"Dalam perspektif transisi politik tersebut maka sulit bagi bangsa dan negara ini untuk memenuhi keinginan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang berharap agar sistem Pemilu yang berlaku saat ini tetap dipertahankan," ujar Bima Arya Sugiarto dalam diskusi bertema 'Evaluasi UU Bidang Politik dan Rekomendasi untuk Pemilu 2014, di Akbar Tandjung Institute Jakarta, Kamis (5/8).
Selain Bima Arya, diskusi yang dibuka oleh DrAkbar Tandjung itu juga menampilkan dua pembicara lain masing-masing Agus Purnomo, Anggota Komisi II DPR dan Alfan Alfian, peneliti dari Akbar Tandjung Institute
BACA JUGA: Tersangka Juga Harus Dilarang Maju di Pilpres
Dia mengingatkan, dibanyak negara demokrasi di dunia waktu 20 tahun tidak cukup bagi sebuah bangsa untuk mematangkan sistem politiknyaSelain itu, Bima Arya yang sebelumnya juga pengamat politik itu mengingatkan tentang efek negatif jika ambang batas parpol masuk ke DPR dinaikan dari 2,5 persen menjadi 5 persen
BACA JUGA: Terbukti Ada Politik Uang, Desak Pemenang Dianulir
Kalau itu terjadi, Bima memprediksi sedikitnya 32 persen suara pemilih akan hangus."Fenomena sekarang partai besar kehilangan suara sementara potensi pemilih bertambah
Lebih lanjut Bima membeberkan 5 alasan kenapa dia mengusulkan konfederasi sebagai salah satu cara untuk penguatan eksekutif dan parlemen
BACA JUGA: Demokrat Evaluasi Kekalahan Pilkada
Pertama untuk mencegah suara hangus, kedua untuk tetap memberi ruang pada pluralisme dan ketiga jelas untuk penguatan presidensil."Alasan keempat untuk lebih mudah dalam menjaga akselerasi idiologi masing-masing partaiAtau dalam bahasa lain, apa memang ada partai di Indonesia yang benar-benar idiologis?," tanya BimaArgumentasi kelima lanjutnya, untuk membangun sistem demokrasi yang kompetitif guna mengurangi hegemoni politik yang marak berlangsung selama ini(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KPU Tak Bisa Anulir Kemenangan Tersangka
Redaktur : Tim Redaksi