Buku Sebut soal Israel, Kemendikbud: Terima Kasih Sudah Jeli

Rabu, 13 Desember 2017 – 11:54 WIB
Buku ajar mata pelajaran IPS untuk kelas VI SD yang memuat materi tentang Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Foto: Facebook

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Kabalitbang) Kemendikbud Totok Suprayitno mengungkapkan, buku terbitan Yudhistira yang salah satu soalnya berisi tentang ibu kota Israel, adalah hasil penilaian dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puspurbuk) pada 2008 untuk memenuhi kurikulum 2006.

"Alhamdulillah kalau ditanggapi secara positif maka menunjukkan bahwa masyarakat jeli melihat ada satu kata salah. Artinya apa? Ekosistem perbukuan jalan. Masyarakat peduli bahwa ada bahan ajar yang mungkin salah diterima anak-anak kita dan tidak diam," kata Totok di Kantor Kemendikbud, Selasa (12/12).

BACA JUGA: Ajarkan Yerusalem Ibu Kota Israel Kontradiktif dengan Jokowi

Dia memuji kepekaan masyarakat saat ini yang langsung melaporkan saat ada kesalahan pada buku.

"Jadi langkah pertama kami adalah melakukan ralat dan yang di website di off dulu," ujarnya.

BACA JUGA: Erdogan Undang Bekas Negara Komunis Ini ke Pertemuan OKI

Dia mengakui, Kemendikbud tidak bisa mengawasi seluruh buku yang beredar. Karena itu butuh kerja sama seluruh masyarakat untuk mengawasi.

"Satu kementerian ini tidak bisa diandalkan untuk melihat tiap titik koma dan kata di tiap buku hampir tidak mungkin. Oleh sebab itu ada Permendikbud No 17/2016 yang menjadi pijakan buku-buku yang boleh dipakai di satuan pendidikan. Jadi semua buku harus melewati proses evaluasi dan penilaian di Puspurbuk," bebernya.

BACA JUGA: Putin dan Erdogan Sepakat Trump Bikin Kacau Timur Tengah

Meski begitu, dia mengatakan wajar jika ada human error. Bisa terjadi kesalahan satu kata, salah koma, gambar, dan warna.

Oleh karena itu sistem pengawasannya adalah sistem pengawasan yang bersifat mendidik.

"Kami ajak kawan-kawan wartawan, masyarakat, guru siapa saja termasuk siswa yang menemukan kesalahan atau kekurang sempurnaan buku itu untuk memberitahukan terutama kepada penulisnya. Karena di dalam aturan itu, penulis harus menuliskan atau menyatakan jati dirinya dalam buku yang dipakai di satuan pendidikan. Sehingga masyarakat yang merupakan bagian ekosistem perbukuan bisa menyampaikan "eh pak penulis ada yang kurang sempurna"," pungkasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Buku SD Sebut Yerusalem Milik Israel, Ini Reaksi Kemendikbud


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler