jpnn.com - SENYUM merekah terpancar di wajah Agus Widanarko (32) saat ditemui JPNN di sela-sela menghadiri peringatan Hari Antinarkoba Internasional di Istana Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, pada Kamis (26/6).
------------
BACA JUGA: Kompas, Komunitas yang Peduli kepada Remaja di Kawasan Lokalisasi Dolly
NATALIA LAURENS, JAKARTA
------------
BACA JUGA: Ekspor Ikut Terdongkrak berkat Momen Piala Dunia
Kebahagiaan itu terlihat setelah pria asal Sukoharjo, Jawa Tengah tersebut mendapat penghargaan yang diberikan Wakil Presiden RI Boediono atas jasanya melakukan penyuluhan dalam program keliling 1.000 kampung untuk mensosialisasikan antinarkoba. Sambil menenteng piagam penghargaannya, pria yang akrab disapa Danar itu pun mengisahkan perjuangannya melawan narkoba sejak tahun 2007.
Kegiatan yang dilakoninya saat ini, kata Danar, bukan tanpa sebab. Ia melakukannya setelah melihat pahitnya realita dunia gemerlap pada pekerjaan sebelumnya di dunia entertainment sebagai event organizer di tempat-tempat hiburan malam.
BACA JUGA: Pernah Mengira Sulit Hamil lantaran Kista
Di pekerjaannya terdahulu Danar melihat banyak pemakai narkoba yang pulang dari diskotek. Kebanyakan dari mereka mengalami kecelakaan, overdosis maupun hilang entah kemana. Sejak saat itu, Danar terpanggil untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya narkoba.
"Saya pengin menebus kesalahan saya selama 4 tahun sebelumnya kerjanya begitu. Saya lihat sendiri yang dilakukan orang dengan narkoba. Teman-teman saya. Saya mikir, gimana caranya menebus ini. Akhirnya saya berpikir lakukan penyuluhan," ujar Danar pada JPNN.
Awalnya tidak mudah bagi Danar memutuskan banting setir dari pekerjaan yang menghasilkan banyak rupiah menjadi relawan yang keliling kampung. Ia menyiapkan dana sendiri untuk berkeliling kampung dengan sepeda motor. Di awal tugasnya, Danar bekerja seorang diri.
Dalam sehari ia bisa mendatangi hingga lima kampung. Dalam perjalanannya keliling Danar tidak mengharapkan imbalan. Haram baginya menerima imbalan dari warga kampung yang mendengar penyuluhannya.
"Saya kan bawa koper juga alat penyuluhannya dengan motor, ya kadang-kadang jatuh aja, kalau berat bawaannya," ujar Danar sambil tertawa.
Danar mengaku orangtuanya sudah sempat melarang kegiatannya tersebut. Namun, Danar menyakinkan orangtuanya bahwa yang dilakukannya baik untuk masyarakat. Ia menyatakan tak mudah memang masuk di setiap kampung seorang diri untuk melakukan penyuluhan antinarkoba.
Namun, karena tekadnya sudah bulat, Danar mengaku mendekati warga kampung dengan berbagai cara. Beberapa orang, kata Danar, sering mempertanyakan aksi penyuluhannya itu. Setelah dijelaskan dengan kesabaran, kini Danar mengaku ia sudah menjaring 4000 orang di Jawa Tengah sebagai relawannya untuk penyuluhan antinarkoba.
"Mereka sempat bilang di kampung kami enggak ada narkoba. Saya bilang, ada miras enggak, karena sama candunya. Akhirnya mereka terbuka, saya dekati lewat penyuluhan miras dulu," sambungnya.
Danar menyatakan untuk menarik minat masyarakat biasanya ia meminta bantuan selebriti ternama yang secara sukarela divideokan. Video itu berisi pesan untuk masyarakat agar menjauhi narkoba. Sudah 32 selebriti yang diminta bantuan oleh Danar untuk divideokan.
Ia mengaku hanya bisa meminta video karena tak punya cukup dana membawa artis ke kampung-kampung. Beberapa yang pernah dimintanya adalah Slank dan Iwan Fals.
"Massa fans Slank dan Iwan Fals kan banyak jadi kalau divideokan biasanya fans-fansnya nurut. Ada juga artis yang ikut, eh besoknya ketangkep karena narkoba. Saya bilang ke warga, itulah, narkoba itu bisa menjerat siapa saja," kata Danar sembari merahasiakan artis yang dimaksudnya tersebut.
Perjalanan pun tidak mulus bagi Danar saat mencapai 500 kampung yang didatanginya. Ia kerap mendapat ancaman dari pengedar narkoba yang merasa bisnis narkobanya terganggu. Ancaman diterimanya melalui pesan singkat SMS. Danar mengaku tak gentar dengan ancaman demikian. Ia meminta perlindungan pihak kepolisian. Termasuk untuk keluarganya.
Pasalnya, mafia pengedar narkoba, kata dia, kerap dilengkapi senjata dan bisa menyerang kapan saja. Selama dua hari ia mengaku menghentikan penyuluhan untuk menyusun strategi perlawanan terhadap penolakan dari pengedar. Setelah itu, hingga saat ini Danar tetap berkarya dengan jaringan penyuluhannya. Bergantian mereka mengelilingi kampung-kampung untuk penyuluhan.
"Itu teman saya sendiri, dia ternyata seorang pengedar. SMS saya bilang kampung A,B,C jangan dikasih penyuluhan. Tapi tidak semudah itu saya biarkan. Saya tetap menyuluh. Masyarakat perlu tahu, narkoba itu tidak enak. Kita cegah duluan," tegas Danar.
Danar berharap setelah program 1000 kampung diselesaikannya, jaringan yang dibentuknya tetap setia melakukan penyuluhan antinarkoba di semua wilayah, bukan hanya di Jawa Tengah.
"Kita bangkitkan mereka, agar bisa berpartisipasi. Inget narkoba itu enak yang menjebak," tandas Danar. (flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Uang Cepat Lusuh karena Disimpan di Dalam Koteka
Redaktur : Tim Redaksi