jpnn.com, SURABAYA - Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya menemukan pecandu narkoba terdapat di hampir semua sekolah yang dijadikan lokasi tes urine.
Berdasar hasil pengembangan, ada juga pelajar yang menjadi kurir hingga bandar narkoba.
BACA JUGA: Pemuda Bertato Berani Banget Bawa Sabu - Sabu ke Pengadilan
Kepala BNNK Surabaya AKBP Suparti mengatakan, berdasar hasil penindakan, ditemukan fakta mengejutkan.
Menurut dia, dari hasil tes urine di sekolah, BNNK menemukan, di hampir semua sekolah terdapat pelajar yang kecanduan narkoba.
BACA JUGA: Berhasil Bekuk 93 Pelaku Kasus Narkoba
Dia mencontohkan, di antara 100 anak yang dites urine, 2 sampai 5 pelajar diketahui positif mengonsumsi narkoba.
Peredaran narkoba di kalangan pelajar cukup masif. Bahkan, sudah ada pelajar yang menjadi bandar kecil.
BACA JUGA: 31 Orang Jalani Rehabilitasi Narkoba
"Kami berusaha memutus jaringan mereka. Kami sering dapat tangkapan bandar dari anak-anak. Rata-rata kakak kelasnya. Misalnya, sudah lulus SMP, naik SMA. Bandar yang SMA itu nanam anak di SMP," tuturnya.
Sebagian besar pelajar yang mengonsumsi narkoba di Surabaya berada di tingkat SMP. Dari jumlah kasus yang terungkap, pengguna narkoba dari kalangan itu sebanyak 70 persen. Penyebabnya, kondisi psikologis pelajar SMP masih labil.
"Kalau SMA, biasanya sudah tahap menemukan jati diri. Anak SMP secara psikologis sudah merasa besar karena tubuhnya sudah besar. Tapi, dari segi kematangan berpikir, belum. Masih suka ikut-ikutan," ungkapnya.
Parahnya, menurut dia, pihak sekolah cenderung menutupi jika ada siswanya yang menjadi pecandu narkoba.
Situasi itu cukup menyulitkan BNNK. Pihak sekolah baru akan terbuka jika siswa yang menjadi pecandu sudah tidak dapat dibina.
"Sekolah kalau sudah angkat tangan, baru laporan. Biasanya yang sudah kebangetan anaknya. Kami baru bisa merazia kalau ada permintaan tes urine di sekolah-sekolah," terang Suparti.
Dia mengatakan, dari hasil assessment diketahui, para pelajar mulai mengenal narkoba dari mengonsumsi pil koplo.
Setelah itu, levelnya meningkat, menjadi mengonsumsi sabu-sabu. "Hampir di setiap sekolah ada pengedarnya. Pertama, diajak nongkrong, diajak cicipin free. Kalau sudah cocok, baru bayar," terang dia.
Harga sabu-sabu kini juga semakin terjangkau oleh anak-anak. Para bandar yang juga pelajar sudah menyiapkan paket hemat untuk segmen tersebut.
Paket kecil itu dijual seharga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu. Pelajar lalu membelinya dengan cara iuran.
"Katakanlah harganya Rp 100 ribu. Urunan 10 anak, satu anak dua kali isap sudah bisa. Dan bisa seminggu sekali. Mereka menabung dulu dari hasil uang jajan," jelas dia.
Sementara itu, pelajar yang sudah kecanduan lalu tidak memiliki uang untuk membeli sabu-sabu akan direkrut sebagai kurir jika laki-laki.
Sedangkan yang perempuan akan menjajakan diri kepada lelaki untuk mendapatkan uang. Peredaran narkoba di kalangan pelajar kini memang semakin luas.
"Dulu bandar menyasar orang-orang kaya. Sekarang yang penting laku. Sampai di tingkat bawah," terang dia. (gas/c11/eko/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Guru Lembaga Bahasa Asing Tertangkap Ngeganja
Redaktur & Reporter : Natalia