Cuaca Ekstrem dan Garam Mak-Mak

Oleh Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 28 Desember 2022 – 20:16 WIB
Hujan disertai petir. Foto ilustrasi: M Fathra Nazrul Islam/JPNN.com

jpnn.com - Sebuah twit dari peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) belakangan ini viral.

“Siapa pun Anda yang tinggal di Jabodetabek dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022.”

BACA JUGA: Meikarta

Itulah cuitan peneliti BRIN Ema Yuliastin di Twitter.  Peneliti klimatologi itu menjelaskan badai dahsyat akan bermula dari laut, lalu berpindah ke darat melalui dua jalur.

Pertama, angin baratan yang membawa hujan badai dari laut atau westerly burst. Kedua, dari utara melalui angin permukaan yang kuat atau northerly.

BACA JUGA: Erick Thohir dan Tragedi Bola

Dua suplai hujan atau dua pasokan badai diperkirakan akan terakumulasi di kawasan Jabodetabek. Banten dan Jakarta-Bekasi akan menjadi lokasi sentral tempat serangan badai tersebut sejak siang hingga malam hari pada 28 Desember 2022.

Prediksi hujan ekstrem menggemparkan masyarakat. Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) belum dapat memastikan terjadinya badai pada di Jabodetabek hari ini.

BACA JUGA: Industri Islamofobia

Alih-alih menggunakan istilah badai ekstrem, BMKG lebih suka menyebutnya sebagai sebagai hujan lebat dan hujan ekstrem.?

Untuk mengantisipasi kondisi cuaca buruk, Plt Gubernur DKI Heru Budi Hartono menyiapkan berton-ton garam yang disebar sebagai pemecah awan. Dengan demikian hujan tidak semuanya tumpah di wilayah DKI dan sekitarnya.

Ini bukan ritual perdukunan ala Mbak Rara yang kondang sejak event balapan di Mandalika. Penyebaran garam itu diakui sebagai metode ilmiah untuk memecah awan.

Beberapa waktu lalu di media sosial beredar video yang menunjukkan mak-mak menyebar garam di sekitar rumahnya ketika hujan lebat disertai angin sedang berlangusng.

Narasi pada video yang viral itu menyebutkan bahwa si mak berusaha menghentikan hujan dengan ritual tersebut.

Ritual itu ternyata ditiru oleh Heru Budi Hartono dengan skala yang jauh lebih besar. Kalau si mak cuma menyebar garam beberapa genggaman tangan, Heru Budi menyebar berton-ton garam di sekitar langit Jakarta.

Teknologi modifikasi cuaca (TMC) ini dilakukan dengan cara menaburkan garam dapur atau natrium klorida di sejumlah tempat. TMC sudah sudah dilakukan dengan 55 kali penerbangan yang menaburkan 154,3 ton garam dapur.

Modifikasi cuaca itu dilakukan atas permintaan Pemprov DKI Jakarta yang bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Guna mengantisipasi kondisi itu, BPPT dan BNPB menggandeng Tentara Nasional Angkatan Udara (TNI AU) untuk melakukan operasi TMC dengan menebar garam ke awan-awan yang menuju wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.

Penyemaian awan dilakukan menggunakan pesawat angkut yang membawa berton-ton garam. Selanjutnya, pesawat tersebut memasukan garam ke dalam inti awan.

Menurut ramalan BMKG, cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di Jakarta dan sejumlah kota lain akan dimulai pada hari ini hingga Tahun Baru 2023.

Cuaca ekstrem di Jakarta dan kota lain akan menimbulkan hujan berintensitas lebat hingga sangat lebat sampai 2 Januari 2023.

Pada 21 Desember 2022, BMKG merilis potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi dalam sepekan hingga 1 Januari 2023. Informasi tersebut berkaitan dengan adanya signifikansi dinamika atmosfer yang dapat meningkatkan potensi cuaca ekstrem selama periode Natal 2022 dan Tahun Baru 2023.

Menurut analisis cuaca terkini, kondisi dinamika atmosfer di sekitar Indonesia masih berpotensi signifikan terhadap peningkatan curah hujan di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan.

Cuaca ekstrem menjadi masalah internasional yang bisa membawa dampak serius di seluruh dunia. Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah menyetujui deklarasi keadaan darurat di Negara Bagian New York.

Hal itu menyusul dampak parah yang dialami wilayah tersebut akibat badai musim dingin Elliot. Presiden Biden memerintahkan bantuan pemerintah federal untuk melengkapi upaya tanggap negara bagian dan lokal karena kondisi darurat akibat badai musim dingin parah yang dimulai pada 23 Desember 2022 terus berlanjut.

Salju menyelimuti lingkungan, Ahad, 25 Desember 2022. Jutaan orang berjuang melawan cuaca beku yang telah menewaskan sedikitnya 50 jiwa di seluruh Amerika.

Sebagian besar korban Elliot berada di New York. Cuaca beku itu diperkirakan akan merenggut lebih banyak nyawa setelah menjebak beberapa penduduk di dalam rumah dengan timbunan salju dan mematikan listrik ke beberapa ratus ribu rumah dan bisnis.

Terdapat lebih dari 3.800 penerbangan dari maskapai-maskapai AS yang dibatalkan akibat badai musim dingin Elliot. Gangguan dalam lalu lintas penerbangan akibat Elliot diperkirakan masih akan berlanjut hingga fase perjalanan liburan tahun baru pada akhir pekan ini.

Suhu dingin pun mengganggu operasional pembangkit listrik. Ratusan ribu warga yang tersebar di sejumlah wilayah AS harus menghadapi pemutusan aliran listrik.

Miliarder Bill Gates sudah mengingatkan jauh-jauh hari bahwa ada bencana yang tidak kalah serius ketimbang Covid-19. Dalam bukunya ‘’How to Avoid Climate Disaster’’ (2021), Gates mengingatkan bencana selanjutnya setelah Covid-19 adalah bencana lingkungan.

Hal itu terjadi karena manusia ugal-ugalan dalam memakai energi yang tidak terbarukan atau non-renewable energy. Satu mantra yang menjadi andalah Gates ialah “dari 51 miliar ton menjadi nol”.

Artinya, sekarang ini produksi emisi karbon yang merusak atmosfer setiap tahun sebanyak 51 miliar ton. Kalau mau menyelamatkan Bumi, tidak ada pilihan lain kecuali menghapus total emisi karbon menjadi nol.

Tentu itu pilihan sulit karena produser karbon terbesar dunia adalah negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat. Negara-negara miskin memproduksi karbon sangat sedikit karena penggunaan energinya juga terbatas.

Gates menyimpulkan penghasilan dan penggunaan energi berjalan seiring. Masyarakat di negara-negara yang mengonsumsi sedikit energi per kapita memiliki pendapatan per kapita terendah.

Hal itu terjadi di negra-negara Afrika yang tidak mempunyai cukup pasokan listrik.

Di negara-negara yang sudah maju, listrik selalu ada, lampu jalan terus hidup di malam hari, AC, komputer, dan TV dapat selalu berfungsi. Hal ini sudah menjadi gaya hidup modern selama berpuluh tahun.

Manusia modern tidak menyadari dampak lingkungannya sampai terjadi situasi darurat seperti di Amerika, atau ancaman cuaca ekstrem di Jakarta.

Manusia modern mengandalkan suplai listrik setiap hari. Cara produksi listrik sejauh ini menyumbang perubahan iklim paling banyak.

Manusia modern harus memikirkan mendapatkan listrik yang lebih bersih, dan menggunakannya untuk membantu mengurangi emisi karbon. Pemakaian moda transportasi berbasis listrik adalah salah satunya.

Gates menerangkan bagaimana penciptaan energi bersih ini dapat dilakukan dengan mempercepat inovasi, memberikan insentif yang menurunkan biaya dan mengurangi risiko, juga membuat aturan agar teknologi baru dapat bersaing. Upaya lainnya ialah membuat standar kelistrikan, mestandarkan bahan bakar bersih dan standar produk yang bersih, hingga memberi denda atas perusakan karbon.

Mengatasi ancaman lingkungan tidak bisa dilakukan dengan kebijakan instan dan menginginkan hasil yang instan juga. Apa yang dilakukan oleh Heru Budi Hartono di DKI menunjukkan cara berpikir yang paradoksal dan tidak koheren.

Ketika Jakarta terancam cuaca ekstrem, dia malah sibuk menebar garam. Mak-mak di Jakarta bisa protes kalau suplai garam kosong gegara diborong oleh Pemprov DKI. (***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wanita Emas


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler