Darah Sipil Terus Tumpah di Syria

AS Ajak Dunia Beri Sanksi Rezim Assad

Sabtu, 13 Agustus 2011 – 09:53 WIB

DAMASKUS - Militer Syria melanjutkan operasi penumpasan demonstran yang mereka sebut sebagai "kelompok teroris"Setidaknya dua orang tewas dalam serangkaian serangan setelah salat Jumat kemarin (12/8).
 
Seorang pria tewas kemarin pagi saat berupaya melarikan diri ke tempat aman ketika aparat mulai menangkapi penduduk di Distrik Saqba, pinggiran Damaskus

BACA JUGA: Hawa Panas di Jepang, 4 Tewas

Korban kedua adalah seorang perempuan
Itu terjadi saat militer melancarkan serangan di Kota Khan Sheikun di Provinsi Idlib.

"Puluhan tank, kendaraan pengangkut personel, dan kendaraan sipil digunakan dalam serangan di Khan Sheikun," terang Rami Abdel Rahman kepada lembaga pemantau HAM Syria.

Serangan tersebut seakan tak mengindahkan ancaman Amerika Serikat yang akan menjatuhkan sanksi lebih berat jika pemerintah tak menghentikan kekerasan terhadap demonstran

BACA JUGA: Pembeberan Operasi Osama ke Hollywood Diprotes

Sementara Prancis mendesak pembebasan seluruh aktivis hak asasi manusia.

Barat terus berupaya menekan Damaskus agar menghentikan pertumpahan darah di Syria
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton mendesak Tiongkok, Rusia, dan India, yang dikenal sebagai sekutu Syria, ikut menekan rezim Presiden Bashar al-Assad.

Dalam wawancara dengan jaringan berita CBS News, Clinton meminta Tiongkok dan India memberlakukan sanksi energi kepada Syria

BACA JUGA: Penjarahan Berlanjut, Putri Miliarder Ikutan

Sementara Rusia menghentikan penjualan senjata kepada Damaskus

"Yang benar-benar kita perlukan adalah memberikan tekanan kepada Assad, khususnya industri minyak dan gasnyaKami  menginginkan Eropa mengambil langkah lebih tegas dalam penjatuhan sanksi," tandasnya"Kami menginginkan Tiongkok berada di posisi kamiKami juga menginginkan hal yang sama dari IndiaSebab, India dan Tiongkok mempunyai investasi besar di bidang energi di SyriaKami juga menginginkan Rusia menghentikan penjualan senjata kepada rezim Assad," tandas Clinton.

Mantan ibu negara tersebut menyatakan, Amerika Serikat tidak akan menyerukan agar Assad mundur tanpa dukungan negara-negara lainnya"Saat ini kami menggalang suara internasional untuk mengecam tindak militer Syria terhadap para demonstran," terangnya.

Pekan ini Washington menambahkan sanksi kepada Syria dengan membekukan aset bank komersial utama dan perusahaan telepon seluler SyriaAS mengancam bahwa sanksi lebih jauh akan dijatuhkan jika rezim Assad tak menghentikan kekerasan.

Sehari sebelumnya, Kamis (11/8), setidaknya 24 orang kehilangan nyawa dalam serangkaian serangan militer di wilayah pusat demonstrasi di Syria.

Lembaga pemantau HAM Syria dalam situsnya mencatat, korban tewas 2.180 orang sejak gelombang demonstrasi terjadi pertengahan MaretKorban tersebut termasuk 1.774 warga sipil dan 406 personel aparat keamanan.

Demonstran kembali membanjiri jalanan Syria setelah salat JumatDiperkirakan korban akan kembali jatuh saat konfrontasi terjadi.

Grup Facebook dengan nama Revolusi Syria 2011, sebuah mesin pendorong massa aksi turun ke jalan, menuliskan slogan ajakan "Kita hanya tunduk kepada Tuhan."

Dalam halaman grup tersebut, aktivis dunia maya mengajak rakyat Syria melakukan aksi setiap hari dalam bulan RamadanUntuk mengobarkan semangat demonstran sebuah slogan lainnya tertulis "setiap di bulan Ramadan adalah hari Jumat".

Jumat menjadi hari penting bagi kelompok demonstran di dunia ArabRibuan orang turun ke jalan setiap pekan untuk menyatakan tuntutannya kepada rezim penguasa.

Amer al-Sadeq, seorang anggota kelompok anti pemerintah, Kesatuan Koordinastor Revolusi Syria, kepada BBC menyatakan bahwa sanksi ekonomi akan memperkuat gerakan oposisi"(Sanksi) ini akan membantu kelompok "mayoritas diam" (silent majority) mengambil langkah lebih tegas terhadap rezim dan mendeklarasikan dukungan mereka terhadap revolusi damai," ujarnya(cak/c4/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Militer Syria Giliran Serbu Dua Kota Dekat Perbatasan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler