BACA JUGA: PE CPO Oktober 7,5 Persen
Pada penutupan Senin (22/9), indeks menguat tipis sebesar 5,6 poin (0,3 persen) menuju level 1.897,341Indeks sebenarnya sempat menyentuh level 1.934
BACA JUGA: Bakrie Power Kembangkan Sel Surya
Transaksi harian kemarin menembus Ro 5,7 triliun, sudah melebihi rerata transaksi harian sepanjang warsa iniBACA JUGA: Pemerintah Awasi 12 Produk Susu Tiongkok
Kenaikan indeks kemarin juga pararel dengan pergerakan indeks Dow Jones yang terkerek 3 persenBursa kawasan juga terkerek naikIndeks Shanghai (7,7 persen), Hangseng (1,58 persen), indeks Nikkei (1,4 persen), dan Kospi (0,31 persen).Sejumlah saham yang terkerek harganya kemarin, antara lain, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) naik Rp 500, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) naik Rp 450, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik Rp 300Pemegang market cap terbesar kedua, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), turun harga sebesar Rp 25 menjadi Rp 3.925”Kenaikan indeks tertahan akibat adanya aksi profit taking dari sektor pertambangan yang telah rally membawa indeks naik dalam beberapa hari ini,” kata analis saham PT Optima Securities Ikhsan Binarto
Analis BNI Securities Maxi Liesyaputra menambahkan, potensi penunjang kenaikan indeks terutama berasal dari bursa AS yang ditandai dengan kenaikan Dow Jones sebesar 369 poin (3,35 persen)”Itu setelah rencana pemerintah AS untuk menyiapkan dana talangan (bailout) senilai USD 700 miliar untuk membeli investasi hipotek berkinerja buruk disambut positif oleh investor,” terangnya.
Sentimen positif itu pula, sambung dia, yang membuat seluruh bursa regional mengalami penguatan yang signifikanSelain itu, Badan Pengawas Pasar Modal AS (SEC), mengikuti jejak otoritas bursa di Inggris, mengibarkan bendera perlawanan terhadap aktivitas short sellling hingga 2 Oktober mendatang”Indeks juga mendapatkan sentimen positif dari penguatan harga sejumlah komoditas logam, minyak, dan CPO yang cukup signifikan,” tuturnyaHarga minyak memang sejak akhir pekan lalu mulai bergerak naik secara perlahan yang membuat komoditas turunan dan komplementer emas hitam itu ikut membara
Aksi profit taking dilakukan karena investor cenderung memilih memegang uang tunai dengan mulai melepas portofolionya”Ini sebagai antisipasi libur panjang Idul Fitri agar terhindar dari risiko fluktuasi bursa luar negeri,” papar Ikhsan
Sentimen rencana buyback terhadap saham-saham BUMN juga mampu membuat bursa saham tanah air kembali terangkat, meski terhitung baru PT Telekomunikasi Indonesia Tbk yang menggelar buyback.(eri/fan)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Susu Tiongkok di Indonesia Jumlahnya Kecil
Redaktur : Tim Redaksi