Dari Ketakutan Menjadi Sebuah Semangat

Selasa, 14 April 2015 – 10:46 WIB
Anies Baswedan. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - UJIAN Nasional (UN/Unas) tingkat SMA/SMK/MA mulai digelar serentak di 69 ribu sekolah se Indonesia, Senin (13/4). UN kali ini sangat berbeda dengan tahun lalu, karena mulai 2015, hasil UN bukan lagi penentu kelulusan siswa. 

Untuk melihat kesiapan siswa maupun sekolah, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan melakukan sidak di sejumlah SMA/SMK. Berikut petikan wawancara singkat wartawan JPNN.com, Mesya Mohamad dengan Mendikbud, Senin (13/4).

BACA JUGA: ISIS Tak Pakai Hipnotis, Tapi Pola Cuci Otak

Dari beberapa sekolah yang disidak, bagaimana penilaian khusus kesiapan sekolah maupun siswa?

Saya lihat baik-baik saja, tidak ada kendala. Semuanya siap, dan bisa dilihat tadi siswa-siswanya lebih enjoy. Begitu juga saat pengambilan naskah UN, masing-masing sekolah punya satu tekad sama menciptakan UN 2015 sebagai UN yang jujur

BACA JUGA: Tahu Persis Aliran Dana Teroris

Dengan sistem UN yang tidak lagi sebagai penentu kelulusan, apakah bisa dijamin kualitas kelulusan siswanya. Apalagi siswa yang nilai UN-nya di bawah 5,5 tidak diwajibkan mengulang?

Memang UN bukan lagi jadi tolok ukur kelulusan siswa. Namun, setiap siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi akan berusaha keras agar nilai UN-nya di atas 5,5. Karena nilai UN ini akan menjadi salah satu pertimbangan dari perguruan tinggi negeri (PTN) ketika menerima mahasiswa. Tidak hanya di Indonesia, ketika siswa ingin sekolah ke luar negeri, harus belajar keras karena di luar negeri nilai UN jadi patokan. Bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan lainnya, standar nilai UN-nya lebih tinggi (di atas 5,5).

BACA JUGA: Perlawanan Golkar Daerah Bakal Makin Keras

Yang pemerintah harapkan di sini adalah, ada perubahan mindset dari siswa, orangtua, guru, dan kepala sekolah. Karena ketika nilai UN menjadi syarat utama kelulusan, di situ muncul ketidakjujuran, salah satunya kebocoran soal. Masing-masing sekolah berupaya agar siswanya mendapatkan nilai tertinggi. Kenapa? Karena di pikiran guru dan kepsek, sekolah yang menghasilkan siswa dengan nilai UN tinggi akan menjadi favorit. Nah di siswa dan orangtua sama juga, mereka berpikir kalau nilai UN tinggi, bisa masuk ke sekolah atau perguruan tinggi favorit. Jadi nilai UN ini memberikan multiplier effect.

Itu sebabnya, UN 2015 kita ubah total, dari ketakutan siswa tidak lulus tes menjadi semangat untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang berkualitas. Seluruh PTN juga sudah paham dan bersepakat untuk menjadikan nilai UN sebagai bahan pertimbangan dalam SNMPTN.

Bagaimana dengan integritas sekolah?

Hubungan UN 2015 yang jujur berkaitan erat dengan integritas. Ketika siswa mendapatkan nilai UN akan disertai dengan sertifikat integritas. Begitu juga sekolah, masing-masing akan mendapatkan nilai integritas yang diserahkan bersama dengan nilai UN.

Harus diingat, pendidikan bukan hanya bicara komponen akademis, tapi juga komponen integritas. Indeks integritas ini diharapkan dapat mengirim pesan kepada semua pelaku pendidikan, jika ingin nilai hasil UN siswa berwibawa, maka sekolah harus jujur.

Nilai UN tinggi jadi tak bermakna jika sekolahnya tidak memiliki indeks integritas tinggi. Sebaliknya, indeks integritas tinggi justru akan menaikkan nilai atau bobot angka UN-nya

Indeks integritas sekolah dalam melaksanakan UN akan diberikan kepada sekolah dan Pemda. Khusus untuk SMA sederajat disampaikan ke PTN.

Kami memiliki data pelaksanaan UN yang lengkap setiap tahun. Data inilah yang dipakai dalam mengukur indeks integritas.

Apakah dengan indeks integritas bisa diukur seberapa besar kejujuran sekolah?

Indeks integritas yang didapatkan dari UN ini tidak bisa mengukur semua aspek integritas, tapi dari indeks integritas ujian ini setidaknya bisa mencerminkan pola kejujuran sekolah ketika melaksanakan ujian. 

Semakin besar indeks integritas, maka kejujuran di sekolah tersebut semakin tinggi. Dan bagi sekolah yang memiliki indeks integritas tinggi, akan dipanggil khusus ke Jakarta sebagai bentuk penghargaan.
 
Bagaimana dengan tes UN online atau computer based test (CBT), apakah ada kendala di hari pertama?

Hari pertama UN, kami menerima laporan dari Kota Jayapura, Papua bahwa sempat terjadi pemadaman listrik saat ujian nasional berbasis komputer berlangsung di SMK Negeri 2 Jayapura. Namun saya tidak khawatir karena data jawaban siswa tetap tersimpan dengan baik dalam sistem.

Peristiwa itu memberikan bukti bahwa perangkat lunak yang diinstal ke komputer sekolah berfungsi dengan baik. Secara keseluruhan, pelaksanaan UN berbasis komputer dapat berjalan dengan lancar. Namun kami tetap akan melakukan evaluasi. Jika terdapat kekurangan, maka itu perlu disempurnakan. Kami juga akan memperkuat sosialisasi ke sekolah-sekolah agar CBT berlangsung optimal.

Apakah CBT nanti akan menggantikan UN dengan menggunakan naskah soal?

Saya sangat berharap tes UN bisa CBT seluruhnya. Namun tidak bisa kita paksakan dan harus bertahap. Perlu saya tegaskan CBT bukan proyek pengadaan komputer. Sekolah tidak boleh belanja komputer hanya untuk bisa mengikuti CBT. Sebaliknya, jika komputer dibeli untuk pembelajaran, maka hal tersebut sangat baik karena anak-anak memang harus difasilitasi alat agar bisa memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK). (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Semua Berambisi untuk Menguasai Golkar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler