SAAT sibuk meeting dengan mitra di Hongkong untuk Project SCAN (Submarine Cable Asia Network) atau kabel fiber optik yang akan menghubungkan Surabaya-Jakarta-Hongkong, LINGGAR MULYONO meliput aktivitas KJRI Hongkong menangani TKW di bekas koloni Inggris itu
"PAK Linggar, selamat pagi
BACA JUGA: Melihat Kehidupan Warga di Pulau Sebatik Saat Indonesia-Malaysia Tegang karena Ambalat
Kalau ikuti kasus nasib buruk yang menipa Siti Hajar, TKW di Malaysia, penanganan dan sistem pelayanan berbasis perlidungan KJRI Hongkong salah satu jawabannya." Itu adalah pesan singkat (SMS) yang saya terima dari Ferry Adamhar, konsul jenderal RI di Hongkong, saat saya sedang makan pagi di Hotel Ibis, Jakarta, Kamis lalu (11/6)Hari itu saya sedang bersiap untuk presentasi di Pearl Energy tentang jalur kabel yang akan melalui daerah konsesi perusahaan minyak dari Abu Dhabi itu
BACA JUGA: Manohara Odelia Pinot setelah Sepuluh Hari Kumpul Keluarga
Ketika SMS Pak Ferry masuk, kebetulan saya lagi membaca Koran Tempo yang memberitakan kasus penganiayaan Siti Hajar, 33, oleh majikannya yang bernama MichelBACA JUGA: Prita Mulyasari setelah Seminggu Berkumpul Keluarga
Janda beranak dua itu sekarang dirawat di Universiti Malaya Medical Centre, Kuala Lumpur, untuk menyembuhkan luka-lukanya.Sebagai Presdir PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC), anak perusahaan Jawa Pos yang mengurusi proyek SCAN, saya harus sering ke Hongkong untuk pertemuan dengan partnerSaya juga beberapa kali bertemu dengan Pak Ferry untuk berbincang banyak hal tentang Hongkong, termasuk soal TKWTapi, baru Minggu, 31 Mei, lalu saya mengikuti kegiatan Pak Ferry "mengelola" tenaga kerja wanita (TKW) kita di Hongkong yang saat ini mencapai 122 ribu orang lebih ?75 persen di antara mereka berasal dari Jawa Timur.
Hari itu saya diajak meresmikan kursus kecantikan bagi para TKW kita di Farida International Academy of Aesthetics di Jordan Road, kawasan Kowloon, yang merupakan angkatan pertamaKegiatan itu disokong oleh beberapa perusahaan Indonesia di Hongkong, juga Teleglobal Pacific Group (TPG), partner FIC dalam pemasangan kabel Surabaya?Jakarta?HongkongAngkatan pertama diikuti 28 peserta, melalui seleksi yang cukup ketatSetelah itu, kami menuju ke gedung konjen di kawasan Causeway Bay untuk meresmikan kursus memasak angkatan ke-9 hingga ke-12 bagi para TKW.
Saya sampaikan kepada Pak Ferry, menurut bos saya, Pak Dahlan Iskan, berita tentang manusia itu ada dua jenis, yakni berita "kekalahan manusia" dan berita "kemenangan manusia"Berita Siti Hajar yang dihajar majikannya selama tiga tahun jelas merupakan contoh yang pas untuk jenis berita "kekalahan manusia"
Tapi, berita TKW kita dikursuskan kecantikan sampai mendapatkan sertifikat sehingga nanti tidak terus menjadi domestic helper, istilah pembantu di Hongkong, merupakan berita "kemenanganan manusia" yang jarang muncul dari dunia TKW"Adik-adik antusias mengikuti kegiatan-kegiatan yang kita adakan," ujar Pak Ferry, yang selalu memanggil "adik" untuk para TKW di Hongkong.
TKW kita di Hongkong, tampaknya, harus banyak bersyukur jika dibandingkan dengan TKW yang ditempatkan di negara lainMereka menerima banyak "kenikmatan" yang tidak bisa dirasakan TKW di negara lainSelain pemerintah Hongkong yang bersih dan tegas dalam menegakkan hukum, KJRI di Hongkong telah menerapkan apa yang oleh Pak Ferry disebut "sistem pelayanan berbasis perlindungan".
Para TKW kita di Hongkong memiliki hak, kewajiban, dan standar kontrak yang diatur sedemikian rupa oleh pemerintah HongkongDan, itu tertuang dalam Employment Ordiance Chapter 57 untuk penatalaksanaan rumah tangga asing atau foreign domestic helperDalam aturan itu tertuang dengan jelas hak-hak para TKW, seperti gaji minimum, uraian kerja, kodisi tempat tinggal, asuransi kecelakaan kerja, libur satu hari dalam seminggu, cuti tahunan 7 hari, makan dan transportasi, hingga pemeriksaan kesehatan bila TKW sakit.
Hanya di Hongkong, TKW kita bisa bebas keluar rumah dan berkumpul dengan sesama TKW lain pada MingguDengan begitu, kalau ada permasalahan, mereka bisa berdiskusi dengan sesama TKW, atau datang ke konjenDan, setiap Minggu, jangan kaget, sekitar 10 ribu TKW kita kumpul di Victoria Park yang berada di kawasan Causeway Bay, sama dengan gedung KJRI kita.
"Waktu Idul Fitri lalu sekitar 40 ribu TKW kita salat Id bersama di Victoria Park," ujar Pak Ferry, yang saat itu menjadi penjamin akibat polisi Hongkong "gugup" dengan hadirnya puluhan ribu orang di tempat yang sama"Semua lancar, aman-aman saja," tambahnya.
Tentu ini suatu "kemewahan" bagi TKW kita, yang tidak bisa dirasakan TKW lain meski ditempatkan di negara Islam seperti Malaysia atau negara-negara di Timur TengahJangankan kumpul-kumpul tiap Minggu, atau salat Idul Fitri bersama, ke luar rumah saja tidak bolehBahkan, Siti Hajar selama tiga tahun tidak bisa keluar rumah hingga dia merusak gembok rumah majikanya yang dipasang di pintu dobel.
TKW di Hongkong bahkan bisa memperoleh tabloid berbahasa Indonesia gratis, yakni Apakabar dan Suara, yang terbit dwimingguanMereka bisa mengikuti berita-berita dari Indonesia maupun seputar Hongkong yang berkaitan dengan profesinyaTabloid Apakabar edisi 23 Mei?5 Juni, misalnya, halaman depan memuat foto Ketua KPK Antasari Azhar dengan judul Jebakan Cinta Ketua KPKSementara itu, halaman depan tabloid Suara memberitakan demo TKW Indonesia sehubungan dengan Hari Buruh (May Day), yang antara lain menyuarakan underpayment dan excessive agency fee
Wartawan dua tabloid itu juga hadir saat pembukaan kursus kecantikan di Farida, yakni Aliyah Purwati (Suara) dan Risty (Apakabar)"Kami hidup dari iklan," ujar mereka saat saya tanya bagaimana mereka membiayai tabloidnya, yang setiap terbit dicetak sekitar 35 ribu eksemplar ituDan, memang, iklannya cukup banyak dengan produk dan jasa yang spesifik ditujukan kepada para TKWMisalnya, produk kecantikan, telepon murah, cara telepon ke Indonesia dengan cara murah, dan cara mengirimkan barang ke Indonesia
Itulah sebabnya, bila ada kegiatan di KJRI, para TKW bisa tahu dan mendaftar untuk ikut serta karena dimuat di tabloidMisalnya, untuk kursus memasak yang diadakan di KJRI, peserta yang mendaftar 260 orang sehingga harus diseleksiUntuk kursus itu, yang diterima hanya 40 orang untuk empat angkatan, tiap minggu 10 orangSeleksi yang lebih ketat diterapkan untuk peserta kursus kecantikan.
"Saya senang bisa ikut kursus kecantikan karena seleksinya ketat," ujar Zainatul Magzuroh, 26, TKW asal Desa Jasun, Demak, Jawa Tengah, yang sudah delapan tahun di HongkongMenurut Zaina ?begitu dia dipanggil?, dirinya tidak ingin terus-terusan menjadi TKW"Saya juga ingin menikah dan punya anak," ujar gadis cantik berkulit putih ituItulah sebabnya, Zaina akan serius mengikuti kursus sehingga ketika kontraknya habis dia bisa membuka salon kecantikan di kota asalnya.
Suasana kondusif itulah yang membuat remiten sosial (ide-ide, perilaku, identitas, dan kapital sosial) TKW Hongkong lebih menonjol jika dibandingkan dengan TKW dari negara lainPenelitian yang dilakukan Wulan (2008) menunjukan bahwa TKW yang pulang dari Hongkong terlihat lebih pandai, lebih punya perencanaan untuk masa depan, dan punya banyak keterampilan daripada yang pulang dari Malaysia, Arab Saudi, dan Singapura.
Menurut Ferry Adamhar, meski kondisi TKW di Hongkong relatif lebih baik ketimbang di negara lain, bukan berarti tidak ada persoalanDia membagi persoalan yang ada dalam dua kategori besar, yaitu struktural dan kulturalDua persoalan itu membutuhkan penanganan yang berbedaBerkat perhatiannya yang intens selama satu setengah tahun menjadi konsul di Hongkong, dia bisa merumuskan apa saja yang telah dan harus dilakukan
Pengalamannya itulah yang lantas dituangkan dalam buku yang berjudul Rumah yang Ramah: Menuju Palayanan Berbasis Perlindungan bagi TKI di HongkongApa saja yang telah dia lakukan sehingga patut ditiru oleh pejabat kita di luar negeri yang lain, ikuti lanjutan tulisan ini besok(bersambung)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Orang-Orang di Balik Berdirinya Jembatan Suramadu
Redaktur : Tim Redaksi