Buat Bom Roket Incar Istana-Mabes

Skenario Kelompok Pepi setelah Meneror Gereja

Senin, 25 April 2011 – 05:42 WIB

JAKARTA -  Pepi Fernando, sutradara film dokumenter yang diduga jadi otak teror bom buku dan rencana pengeboman gereja, ternyata sudah mengincar Istana Negara dan Mabes Polri"Mereka (kelompok Pepi) ingin menyerang Istana atau Mabes Polri jika bom gereja di Serpong sukses

BACA JUGA: Kasus Suap Sesmenpora Bakal Melebar

Alhamdulillah, rencana itu berhasil kita gagalkan," kata sumber Jawa Pos di lingkungan kepolisian kemarin (24/4).

Aparat Densus 88 Mabes Polri memang terus mengembangkan penyidikan terhadap kelompok Pepi Fernando ini
Di antaranya petugas melakukan penggeledahan di sejumlah tempat di sekitar Jakarta yang digunakan sebagai safe house dan penyimpanan logistik jaringan.

Salah satu lokasi yang terus digeledah adalah rumah mertua Pepi yang berlamat Jalan Seruni II No 14 Blok CE, RT 08/19 Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria, Bekasi Barat

BACA JUGA: DPR Setuju Kuota CPNS Dikurangi

Tim penyisir dari Gegana Mabes Polri menemukan bahan berbahaya milik kelompok Pepi.

Di antaranya satu granat nanas, satu buah campuran adonan bahan peledak diameter 3 cm
"Juga ditemukan casing bom model roket belum terisi bahan peledak namun  siap luncur," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Boy Rafli Amar kemarin (24/04).

Selain itu, bom model kaleng lima  buah dan satu buah sudah siap dengan isi

BACA JUGA: Anggota DPRD Ikut Picu Kecurangan Rekrutmen CPNS

Bahan bom yang sudah jadi dua buah, casing bom model kotak satu buah, solder, potongan pipa besi, dan timer dengan jam dinding"Sekarang, bahan-bahan itu sedang diselidiki oleh petugas Laboratorium Forensik Polri," katanya.

Dari bahan yang ditemukan dan keterangan yang diperpleh selama pemeriksaan, Polri menduga kelompok Pepi tak hanya merencanakan serangan terhadap gereja Christ Catedral Sepong"Masih didalami penyidik apa saja yang mereka rencanakanTermasuk apakah masih ada bagian jaringannya yang belum tertangkap," katanya.

Secara terpisah sumber Jawa Pos menyebut, bom roket kelompok Pepi didesain untuk meluncur dengan jarak 1000 meter"Mereka pernah melakukan ujicoba di Sukabumi tapi gagal," katanyaDari pengakuan sementara Pepi, roket itu didesain untuk menyerang objek vital negara.  Pepi Fernando adalah alumni Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2001.

Selama kuliah, menurut temannya Ace Hasan, Pepi adalah pribadi yang gaul, selengekan bahkan cenderung urakanTidak ada sikap ekstrim dalam menjalankan kehidupan agamanyaLantas bagaimana Pepi berubah?

 Sumber Jawa Pos menjelaskan, Pepi mulai bersentuhan dengan ide-ide radikal saat pergi ke Aceh sebagai relawan tsunami Aceh 2004 sampai pertengahan 2005.     "Dia mengenal kelompok relawan mujahidin Kompak yang membuka posko di Nagan Raya dan Meulabouh, Aceh," katanya.

Pulang dari sana, Pepi mulai mengenal pengajian-pengajian keislaman yang cenderung radikalDi antaranya, kajian jihad oleh kelompok Darul Islam pimpinan Kang Jaja atau sering disebut NII ring BantenJaja sendiri sudah mati dalam baku tembak dengan aparat Polsek Leupeung, Aceh, Maret 2010 laluWalaupun aktif dalam pengajian kelompok ini, Pepi tidak tercatat sebagai anggota resmi"Dia tidak berbaiat," kata sumber lain Jawa Pos dari kalangan eks kombatan yang dihubungi terpisah.

Penangkapan, penembakan, dan aksi Densus 88 selama beberapa tahun terakhir rupanya menginspirasi Pepi untuk bergerak sendiri"Istilahnya jihad fardhiyah, jihad individual tanpa harus berkonsultasi dengan imam atau mas"ul (pemimpin)," katanyaMenurut penyidik muda ini, Pepi lantas menghubungi beberapa orang mantan alumni UIN yang juga punya kecenderungan sama"Mereka lalu membuka bisnis di AcehDi antaranya jasa rental mobil yang melayani trayek Meulabouh-Banda Aceh," katanya.

Setelah dana siap, kelompok ini lantas bereksperimen dengan serangan bom buku"Mereka terinspirasi dari naskah jihad Syaikh Faris bin Ahmad Alu Syuwail Az Zahroni yang membahas tentang igtiyalat atau operasi pembunuhan terbatas," jelasnyaDari pemeriksaan sementara, dana kelompok ini mencapai Rp 100 juta"Digunakan untuk membeli bahan-bahan karbit, serbuk mercon, dan alat-alat lain," tambahnya.

Mantan rekan Pepi saat bekerja di program infotainment menyatakan terkejut mengetahui keterlibatan Pepi yang disebut-sebut sebagai otak dalam rencana aksi terorisme di TangerangMenurut dia, pada 2006, Pepi keluar dari production house tempatnya bekerja dan bergelut dalam pembuatan film dokumenterSelama menjadi senior reporter di program tayangan infotainment Otista diketahuinya bahwa Pepi bukan sosok yang sangat religius"Namun teman-teman bercerita bahwa Pepi mulai mengalami perubahan drastis belakangan ini," ujar pria yang tidak mau disebut namanya itu.

Mantan teman sekantor itu membenarkan adanya perubahan tersebut, baik dari cara pandang agama maupun gaya berbahasa PepiPerubahan itu terjadi sejak dia pergi ke Aceh"Berubah menjadi lebih agamisTapi, tidak menyangka menjadi ekstrem, apalagi menjadi teroris," ujarnyaDia mengatakan kurang mengetahui tujuan kepergian Pepi ke AcehNamun, setelah pulang, Pepi sering berceramah keagamaan.

Dia juga menuturkan bahwa Pepi saat ini memiliki anak di kandungan yang berumur enam bulan dari buah cintanya dengan DC, yang dinikahi beberapa tahun laluDC adalah salah seorang staf divisi di Badan Narkotika Nasional (BNN)Pepi diketahui berkenalan dengan IF, yang disebut sebagai kamerawan Global TV saat bekerja membuat program dokumenter tersebut sekitar 2006.

Di bagian lain, keluarga Imam Firdaus (IF), kamerawan Global TV yang dikabarkan ditangkap petugas Densus 88 terkait dengan aksi teror masih shockHingga kini mereka belum mendapat informasi mengenai kondisi dan keberadaan IF saat iniMenurut pengacara Ferry Juan, keluarga IF telah menemuinya untuk dimintai bantuan hukum terkait hal iniAda tiga orang dari keluarga yang datangMereka adalah ibunda IF, adik perempuannya, dan paman IF yang bernama Rasjum.

"Keluarga sedang mempersiapkan surat kuasa dan akan segera ditandatanganiMereka hanya ingin tahu keberadaan IF, apakah benar di kantor polisi atau tidak," ujar Ferry Juan yang dihubungi kemarinDalam pertemuan itu dijelaskan bahwa keluarga ingin mengetahui keberadaan IFDari keterangan keluarga, IF dibawa sembilan petugas berpakaian preman sekitar pukul 22.30 WIB, pada Kamis 22 April 2011"Keluarga bingung IF dibawa ke manaMereka perlu tahu kondisinya," ujarnya.

Menurutnya, langkah pertama untuk memuaskan hati keluarga adalah dengan mendatangi Mabes PolriHal itu akan dilakukan Sabtu malam, 23 April 2011, setelah surat kuasa diterima"Bila benar dibawa Densus, kita akan menghormati hak yang berwenangPatuh pada kewenangan dan aturan 7 x 24 jam pelaku dugaan teror tidak dapat ditemuiTapi kenapa polisi juga sudah memberikan keterangan sebagai tersangka terhadap IFIni yang membingungkan,"ujarnya lagi.

Hingga kini pihak Global TV juga belum bisa memberi kepastian untuk bantuan hukum kepada IF"Belum tahu, karena kita belum bisa pastikanKarena akan ada banyak kemungkinan terjadiKita menyerahkan ini pada kepolisianKita sangat tunduk pada hukum yang berlaku,"ujar News Director Global TV, Arya Mahendra Sinulingga.

Di bagian lain, penyidik Densus 88 Polda Jawa Barat kemarin menggeledah rumah  di Jalan Suratno No11 RT 01/01 Kelurahan Kebon Baru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa BaratGaris polisi dipasang di sisi kiri dan kanan jalan, sehingga area rumah pun tertutup bagi warga.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, rumah tersebut milik almarhum Akmaludin dan istrinya, Siti JuhariahSiti Juhariah tinggal di rumah tersebut bersama 3 anaknya, yaitu Arif Budiman alias Dede, Reza, dan AgungArif tinggal bersama istri dan 2 anak merekaMereka sehari-hari hidup dengan berjualan voucher pulsa di depan rumahSaat ini Siti Juhariah, Arif, dan keluarganya dibawa polisi.

Data yang diperoleh Radar di lokasi, selain Dede, tim Densus 88 Mabes Polri juga telah menahan Agung Bronis adik kandung Dede yang merupakan teman dekat Moh Syarif pelaku bom bunuh diri di Mapolres Cirebon KotaGuna penyelidikan lebih lanjut, tim Densus 88 juga membawa serta istri, ibu kandung dan kedua anak Arif Budiman alias Dede.

Pemeriksaan dan penggeledahan di rumah tersebut berlangsung sekitar pukul 10.30 dan berakhir sekitar pukul 15.15Proses jalannya penggeledahan tersebut dijaga ketat puluhan petugas Dalmas dari Polres Cirebon Kota dan Sat Brimob Detasemen C Polda Jawa Barat dengan membawa senjata lengkap yang siap menembak"Peran kami disini hanyalah membantu tim Densus 88 selama penggrebekan dan penggeledahanUntuk keterangan pers kami tidak punya wewenang karena kasus ini ditangani langsung oleh Mabes Polri dan Polda Jawa Barat," jelas Kapolres Cirebon Kota AKBP Asep Edi Suheri(rdl/mos/jpnn/iro)

Jejak Sutradara Teror Bom
1Pepi Fernando lahir di Sukabumi, 10 Desember 1979.
2Kuliah di Fakultas Tarbiyah UIN Jakarta, lulus pada 2001.
3Menjadi relawan tsunami di Aceh pada 2004.
4Berkenalan dengan kelompok mujahidin Kompak yang membuka posko relawan di Nagan Raya dan Meulaboh.
5Di Jakarta "mengaji" dengan ustad jaringan Darul Islam Banten pimpinan Kang Jaja, yang tewas setelah ditembak polisi di Aceh pada 2010.
6Merekrut dan mengembangkan jaringan sendiriBelajar membuat bom dari kopi manual dan hasil download internet.
7Di antara 19 anggota yang ditangkap, sepuluh orang mengaku tidak tahu-menahuMereka hanya karyawan dan rekan kerja Pepi yang punya bisnis jasa percetakan, pembuatan film dokumenter, dan las karbit.
8Bereksperimen dengan bom buku, lalu bom pipa gas gereja di SerpongMerencanakan bom roket dengan sasaran istana dan Mabes Polri.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Calo CPNS Diminta Lapor ke Pusat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler