Cabe "Melambung" tak Dihitung Inflasi

Senin, 10 Januari 2011 – 21:50 WIB
JAKARTA - Saat harga cabe mulai selangit, beredar isu pemerintah sedang berencana mengeluarkan "si pedas" dari perhitungan inflasiAlasannya, inflasi yang tak terkendali sepanjang 2010, paling besar berasal dari komoditi barang pangan termasuk cabe

BACA JUGA: Kontrak Gas Domestik Mencapai 57 Persen

Namun para pengamat ekonomi memberikan respon negatif terhadap wacana ini.

"Indonesia bisa ditertawakan dunia kalau mengeluarkan cabe dari perhitungan inflasi
Meski bukan barang kebutuhan pokok, namun cabe di Indonesia mempengaruhi ekonomi cukup besar karna nilai konsumsinya juga besar

BACA JUGA: Terima Fee, PNS Dikenai Pajak

Jadi tidak bisa dikeluarkan begitu saja,’’ kata Pengamat ekonomi Purbaya Yudhi Sadewa pada wartawan di Jakarta, Senin (10/1).

Jika pemerintah tetap mengeluarkan cabe dari perhitungan inflasi, sama artinya kat Purbaya Indonesia menipu diri sendiri
Karena pada dasarnya, survey yang dilakukan BPS harus tetap berpegang teguh pada prinsip pertumbuhan yang sesungguhnya.

"Jangan ketika turun dimasukkan lalu tiba-tiba naik tinggi, mau dikeluarkan

BACA JUGA: Pemerintah Pastikan Tarif Listrik Sesuai Ketentuan

Permasalahannya itu adalah bagaimana mengendalikan harga.  Terutama cabe dan berasMenghilangkan cabe dari perhitungan inflasi bukan langkah yang tepat."

Purbaya bahkan mengatakan, meski alasan pemerintah adalah soal iklim yang diklaim makin parah, maka tidak perlu pemerintah mengeluarkan kebijakan fiskal khusus untuk menanganinya.

"Lebih baik urusi dulu program-program yang sudah ada namun belum berjalan maksimalJangan buat program-program baru tapi prosesnya tidak ada yang jalanSaya nilai, selama ini program dibidang pertanian masih tidak jelas prosesnyaMulai produksi, pupuk, pengairan, pembebasan tanah, kalau diatas kertas pemerintah sudah paham tapi riilnya tidak,’’ tegas Purbaya.

Pengamat ekonomi, Hendri Saparini juga berpandangan yang samaMenghilangkan cabe dari perhitungan inflasi katanya bukan langkah yang tepatKarena meski bukan kebutuhan barang pokok, cabe di Indonesia di konsumsi cukup besar dan melibatkan industri masyarakat kecil yang besar juga.

‘’Wacana untuk menghilangkan cabe dari keranjang inflasi itu sudah di berikan World Bank tahun 2005Tapi komoditas setiap negara itukan berbeda-bedaDi negara maju mungkin cabe bukan komoditi utama tapi kondisi tersebut berbeda dengan IndonesiaJadi tidak boleh sekalipun pemerintah mengeluarkan cabe dari keranjang inflasi,’’ tegas Hendri.

Wacana mengenai mengeluarkan cabe dari keranjang inflasi memang tidak secara riil disebutkanNamun wakil menteri keuangan Anny Ratnawati mengatakan bahwa BPS memang ada rencana mengkaji ulang bobot harga cabe dalam perhitungan penentuan laju inflasi.

‘’Akan di-reviewBPS berjanji untul me-review kembaliKan begini, bundle of commodity (kelompok komoditas) kan selalu di-review konsistensinya, terus di-review juga, memang layak atau tidak,’’ kata Any.

Dengan adanya perubahan perhitungan teknis inflasi, Anny mengharapkan, nantinya laju inflasi akan lebih mencerminkan kondisi kelompok komoditas yang sesungguhnya

Namun pada wartawan, Kepala BPS Rusman Heriawan membantah pemerintah mewacanakan untuk mengeluarkan cabe dari perhitungan inflasiBPS katanya hanya sedang melakukan survei tentang bobot cabe yang digunakan sebagai perhitungan inflasi.

‘’Tidak dihapusHanya bobot saja dikurangi karena suplainya tidak adaKalau dihapus, nanti kalau bawang merah naik bagaimana? Masa mau dihilangkah jugaSebenarnya selama ini cabe tidak masuk komoditas utamaTapi karena selalu jadi berita karena harganya terus naik,’’ kata Rusman.(afz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Anggap APBN Gagal Dorong Pertumbuhan Ekonomi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler