ISIS Tak Pakai Hipnotis, Tapi Pola Cuci Otak

Rabu, 08 April 2015 – 21:01 WIB
Nasir Abbas saat menggelar konferensi pers terkait ISIS di Indonesia dan upaya pencegahan di Jakarta, Kamis (19/3). Teroris menyerang sendi-sendi ideologi masyarakat untuk menanamkan paham yang mereka anut. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - KELOMPOK militan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) masih rajin merekrut para pengikut dari beberapa negara. Salah satunya Indonesia. Beberapa daerah disebut-sebut sebagai kantong perekrutan. Di antaranya, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ada juga Jawa Barat serta Banten. 

Kondisi ini tentu harus segera diantisipasi. Meski cukup berat, langkah-langkah nyata harus segera dilakukan secara berkesinambungan. Karena jika tidak, maka negara akan kalah. Sebab para militan-militan garis keras juga tidak akan pernah berhenti melakukan perekrutan.

BACA JUGA: Tahu Persis Aliran Dana Teroris

Seperti apa pola-pola perekrutan yang dilakukan ISIS di Indonesia? Bagaimana langkah menghadapinya dan apa bahaya gerakan ISIS bagi keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berikut petikan wawancara wartawan JPNN.com, Ken Girsang dengan mantan pemimpin gerakan terorisme Jamaah Islamiah (JI) di Asia Tenggara yang kini menjadi pengamat terorisme Nasir Abbas beberapa waktu lalu.

Setahu Anda sebagai orang yang pernah menjadi bagian kelompok radikal, daerah mana saja yang masuk kantong-kantong perekrutan ISIS?

BACA JUGA: Perlawanan Golkar Daerah Bakal Makin Keras

Untuk daerahnya saya setuju dengan pendapat Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irfan Idris. Seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan termasuk Jawa Barat serta Banten. Karena pelaku-pelaku teror sebelumnya juga merekrut orang-orang dari sana. 

Selain itu, di daerah tersebut juga pasti ada orang-orang yang punya latarbelakang ingin menegakkan Negara Islam di Indonesia. Nah ini paling mudah di dekati. Mereka mengembangkan pemahaman dari pada susah-susah menegakkan di Indonesia, mengapa enggak ke tempat yang sudah ada.

BACA JUGA: Semua Berambisi untuk Menguasai Golkar

Apakah semua kelompok teroris di Indonesia bergabung dengan ISIS?

Tidak semua. Sebelumnya Abu Bakar Baasyir kan memang menyatakan bergabung dengan ISIS. Tapi yang tergabung dalam JAT, tidak semua mendukung. Makanya terpecah, sebagian setuju, sebagian tidak. Tapi memang orang-orang yang punya latarbelakang ingin menegakkan negara Islam, itu lebih mudah terpengaruh.

Seperti apa pola perekrutan dan penyebaran ISIS di Indonesia?

Masih model lama. Mereka melakukannya dari personal ke personal. Dengan ajakan berjihad, mereka menawarkan berangkat secara gratis. Motifnya mengajak bisa tinggal di negara Islam. 

Mereka menekankan berbeda dari negara lain. Ini yang mereka impikan. Motif uang menurut saya hanya tambahan. Kalau hanya uang tapi tidak yakin, tak  mungkin orang mau berangkat. Jadi harus yakin dan siap dengan  segala risiko, dan yakin di sana akan dihidupi.

Apakah mereka menggunakan hipnotis dalam melakukan perekrutan?

Tidak ada hipnotis, semua diberikan secara memberi keyakinan. Bahwa di sana hidup lebih mulia, itu yang mereka inginkan. Yang ke sana juga tidak semua jadi kombatan (tentara perang), tapi apa yang mereka bisa kontribusi untuk bisa berada di situ.

Kalau pola pencucian otak yang dilakukan seperti apa?

Polanya ya seperti menimbulkan kebencian, bahwa hidup di Indonesia penuh dengan dosa. Mereka menawarkan kalau di sana  keluarga mereka lebih baik, anak-anak juga dapat menjadi pejuang. Untuk berapa lama program pencucian otak itu tergantung sudah sejauh mana pemahaman (orang yang akan direkrut) terhadap (ideologi yang diajarkan ISIS).

Apa bahayanya orang Indonesia berangkat menjadi ISIS bagi Indonesia?

Kalau hasratnya hanya ingin tinggal di sana, bukan ancaman. Tapi dengan mereka mendidik anak dan kemudian kembali ke Indonesia untuk melakukan sesuatu, ini yang menjadi berbahaya. Jadi ini ancaman di masa akan datang. 

Makanya yang penting kita harus ingatkan, jangan mudah terpengaruh dan mudah terjeun. Apapun itu, klarifikasi kepada keluarga, kemudian kepada guru yang dipercaya. Karena hal tersebut bisa merugikan diri sendiri, keluarga dan orang-orang yang disayang.

Tapi kan membawa kembali mereka dalam pelukan NKRI cukup sulit?

Memang tidak gampang. Intinya kita hanya berusaha melakukan upaya-upaya pencegahan. Nah untuk membuka hati, itu kan Allah yang menggerakkan. Cara-cara yang dilakukan misalnya mengumpulkan mereka di satu tempat terlebih dahulu. Di situ diberi pemahaman. Menghadapi ideologi ini juga perlu edukasi lewat media, tidak hanya dari sekolah. Sayangnya di media-media kita sekarnag ini banyak acara seperti sinetron tidak memberi edukasi yang baik.

Pemerintah juga tidak boleh berhenti melakukan upaya-upaya yang sudah dilakukan. Misalnya program deradikalisasi, pencegahan, pencerahan. Karena mereka juga tidak pernah berhenti. (*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saya Tidak Bisa Melawan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler