BACA JUGA: Galang Dukungan di Resepsi Pernikahan
Tangan mereka juga aktif mencatat dengan cepat.Dari sisi metode penyampaian materi, forum tersebut memang biasa-biasa saja
BACA JUGA: Parpol Bukan Musuh Calon Perseorangan
Tapi, dari komposisi pesertanya, workshop tiga hari yang berlangsung di Ruang Kartini, Wisma Kodel lantai enam, Kuningan, Jakarta Pusat, itu, cukup menarik perhatian"Ini yang pertama di Indonesia," kata M
BACA JUGA: Cagub Jambi Jalani Empat Tahap Pemeriksaan
Fadjroel Rachman, direktur eksekutif Soegeng Sarjadi School of Government, Rabu lalu (24/3)Tampak, di antaranya, Alwi Sahlan (calon wakil gubernur Kalsel), Muhammad Asdar (calon bupati Maros, Sulsel), Paulus Bobi (calon bupati Dogiyai, Papua Barat), Sumarsono (calon bupati Labuhan Batu, Sulawesi Utara), dan Agung Supirno (calon bupati Cirebon, Jabar)."Mereka ini sudah lulus verifikasi di KPU daerah dan siap bertarung," kata FadjroelMeski begitu, peserta workshop tidak eksklusif cakada sajaKalangan profesional dan LSM juga bisa mengikutinyaDi antaranya, perwakilan dari Asosiasi Pengusaha Mi-Bakso, LSM Patiro, Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika, dan Yayasan Relawan Dibo Piss.
"Semua ini LSM propublikKami ingin mereka belajar menjalin jaringan kekuatan LSM," tutur FadjroelTarget jangka panjangnya, imbuh Fadjroel, para cakada dari jalur independen yang menang bisa saling mendukung"Minimal sharing pengalamanKalau perlu, ikut membantu kampanye cakada lain," katanya.
Fadjroel menambahkan, jalur independen baru berjalan dua tahun terakhirKarena itu, para kandidat yang menggunakan jalur tersebut harus punya pemahaman menyeluruh mengenai peraturan dan prosedurnyaTermasuk persiapan kampanye dan pengetahuan awal pemerintahan.
"Kami berharap kepala daerah terpilih dari jalur independen bisa membuat demokrasi dan kesejahteraan rakyat semakin baik dan meningkat pesatBukan sekadar bertarung untuk memperebutkan kursi dan uang," jelas Fadjroel yang juga memimpin Gerakan Nasional Calon Independen (GNCI) itu.
Pelatihan berjalan gayeng dan interaktifPara peserta, terutama cakada, aktif menceritakan permasalahan yang dihadapi"Saya punya semua, kecuali satu, duit," kata Muhammad Asdar, calon bupati Maros, Sulsel.
Menanggapi itu, Ryas yang memberikan kuliah umum Kepemerintahan dan Kepala Daerah Independen mencoba memberi solusiMenurut dia, uang bukan modal utamaTapi, bagaimana mengemas konten kampanye dengan bagus dan tidak terlalu melebar.
"Pidatonya jangan terlalu panjangTapi, harus terus diulangApa kebutuhan paling mendasar masyarakat MarosApa air bersih, pelayanan kesehatan, atau fasilitas pendidikan yang masih kurang," saran Ryas.
Asdar langsung menjawab spontan"Saya tidak tahu harus fokus yang mana," ujarnyaDi Maros, cerita Asdar, terlalu banyak masalahDalam unas (ujian akhir nasional) paling banyak siswa yang nggak lulus, 40 persen warga menganggur, dan defisit APBD mencapai Rp 75 miliar.
"Tetap pilih masalah yang paling mungkin diselesaikan dan paling besar (nilai) masalahnya," jawab Ryas, sembari lantas tersenyum.
Calon bupati Dogiyai, Papua Barat, Paulus Bobi, juga punya ceritaMenurut dia, biaya kampanye di daerahnya sangat besarAntar kecamatan harus ditempuh pakai pesawatKalau tidak, pilihannya adalah berjalan kaki empat malam"Dari 10 distrik, lima harus ditempuh pakai pesawatSisanya 1?2 hari jalan kaki," ujarnya dengan serius.
Sejumlah nama besar lain juga memberikan materiDi antaranya, mantan Ketua MK Jimly Asshidiqie, hakim MK Akil Mochtar, anggota KPU Andi Nurpati, pakar komunikasi Effendi Gazali, Sukardi Rinakit, Direktur Eksekutif Indo Barometer MQodari, dan peneliti senior LSI Burhanudin MuhtadiAda juga bupati Garut yang terpilih dari jalur independen, Aceng HM Fikri.
Ngomong-ngomong, berapa tarif pelatihan ini? "Hanya Rp 1 juta per orangSekadar untuk ganti fotokopi bahan dan fee pengajar," jelasnyaPara peserta mencari penginapan sendiriBahkan, biaya makan siang dan coffe break dibantu Asosiasi Pengusaha Mi-Bakso"Target kami memang bukan profit," ujar Fadjroel(pri/c2)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Visi-Misi Balon Kada Mayoritas Plagiat
Redaktur : Tim Redaksi