga, saya tetap tergerak ingin buka usaha juga. Tapi, saya tidak mau kerja yang ribet, supaya kewajiban rumah tangga tetap tertangani,” ucapnya.

Sebenarnya, penghasilan sang suami, M Tamami terbilang cukup. Sehari-hari, bekerja sebagai pedagang motor bekas dan juga kacamata ukur yang melayani permintaan skala besar dan eceran.

Sebelum Mba Jeck, Nafisah sempat terpikir untuk berjualan online. Namun urung dilakukan lantaran terlalu banyak pesaing.

“Saya merenung, banyak ibu-ibu yang sendirian di rumah ditinggal kerja suaminya. Padahal, mereka perlu ke luar rumah untuk belanja keperluan dapur dan sebagainya. Ide simpel, mereka perlu diantar supaya bisa tetap belanja tanpa harus menunggu sang suami pulang ke rumah. Nah, dari sinilah tercetus niat membangun Mba Jeck,” urainya.

Menurut Nafisah, banyak perempuan yang enggan naik ojek yang dikemudikan oleh pria. Karena risih lantaran bukan muhrim. Atau merasa kurang aman.

"Nah, di sinilah celah bisnis Mba Jeck. Mereka memerlukan tukang ojek perempuan. Dan kami siap menyediakannya,” ibunda M Thowiri (3) tersebut.

Awal-awal pendirian, Nafisah sempat turun tangan. Begitu dapat order via WhatsApp, dia langsung tancap gas mendatangi pelanggannya. Mulai dari mengantar penumpang, hingga membeli makanan. Semua dilakoninya dengan sabar.

“Kalau dapat orderan, Thowiri saya titipkan dulu sama ayahnya yang sedang berada di toko motor bekas. Dalam sehari, saya bisa dapat hingga lima orderan. Uangnya lumayan banyak,” kenangnya.

Lantaran merasa kewalahan melayani order sendirian, Nafisah akhirnya membuka lowongan mitra kerja. Dia memanfaatkan fasilitas periklanan di media sosial. Mencari perempuan berusia 20 tahun hingga 45 tahun untuk bergabung menjadi driver Mba Jeck.

Syaratnya; mahir mengendarai motor, memiliki surat-surat lengkap, mengetahui jalan-jalan di Kota Banjarmasin, dan tentu saja punya plus menguasai penggunaan smartphone.

Agar kelihatan keren layaknya ojol terkenal, Tamami, sang suami membantu mendesain jaket. Untuk atribut resmi driver Mba Jeck.

“Corak jaketnya biru dan ada garis hitam di bagian pundak. Mitra kerja wajib menebus jaket seharga Rp250 ribu itu sebagai pakaian operasional harian. Bayarnya boleh tunai, boleh juga dicicil Rp25 ribu per bulan sampai lunas. Alhamdulillah, mitra kerja tak ada yang keberatan,” ujarnya.

Begitu lowongan mitra kerja dibuka, tak disangka yang ingin bergabung cukup banyak. Mencapai 50 orang lebih. Namun, dengan proses seleksi, Nafisah sementara membatasi jumlah hanya 15 orang.

“Alhamdulillah, sudah jalan hingga empat bulan ini. Sekarang saya di rumah saja. Tidak perlu bolak-balik naik motor seperti dulu,” tuturnya.

Lalu bagaimana pola pembagian keuntungannya? Nafisah menjelaskannya dengan sederhana. Hasil dibagi 80 persen untuk mitra kerja dan 20 persen untuk admin. Tarif Mba Jeck dihitung Rp10 ribu per tiga kilometer. Dan dikenakan tarif tambahan apabila pemesanan di atas jam enam sore.

“Kami jadwalkan setiap seminggu sekali kumpul-kumpul para mitra kerja di rumah saya. Saat itulah, mereka menyetorkan hasil kerjanya sesuai sistem bagi hasil yang disepakati. Mitra kerja yang rajin, bisa dapat lebih Rp 500 ribuan per pekan. Sementara, saya sebagai admin tak pernah menghitung berapa dapatnya. Saya tahunya ada uang masuk kantong setiap pekan dan cukup untuk keperluan sehari-hari,” katanya lantas terkekeh.

Namun, bukan bisnis namanya jika selalu berjalan mulus. Beberapa kali, Nafisah juga sempat dikomplain oleh pelanggannya. Tapi hal itu tak melemahkan semangatnya. Justru makin membuatnya kuat untuk melakukan pembenahan.

“Komplain yang paling banyak, driver dinilai lamban menjemput pelanggan. Maklum saja, kalau cewek kan nggak berani ngebut kalau naik motor. Oleh karena itu, di setiap orderan kami infokan duluan kepada pelanggan estimasi waktu driver sampai ke tempat pelanggan antara 15 menit hingga 20 menit," jelasnya.

Selain itu, ada juga orderan fiktif alias dikerjain orang. "Kalau sudah begitu, saya yang harus ganti rugi membayar upah orderan fiktif itu kepada mitra kerja,” sambungnya.

Ada orderan paling berkesan yang pernah diterimanya. Mengantarkan seorang ibu ke haul Guru Sekumpul di Martapura. Pemesanannya masuk pukul empat subuh via SMS. Beruntung ada salah satu driver Mba Jeck yang bersedia mengambilnya.

Tak cukup sampai di situ, si Ibu SMS lagi dan meminta dijemput besok harinya dari Martapura ke Banjarmasin di waktu serupa. “Lumayan, sekali jalan kena tarif Rp80 ribu. Saya salut dengan si driver, tak mudah lho mengantar jemput pelanggan subuh-subuh, jaraknya jauh lagi,” ceritanya.

Di sisi lain, kehadiran Mba Jeck turut menjadi solusi ekonomi bagi para mitra kerja. Beberapa driver mengambil peluang kemitraan ini semata-mata untuk menutup ongkos kebutuhan sehari-hari.

“Anak saya tiga, sedangkan suami hanya pekerja kapal yang kadang pulang bawa uang, kadang tidak. Kalau hanya mengandalkan penghasilan suami, tak akan cukup untuk kebutuhan harian kami dan anak-anak. Saya justru terbantu sekali dengan gabung di Mba Jeck, dalam sebulan saya bisa dapat uang antara Rp1 juta hingga Rp2 juta,” kata Dana Mariana (40), salah satu driver Mba Jeck.

Senada, Rida Risdayanti (23) juga begitu. Dia senang bisa bekerja sebagai driver Mba Jeck. “Uangnya sangat cukup buat jajan dan biaya kuliah. Selain itu, saya juga bisa atur ritme kerjanya. Sama sekali tak mengganggu aktivitas perkuliahan saya,” ungkap mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin itu. (gr/nur)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bawa Aspirasi Driver Online, Moeldoko Akan Temui Menhub


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler