Nur bahkan juga meminta agar para caleg tidak menjadikan masyarakat seperti keranjang nangka
BACA JUGA: Hindari Kericuhan, Pengumuman Survey dan Quick Count Dibatasi
"Keranjang (itu) setiap ditaruh isinya, selalu tumpah, baik itu uang, sarung, beras, dan lainnyaTradisi caleg saat ini, dalam pandangan Nur, juga tidak mencerminkan sosok politisi handal
BACA JUGA: Bagaimanapun, Golkar Tidak Akan jadi Oposisi
Pasalnya, politisi handal harus mampu merangkai kata dan menarik simpati masyarakatBACA JUGA: Beberapa Pimpinan Parpol Tak Hadiri Deklarasi Kampanye Damai
Dalam artian, tidak dadakan menjadi dermawan dan sebagainya, melainkan harus menanam jauh-jauh hari sebelum menuai hasilnya.Dijelaskan sang walikota pula, ia berharap agar masyarakat tidak menjadikan pesta demokrasi ini sebagai ajang mencari makan kepada para calegArtinya, menjadikan diri seperti keranjang nangka, yang hanya diganti dengan uang Rp 25 ribu pada saat hari pencoblosan.
"Jika begitu, ke depan rakyat tidak bisa lagi menuntut aspirasinya kepada wakil yang dipilih ituKarena aspirasinya itu telah digadaikan dengan uang selama lima tahun ke depan," ucapnya.
"Karena itulah, caleg pun lantas tak lagi memperjuangkan aspirasi dengan tulus, karena tak merasa berhutang budiAkibatnya, para caleg bebas menggunakan 'jurus mabuk'-nya," tukasnya(sid/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dubes Inggris: Demokrasi Indonesia di Arah yang Benar
Redaktur : Tim Redaksi