Cerita di Balik Nama Kampung Vietnam di Kota Jayapura

Rabu, 30 Agustus 2017 – 00:05 WIB
Anak-anak Argapura Laut atau lebih dikenal dengan Kampung Vietnam sedang bermain Jengkal Jari, Sabtu (27/8). Foto: Elfira/Cendrawasih Pos

jpnn.com - Kampung Vietnam, sebuah nama kawasan pemukiman yang sudah familiar bagi masyarakat Kota Jayapura, Papua.

Secara administrasi kewilayahan di Kota Jayapura, nama kampung itu tidak tercantum. Lalu mengapa nama ini muncul dan apa cerita di balik nama "Kampung Vietnam"?

BACA JUGA: Mariska Halinda Raih Emas, Bonus Rp 200 Juta Bakal Ditabung

Laporan Elfira - Jayapura

Angin berhembus sepoi-sepoi, pukulan ombak kecil terdengar disetiap penyangga rumah kayu milik warga.

BACA JUGA: 7 Korban Tewas Kecelakaan Maut di Kebumen, Ternyata Ingin Memberi Kejutan

Anak-anak nelayan sibuk bermain permainan tradisional seperti lompat tali, tali masuk dan jengkal-jengkal.

Sedang orang dewasa sibuk dengan aktivitas masing-masing. Suasana ini terlihat ketika Cenderawasih Pos (Jawa Pos Group), Sabtu (27/8) berkunjung ke Argapura Laut Distrik Jayapura Utara tempat yang terkenal dengan sebutan Kampung Vietnam ini.

BACA JUGA: Korban Kapal Tenggelam Terombang-ambing di Laut 23 Jam, Makan Gabus Pelampung

Dengan 4 RT dan 1 RW, Argapura Laut dihuni 315 Kepala Keluarga (KK) yang didalamnya terdapat kurang lebih 2000 jiwa.

Di mana 80 persen penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan lainnya adalah swasta dan PNS.

Itulah kenapa, ketika berkunjung ke lokasi ini terlihat perahu nelayan berjejeran dan laki-laki dewasa menyibukkan diri untuk memperbaiki perahu sebelum turun melaut.

Berkunjung ke sini, tak perlu khawatir. Sebab dipastikan orangnya ramah-ramah serta membuka diri terhadap siapa saja.

Di sana setiap sore ibu-ibu duduk depan rumah sembari menjajakan jualannya seperti pinang, kue dan jualan lainnya. Sedang anak-anak tentu sibuk dengan permainan masing-masing.

“Di sini (Argapura Laut-red) orangnya baik-baik, sama dengan masyarakat lainnya. Karena kita sama-sama orang Indonesia yang terbungkus dalam bingkai NKRI,” ucap Jack Karubaba, lelaki yang sudah menjadi Ketua RW 003 selama 9 tahun ini.

Bukan tanpa alasan jika orang masih merasa sungkan dan takut berkunjung ke tempat ini. Sebab Argapura Laut atau terkenal dengan sebutan Kampung Vietnam itu diduga sebagai lokasi peredaran Narkoba jenis ganja.

Selain itu terkenal dengan daerah yang selalu melakukan Bom (Dopis) ketika mencari ikan. Bahkan pernah terjadi konflik antarkelompok tepatnya 1984 dan 1989.

“Munculnya nama Kampung Vietnam itu karena adanya suatu peristiwa hingga menyebabkan terjadinya pengungsian besar-besaran ke Papua Nugini yang dilakukan orang-orang Argapura Laut,” ucap lelaki asal Serui ini.

Dua puluhan tahun silam, nama Kampung Vietnam itu melekat. Di mana pemberian nama Kampung Vietnam sendiri diucapkan langsung oleh Komandan Resort Dimara. Seusai pertemuan antara dua kelompok yang terlibat konflik.

“Seuasai pertemuan, hari itu juga Danres Dimara mengatakan kampung ini (Argapura Laut, red) saya beri nama Kampung Vietnam karena masyarakatnya berlatar belakang hidupnya dengan bom,” ujarnya.

Setelah nama itu muncul, stigma negative melekat pada Kampung Vietnam. Di mana orang-orang beranggapan masyarakat Kampung Vietnam jaha-jahat. Padahal anggapan itu tidak benar.

"Nama menjadikan orang yang datang ke sini segan, beranggapan jika ke sini akan diapa-apakan. Padahal itu tidak benar sama sekali,” terangnya.

Terkait dengan bom ikan, mulai jarang dilakukan nelayan Argapura Laut ini. Bahkan setahun terakhir ini tidak ada.

Alasan warganya menangkap ikan dengan cara Dopis dikarenakan tempat mereka untuk melaut dikuasai orang lain. Sedang mereka sendiri juga butuh hidup dan punya keluarga, sehingga jalan pintas yang diambil menangkap ikan dengan menggunakan Dopis.

Untuk menghilangkan citra buruk tentang Argapura Laut, beberapa waktu lalu BNN Papua dan Polres Jayapura Selatan serta TNI membentuk Satgas Anti Narkoba di lokasi tersebut, dengan tujuan agar peredaran Narkoba terutama jenis ganja tidak ada.

“Adanya Satgas Anti Narkoba membuat masyarakat menjadi tenang, di mana orang-orang yang berada di dalamnya adalah pemuda sendiri,” tuturnya.

Menurutnya, bila pemerintah benar-benar ingin memajukan Argapura Laut dan mengubah citra buruk tentang lokasi tersebut, maka seharusnya di lokasi tersebut dibuatkan wisata nelayan. Atau tempat pemancingan yang bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat.

"Sehingga masyarakat bisa menyibukkan diri dengan aktivitas mereka masing-masing, apalagi di Argapura Laut tersebut banyaknya atlet-atlet kebanggaan Papua yang mulai dilupakan pemerintah," tuturnya.*

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mata Mustafa Sudah Rabun, Tetap Melaut Demi Enam Anaknya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler