Bursa Suram, Lelang SUN Gagal

Rabu, 10 September 2008 – 12:05 WIB
JAKARTA – Volatilitas tinggi masih menghantui sektor finansialHarga saham berguguran, kurs rupiah kembali melorot

BACA JUGA: Ribuan Ton Gula Rafinasi Disita

Bahkan, lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar kemarin gagal total. 

Di lantai bursa, setelah sempat rebound tipis 15 poin pada Senin (8/9), indeks harga saham gabungan (IHSG) kembali melorot 79,24 poin (3,89 persen), dan ditutup pada level 1.958,65
Itu merupakan level terendah sejak Agustus 2008

BACA JUGA: PLN Mulai Cicil Utang ke Pertamina



Sementara di pasar valas, berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 20.00 tadi malam, rupiah kembali melorot ke level Rp 9.313 per USD
Sehari sebelumnya pada pukul 20..00, rupiah berada pada posisi Rp 9.303 per USD

BACA JUGA: Keponakan Jusuf Kalla Akuisisi Tol Jakarta

Transaksi harian di lantai bursa kemarin masih belum beranjak dari posisi Rp 3 triliunIndeks LQ 45 turun 18,993 poin atau 4,56 persen ke level 397,78Hanya 17 saham yang menguat, dan 194 saham anjlokBegitu perdagangan dibuka, indeks terus meluncur turunPada perdagangan sesi pertama, indeks berada pada posisi 1.973.

Kepala Riset PT Recapital Securities Poltak Hotradero mengemukakan, pelemahan indeks tertekan aksi jual investor terhadap saham-saham berbasis komoditas”Anjloknya bursa regional memberi sentimen negatif bagi indeks hingga terperosok sangat dalam,” ujar Poltak, Selasa (9/9).

Kemarin, indeks bursa kawasan melorotBerdasarkan data Bloomberg, indeks Nikkei Jepang turun 223,81 poin (1,77 persen) menuju level 12.400,65Indeks Hang Seng melorot drastis 303,16 poin (1,46 persen) ke level 20.491,11Indeks Kospi Korea turun 1,5 persenIndeks STI di Singapura melorot 1,4 persen ke level 2.660.

Menurut dia, investor melakukan aksi ambil untung terkait sentimen negatif semakin lemahnya harga minyak mentahAksi profit taking dilakukan investor asing, dan berefek domino ke sektor lainnya”Semua saham berbasis komoditas dan pertambangan akhirnya tertekan,” jelasnyaSaham pertambangan dan perkebunan kemarin turun lebih dari 6 persen.

Poltak memandang, sentimen penguatan indeks belum akan terjadi dalam waktu dekat iniMelemahnya harga minyak hingga ke level USD 106 per barel menjadi faktor utamaMenurut dia, ada sejumlah negara anggota OPEC yang tidak sepakat untuk mengurangi produksi guna mengerek kembali harga minyak”Ada beberapa negara yang tidak mau mengurangi produksiItu akan menyulitkan, dan membuat harga minyak terus dalam tren penurunan,” terangnya”Artinya, saham-saham berbasis komoditas masih dalam tren pelemahan,” imbuhnya.

Saham-saham komoditas yang kemarin melorot, antara lain, AALI, ITMG, PTBA, BUMI, INCO, dan ANTMBahkan, saham perusahaan dengan kapitalisasi pasar nomor wahid, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), terkorkeksi 10,2 persen ke level Rp 3.950Itu merupakan harga saham terendah BUMI sejak 2008”Bursa regional yang melemah dan efek dari margin call semakin membawa sentimen negative,” imbuh analis saham PT Optima Securities Ikhsan Binarto

Hari ini, indeks diramal masih  dalam tren bearish di kisaran  1.900 - 2.000Saham-saham yang layak dicermati adalah PNBN, INDF, UNVR, ASII, dan APEX
Intervensi dari Bank Indonesia (BI) menyelamatkan rupiah dari keterpurukanAksi jual besar-besaran sempat membuat nilai tukar rupiah terpuruk hingga 9.360 per dolar AS.
Pada perdagangan Selasa (9/9/2008), rupiah ditutup pada level 9.315 per dolar AS, dibandingkan penutupan kemarin di level 9.294 per dolar AS.

Terkait pergerakan rupiah, Direktur Currency Management Group Farial Anwar mengemukakan, adanya aksi profit taking membuat rupiah dalam posisi yang rentan.  ”BI harus lebih optimal dalam melakukan operasi moneter,” terangnya

Dia mengatakan, penguatan USD telah membuat pasar keuangan dalam posisi panikInvestor mengalihkan portofolionya di pasar saham untuk mengoleksi USD yang sedang dalam tren menguat terhadap hampir seluruh mata uang di duniaPasar komoditas pelan tapi pasti juga ditinggalkan seiring melandainya harga minyak mentah”Ada panic buying di pasar valas,” katanya

Guncangan di pasar keuangan juga berimbas langsung pada lelang Surat Utang Negara (SUN) kemarin. Pemerintah tidak mengambil satu rupiah pun dari penawaran yang diajukan peserta lelang sebesar Rp 2,9 triliunIni karena imbal hasil atau yield yang diminta investor jauh di atas kewajaran.

Yield terendah yang masuk untuk seri ZC0006 sebesar 11,875 persen dan tertinggi 12,750 persen dengan jumlah penawaran Rp 552 miliarBerikutnya, penawaran yang masuk seri FR0027 mencapai Rp 1,846 triliun dengan yield terendah 12,250 persen dan tertinggi 12,750 persenSedangkan penawaran seri FR0050 hanya Rp 509 miliar dengan yield terendah 12,625 persen dan tertinggi 13,500 persen.

Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto mengatakan jika pemerintah memaksakan diri menyerap penawaran SUN, akan tercipta yield yang sangat tinggi”Itu akan merusak pasar,” kata Rahmat di kantornya kemarin.

Rahmat mengatakan yield yang ditawarkan investor sudah di luar batas wajar”Jadi ini memang di luar kewajaran,” katanyaRahmat menambahkan, pasar saat ini terus menghadapi likuiditas yang ketat akibat tingginya penyaluran kredit perbankanSelain itu, neraca perdagangan yang defisit berimbas pada melemahnya nilai tukar rupiahIni memengaruhi sentimen investor asing yang merupakan pemain dominan di pasar obligasi negara

”Jadi pelemahan rupiah dan ketatnya likuiditas itu yang menyebabkan animo peserta lelang pada tidak begitu besar,” kata RahmatMeski demikian, pemerintah masih optimistis dengan pasar SUNPihaknya akan konsisten menerbitkan SUN sesuai jadwal, dan mengarahkan penerbitan pada obligasi negara dengan jangka waktu lebih pendek.  (sof/eri)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Korea Bangun Pabrik Biofuel di Gresik


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler