jpnn.com - KONSEP diskotek Tanamur sangat berbeda dengan night club. Inilah yang kemudian hari menyebabakan Tanamur lebih digandrungi ketimbang klub malam.
Di night club pengunjung disajikan live music yang membawakan lagu berirama pop dan jazz. Sedangkan di Tanamur, musiknya disko yang diputar sangat keras. Meski sesekali diputar juga musik bertempo lambat.
BACA JUGA: Kata Pak Gubernur, Tempat Hiburan Malam Keharusan Sebuah Kota Metropolitan
"Iya, Tanamur berisik banget musiknya," kenang Kili kepada JPNN.com. Perempuan berusia kepala empat ini mengaku pernah ke Tanamur semasa masih gadis remaja.
Perbedaan lainnya--di awal berdiri--Tanamur tempat ajojing yang tidak menyediakan hostes. Sedangkan di night club, hostes bagian dari menu.
BACA JUGA: Diskotek Pertama di Jakarta Ini Kasih Diskon Gede-gedean buat Pelajar
Sejarawan dari UI, Enrico Yoland yang mengambil tajuk sejarah hiburan malam di Jakarta untuk skripsinya, menguraikan Blue Ocean di Jl. Hayam Wuruk punya sekitar 230 hostes, Apollo di Jl. H. Agus Salim, Menteng memiliki 120 hostes, Marcopolo memiliki sekitar 90 hostes.
Meski pada akhirnya juga menyediakan hostes, Tanamur tidak mendapat kesan senegatif night club. "Ini yang menjadi salah satu faktor diskotek lebih menjadi pilihan anak muda Jakarta," tutur Enrico.
BACA JUGA: Orang-orang Hostes Minded, Makanya Kami Sediakan Empat Wanita Penghibur
Kehadiran Tanamur, sebagai pelopor diskotek di Jakarta, membawa pengaruh terhadap industri hiburan malam. Semenjak ada Tanamur, banyak klub malam yang gulung tikar.
Majalah Tempo, 14 Februari 1976 menulis, berdasarkan keterangan Wim Tomasoa, Wakil Ketua Bapparda/ Dinas Pariwisata DKI, sebanyak 33 night club pada 1971/1972 hanya sisa 16 buah pada 1976. --bersambung (wow/jppn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sumatera Thawalib, Sekolah Modern Islam Pertama di Indonesia
Redaktur : Tim Redaksi