Cara Konjen RI Hongkong Mengelola TKW Kita (2-Habis)

Sebentar Lagi Salip Buruh Migran Filipina

Selasa, 16 Juni 2009 – 06:59 WIB

Buruh migran Indonesia yang bekerja di sektor domestik di Hongkong meningkat luar biasaUntuk mengimbanginya, Konsulat Jenderal RI Hongkong menerapkan manajemen pelayanan yang patut dicontoh kantor perwakilan RI lainnya

BACA JUGA: Cara Konjen RI Hongkong Mengelola TKW Kita (1)

Berikut lanjutan laporan LINGGAR MULYONO


---------------------------------
''INDONESIANS Set to Overtake Philipinos.'' Itu adalah judul berita di harian South China Morning Post, 1 Juni 2009, halaman City yang memuat rubrik dan berita tentang lifestyle

BACA JUGA: Melihat Kehidupan Warga di Pulau Sebatik Saat Indonesia-Malaysia Tegang karena Ambalat

Ada subjudul di berita empat kolom yang dilengkapi foto tiga TKW lagi bersantai di Victoria Park itu, berbunyi: '' Philippines about to lose lead in domestic help.''

Maksudnya jelas, Indonesia segera menyalip Filipina dalam penyediaan TKW di Hongkong
Penulis tidak tahu, berita ini harus ''disyukuri'' karena dianggap prestasi -kalau di lomba balap F1, mobil yang bisa meng-overtake pastilah disambut dengan tepuk tangan meriah- atau sebaliknya harus ''ditangisi'', karena mencerminkan sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri.

South China Morning Post (SCMP) menyajikan data yang agak berbeda dengan yang penulis peroleh dari Konjen RI di Hongkong

BACA JUGA: Manohara Odelia Pinot setelah Sepuluh Hari Kumpul Keluarga

Ini karena bulan dan tahun pencatatan juga berbedaData dari Konjen per November 2008 jumlah TKW kita di Hongkong adalah 122.900 orangSementara SCMP mencatat per April 2009 jumlah TKW kita sudah menjadi 125.567 orang, atau bertambah 2.667 dalam kurun lima bulan.

Sementara untuk TKW dari Filipina, menurut SCMP, adalah 126.075 orang per April 2009Jumlah ini hanya berselisih 508 orang dibanding TKW dari IndonesiaSedangkan TKW dari Thailand jumlahnya hanya 3.774 orang.

Prestasi Indonesia dalam pengiriman TKW ke Hongkong memang ''membanggakan.'' Data di Konjen RI menunjukkan, pada 2001 baru ada 68.880 TKW Indonesia di Hongkong, sementara Filipina 155.450 orang dan Thailand 7.000 orangBerarti dalam kurun delapan tahun, TKW Indonesia naik 82 persen atau 56.687 orang, Filipina turun 19 persen atau 29.250 orang, sedangkan Thailand turun 46 persen atau 3.226 orang.

Meski jumlah TKW belum menyalip, jumlah orang Indonesia, sebagian besar TKW, yang keluar masuk Hongkong lebih banyak daripada FilipinaSampai akhir tahun lalu, menurut berita di SCMP, jumlahnya mencapai 141.012 orang atau naik 7,2 persen dibanding 2007Sementara jumlah kedatangan dan keberangkatan orang Filipina hanya 138.373 atau naik 1,5 persen dibanding tahun sebelumnya.

Menurut Ferry Adamhar, Konjen RI untuk Hongkong, TKW dari Indonesia lebih disukai karena umumnya cakap berbahasa CantoneseIni berbeda dengan TKW Filipina yang umumnya berbahasa Inggris dan tidak mau belajar bahasa CantonesePadahal, orang-orang tua Hongkong, yang harus dirawat para TKW, umumnya tidak pandai bahasa InggrisDi samping itu, TKW kita umumnya lebih rajin dan penurut''Tapi, masalah selalu ada,'' ujarnya, saat ditanya apakah dengan demikian tidak banyak permasalahan TKW di Hongkong.

Menurut Ferry, kasus terbanyak adalah perselisihan antara TKW dan majikan atau agen''Pada 2008 ada 885 kasus, terbanyak dibanding kasus-kasus lain,'' ujarnyaKasus menonjol berikutnya adalah pemotongan hubungan kerja sepihak (266 kasus), kriminal berat dan ringan (88 kasus), overstay (53 kasus), gaji di bawah standar (44 kasus), dan tidak ada libur 6 kasusSelama 2008 kasus dan pengaduan yang diselesaikan KJRI Hongkong mencapai 1.342 kasus.

Selain itu, persoalan mendasar yang sering dijumpai adalah banyaknya TKW yang tidak mengerti isi kontrak, termasuk siapa agennya serta apa tugas dan kewajibannyaTKW kita juga kadang mempunyai cara bergaul yang berlebihan, terlalu cepat percaya kepada orang yang baru dikenal, dan larut pada budaya baru yang dihadapi

''Kadang kita menghadapi kasus TKW hamil di luar ikatan pernikahanUmumnya dengan pria dari negara asing yang sama-sama kerja di Hongkong,'' ujarnyaSepanjang 2008, misalnya, KJRI Hongkong menampung dan mengurus empat bayi yang lahir di luar perkawinan.

Hal lain yang sering dikeluhkan organisasi buruh migran dan LSM adalah underpayment (gaji di bawah standar) dan cost structure (tingginya biaya penempatan TKW di Hongkong, yang lantas dibebankan kepada TKW dengan cara potong gaji)

Menurut Ferry, pada 22-24 Desember 2007, KJRI Hongkong bersama Dirjen Binapenta mengadakan pertemuan dengan LSM, organisasi nakerwan, asosiasi PPTKI Hongkong, dan lembaga keuangan yang memberikan pinjaman untuk penempatan TKW di Hongkong''Tujuan utama pertemuan adalah mencari masukan tentang cost structure,'' ujarnya.

Setelah melalui serangkaian dialog dan pembahasan, akhirnya cost structure bisa turun Rp 2.295.000 menjadi Rp 15.550.000 dari sebelumnya Rp 17.845.000''Mungkin jumlah ini masih terlalu tinggi untuk para TKWNamun, setidaknya telah dilakukan upaya dialog dan pembahasan yang mengakomodasi berbagai masukan,'' ujarnya.

Sadar bahwa permasalahan TKW di lapangan jauh lebih banyak daripada data yang dihimpun dan dilaporkan ke KJRI, Ferry lantas membuka ruang pengaduan di lantai dasar KJRI, yang dilayani tiga pegawaiLayanan ini juga buka pada Minggu, karena hari itulah TKW kita bisa keluar rumah''Kami juga menyiapkan shelter berupa tempat tinggal dan makan untuk TKW yang menghadapi masalah dan menunggu penyelesaian,'' ujarnya.

Mengingat masih banyaknya persoalan yang dihadapi para TKW, Ferry terus berupaya mencari model yang dapat menangani dan menyelesaikan persoalan tidak hanya secara kuratif, namun secara lebih sistematis, terencana, dan komprehensif''Pada titik ini model pelayanan berbasis perlindungan yang komprehensif bagi para TKW yang datang ke Hongkong mutlak dilakukan,'' ujar Ferry''Perwakilan RI di luar negeri harus merupakan 'rumah yang ramah' bagi seluruh warga negara Indonesia di negara tersebut,'' tambahnya.

Menurut Ferry, perlindungan TKW di luar negeri mempunyai dua elemen yang saling melengkapiElemen pertama adalah diri TKW itu sendiriYaitu, kesiapan mereka menghadapi lingkungan pekerjaan''Semakin TKW mengetahui hak-hak yang seharusnya mereka miliki dan tahu cara mempertahankan hak-hak tersebut, semakin mudah melindungi mereka,'' jelasnya

Elemen kedua bersifat eksternal, yakni kondisi dan situasi di negara penerimaUntuk Hongkong, kita patut bersyukur, karena pemerintah setempat telah mengatur dalam Employment Ordinane Chapter 57Misal, untuk gaji menimum bagi TKW telah ditetapkan HK$ 3.580 atau sekitar Rp 4.654.000 per bulanBila kurang dari itu, berarti masuk kategori underpayment dan pemeritah Hongkong akan menghukum agen yang menempatkan TKW.

Pemerintah Hongkong menetapkan kebijakan yang banyak membantu perlindungan TKW kitaMereka mengharuskan setiap kontrak kerja perlu pengesahan dari konsulat jenderal negara pengirimDengan demikian, meskipun Indonesia dan Hongkong tidak mempunyai perjanjian (MOU) mengenai penempatan dan perlindungan tenaga kerja, pemerintah Hongkong konsisten dan menerapkan ketentuan dan hukum secara adil terhadap TKW dari Indonesia.

Program pelayanan berbasis perlindungan diimplementasikan KJRI Hongkong mulai September 2007Program itu pada intinya dibagi dalam tiga bagian utama, yakni Welcoming Program, During Stay Program, dan Exit Program.

Welcoming Program berisi kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk memperkuat kepercayaan diri TKW kita menghadapi lingkungan asing, kondisi kerja, dan hak-hak serta kewajiban mereka selama di HongkongDijelaskan tentang apa peran dan fungsi perwakilan Indonesia, daftar nama pejabat KJRI, serta fungsi dan bantuan apa yang bisa diminta dari pejabat''Kita lakukan presentasi dengan audiovisual, dengan narasumber, juga grup diskusi,'' jelas Ferry.

During Stay Program dimaksudkan untuk mewujudkan KJRI menjadi rumah yang ramah dengan pengembangan kegiatan yang bermanfaat dan menjadi bekal untuk kembali ke tanah airMenciptakan jaringan antara KJRI dan TKW sehingga dapat cepat mengetahui kalau ada permasalahanPembentukan grup pengajian dan seni budaya, juga membentuk ''kakak penolong'' yang direkrut dari TKW yang berpengalaman di Hongkong dan mampu menolong TKW lain saat menghadapi masalahKursus kecantikan dan kursus memasak merupakan bagian dari program ini.

Sementara Exit Program berisi kegiatan untuk mempersiapkan TKW menghadapi kehidupan di Indonesia setelah bekerja di HongkongPenertiban administrasi dalam rangka pemulangan tenaga kerja dengan meminta agen memberi tahu KJRI bila TKW yang mereka urus akan kembali ke IndonesiaDengan tahap-tahap itu, saat pulang, TKW benar-benar menjadi "pahlawan devisa" yang memberi manfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitarnya(penulis adalah wartawan Jawa Pos yang kini Presdir PT Fangbian Iskan Corporindo).

BACA ARTIKEL LAINNYA... Prita Mulyasari setelah Seminggu Berkumpul Keluarga


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler