jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) terus melakukan upaya pencegahan dan pengendalian atas penyebab kematian ikan massal yang terjadi di Danau Toba beberapa waktu lalu.
Kepala BRSDM KKP Sjarief Widjaja mengungkapkan cuaca ekstrem telah memicu upwelling, yang menyebabkan pasokan oksigen ikan berkurang secara drastis.
BACA JUGA: Usaha Perikanan Menjamur, KKP Kawal Proses Perizinan Kapal
Hal ini berimbas pada rusaknya suhu air di Danau Toba. Upwelling atau umbalan merupakan fenomena di mana kondisi perairan yang lebih dingin dari biasanya.
“Jadi, pergerakan massa air secara vertikal ini membawa nutrien dan partikel-partikel dari dasar perairan ke permukaan, dan ini menyebabkan pasokan oksigen untuk ikan menjadi berkurang, apalagi lokasi KJA (Keramba Jaring Apung) cukup dangkal dan substratnya belumpur," ujar Sjarief dalam siaran persnya.
BACA JUGA: Ikan Mati Massal di Danau Toba, Begini Hasil Penelusuran KKP
Di samping itu, jika diihat menurut Sjarief ternyata kepadatan ikan dalam KJA juga terlalu tinggi, sehingga sangat mengganggu sirkulasi oksigen.
“Kami juga pelajari curah hujannya, kami pelajari kapan musim kemaraunya, kapan musim penghujannya. Sehingga kami putuskan bagaimana pengendalian KJA ini. KJA idealnya di atas 50 meter. Baru perputaran airnya sehat, ternyata dangkal,” tuturnya.
BACA JUGA: Tangani Kematian Ikan di Danau Toba, KKP Terjunkan Satgas
"KJA ini paling aman diopereasikan antara Januari sampa dengan Juni, dan setelah itu diistirahakan mengingat resiko upwelling/umbalan tertinggi pada Agustus hingga September," imbuhnya.
Fenomena kematian ikan massal pada tahun ini dialami oleh sekitar 18 kepala keluarga, sedangkan total jumlah ikan mati diperkirakan mencapai 200 ton dengan taksiran kerugian diperkirakan sedikitnya Rp 2,7 miliar (asumsi harga ikan Rp 15.000 per kilogram).
Saat ini, KKP merekomendasikan untuk sementara waktu aktivitas KJA dihentikan terlebih dahulu sekitar dua bulan, agar perairan bisa me-recovery kondisinya seperti semula.
“Ya paling tidak dua bulan ke depan, kami imbau masyarakat menghentikan sementara waktu aktivitas budi dayanya, hingga perairan kembali stabil,” pungkasnya.
Selain itu, BRSDM juga telah mengeluarkan rekomendasi berupa kalender ‘Prediksi Kematian Massal Ikan’ dan skema ‘Alur Penanganan Kematian Massal Ikan’, yang berisikan data dan informasi penyebab kematian massal ikan di KJA, termasuk upaya penanggulangannya sebagai bagian upaya pencegahan dan pengendalian peristiwa kematian massal ikan agar tidak kembali terjadi.
“Kalender prediksi dan skema alur penanganan ini bisa membangun kesadaran pembudidaya dan para pengambil kebijakan untuk tidak menganggap sepele setiap kasus kematian massal ikan,” tandas Sjarief.(chi/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jutaan Ikan Mati di Danau Toba, Pemkab Samosir Bilang Begini
Redaktur & Reporter : Yessy