Cadangan Dana Risiko Bengkak Rp 11,1 T

Takut Subsidi Listrik dan Lifting Meleset

Kamis, 18 Agustus 2011 – 08:18 WIB

JAKARTA - Pemerintah meningkatkan cadangan risiko fiskal dalam RAPBN 2012 menjadi Rp 15,8 triliunJumlah tersebut membengkak hingga 235,8 persen atau Rp 11,1 triliun dibanding APBN Perubahan 2011 sebesar Rp 4,7 triliun

BACA JUGA: BTN Jembatani Penyaluran Dana UKM



Menkeu Agus Martowardojo mengatakan, peningkatan anggaran cadangan risiko fiskal dilakukan untuk mengantisipasi kondisi perekonomian tahun depan
"Jumlahnya saya rasa lebih besar, karena pada saat ini kita memang mempersiapkan sendiri kondisi yang lebih buruk," kata Agus usai peringatan Detik-Detik Proklamasi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8).

Dalam Nota Keuangan RAPBN 2012 disebutkan, kenaikan alokasi cadangan risiko fiskal disebabkan adanya alokasi cadangan risiko lifting dan risiko fiskal lainnya akibat perubahan parameter subsidi listrik

BACA JUGA: Izin Mega Capital Dicabut

Cadangan risiko fiskal dialokasikan untuk menampung cadangan perubahan asumsi makro Rp 1,6 triliun
Juga, untuk stabilisasi harga pangan Rp 2,0 triliun, risiko lifting Rp 2,0 triliun, risiko kenaikan harga tanah (land capping) Rp 500 miliar, dan cadangan lainnya (listrik) Rp 9,8 triliun.

Agus mengatakan, meskipun cadangan risiko fiskal disiapkan, pemerintah tetap berusaha menerapkan pengelolaan subsidi yang baik

BACA JUGA: Produksi Naik, Laba Melesat

"Kita harapkan kalau energy mix itu bisa diperbaiki di PLN dan pengembangan energi terbarukan bisa membuat kita tidak perlu menggunakan cadangan risiko fiskal kita," katanya.

Apabila variabel asumsi makro berbeda dari asumsinya, akan menyebabkan risiko yang memengaruhi APBNHarga minyak mentah Indonesia (ICP) misalnya, akan memengaruhi APBN dari sisi pendapatan kontrak production sharing (KPS) minyak dan gas, pendapatan PPh Migas, serta subsidi BBMDalam APBN 2012, apabila rata-rata ICP lebih tinggi USD 1,0 barel dari asumsi, akan ada tambahan defisit hingga Rp 0,43 triliun hingga Rp 0,53 triliun.

Jika realisasi produksi minyak siap jual atau lifting minyak meleset 10.000 barel per hari, tambahan defisit diperkirakan pada kisaran Rp 1,71 triliun sampai Rp 2,08 triliunAgus mengatakan, target lifting minyak tahun depan sedikit lebih tinggi dibanding APBNP 2011, yakni dari 945 ribu barel per hari menjadi 950 ribu barel per hari.

Ditambahkannya, mengatakan, target 950 ribu barel per hari tersebut memang cukup sulit dicapai oleh Badan Pengatur Hulu (BP) Migas"Tapi itu sesuatu yang kita tantang untuk bisa dicapai," katanya.

Menurut dia, target lifting untuk tahun depan masih cukup realistis"Kalau dengan gas bisa lebih tinggi," katanya(fal/sof)

BACA ARTIKEL LAINNYA... BPK Belum Audit 24 Persen Saham NNT


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler