BACA JUGA: Laba Naik karena Sales Melonjak
Rencana tersebut dilakukan selama periode 2011-2014 agar dapat memperluas jangkauannya ke seluruh pulauIa optimistis investasi itu dapat meningkatkan produksi maupun layanan kepada pelanggan
BACA JUGA: Proyek Terhenti, Wika Potensial Rugi
Berdasarkan data terakhir, perusahaan ini telah mencapai 50 ribu pelanggan di seluruh IndonesiaNamun, ia juga waswas dengan gejolak politik di Timur Tengah meskipun kenaikan harga minyak mentah pada kisaran USD 100 per barel belum membawa pengaruh yang signifikan
BACA JUGA: DPR Minta Data Rinci Proyek LOBP Gresik
’’Kami khawatir jika harga naik volume produksi malah turun,’’ jelas Manajer Produksi PT Coca-Cola Bottling Indonesia, Budi Nurdjaya Bimantoro di pabrik nasional Coca-Cola Amatil Indonesia, Bekasi, Jawa Barat.Sejak lebaran, katanya, proses produksi sudah mengalami penurunan terhitung pada September tahun laluIndikator tersebut terlihat dari 12 mesin produksi hanya enam yang bekerja efektifMasing-masing berkapasitas mulai dari 20 botol, 60 botol hingga 1.500 botol per detik
Meski tidak menjelaskan secara rinci, ia menyatakan penurunan kapasitas tersebut terjadi karena mengikuti permintaan pasar yang turut menurunJika menghadapi situasi tersebut, perusahaan minuman berkarbonasi asal Australia ini mengaku kesulitan menaikkan hargaKarena itu, sejauh ini pihaknya menunggu gejolak pasar untuk menghitung dampak kenaikan terlebih dahulu’’Untuk melakukan revisi harga banyak pertimbangannya,’’ katanya.
Sementara itu, Direktur Business Service PT Coca-Cola Amatil Indonesia, Bruce Weterfield, menyatakan, pihaknya menjual lebih dari 700 juta liter minuman ringan per tahunMinuman tersebut diproduksi lewat delapan lokasi pabrik pembotolan yang tersebar di sejumlah daerah’’Bisnis Coca Cola telah berkembang dengan baik di Indonesia,’’ katanya(tyo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiga Underwriter Garuda Diselematkan
Redaktur : Tim Redaksi